close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
icon caption
Bisnis
Senin, 28 Oktober 2019 12:44

Laba bersih PTBA turun 20% di kuartal III-2019

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan penurunan laba bersih akibat anjloknya harga komoditas.
swipe

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) meraup laba bersih sebesar Rp3,1 triliun pada kuartal III-2019, atau turun 20,91% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,9 triliun.

Direktur Utama perseroan Arviyan Arifin mengatakan penurunan laba ini disebabkan anjloknya harga jual komoditas batu bara secara global.

"Memang angkanya di bawah pencapaian 2018, karena faktor harga jual di luar kontrol kita. Tapi, dibandingkan dengan perusahaan tambang yang lain, kita masih bisa bertahan," kata Arviyan dalam jumpa pers paparan publik kuartal III-2019 PTBA di Jakarta, Senin (28/10).

Arviyan melanjutkan, agar pereseroan bisa tetap mencetak laba hingga akhir tahun 2019, PTBA akan melakukan efeisiensi secara operasional. Langkah efisiensi tersebut, kata Arviyan, akan dilakukan dengan membuat stripping ratio serendah mungkin. Selain itu, PTBA juga berencana untuk memperpendek jarak pembuangan overburden agar terjadi efisiensi.

"Hampir di semua lini kita lakukan efisiensi kecuali efisiensi gaji dan kesejahteraan karyawan," tutur Arviyan.

Meskipun perseroan mengalami penurunan laba bersih, PTBA mencatatkan peningkatan pendapatan tipis sebesar 1,3% menjadi Rp16,25 triliun pada kuartal III-2019, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp16,03 triliun.

Pendapatan ini ditopang oleh penjualan batu bara domestik sebesar 56%, penjualan batu bara ekspor sebesar 42% dan aktivitas lainnya sebesar 2% yang terdiri atas penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa. 

Selain itu, lanjut Arviyan, kenaikan pendapatan tersebut ditopang oleh kenaikan penjualan batu bara hingga 20,6 juta ton hingga kuartal III-2019. Penjualan ini naik 10,7% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 18,4 juta ton.

Kenaikan penjualan ini ditopang oleh kenaikan produksi batu bara menjadi 21,6 juta ton atau naik 9,6% dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Selain itu, kapasitas angkutan batu bara yang mengalami kenaikan menjadi 17,8 juta ton atau naik 4,7% dari periode Januari hingga September 2018. 

Arviyan melanjutkan, pendapatan usaha yang naik tipis ini juga dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batu bara yang turun sebesar 7,8% menjadi Rp775.675/ton sampai dengan September 2019 dari Rp841.655/ton  dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan tersebut disebabkan oleh pelemahan harga batu bara indeks Newcastle (GAR 6322 kkal/kg) sebesar 25% menjadi rata-rata sampai dengan September 2019 sebesar US$ 81,3 per ton dari US$ 108,3 per ton pada periode yang sama tahun lalu.

Demikian juga indeks harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index / ICI) GAR 5000 yang melemah sebesar 21% menjadi rata-rata sampai dengan September 2019 sebesar US$50,8 per ton dari US$64,5 per ton pada periode yang sama tahun lalu. 

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan