Induk usaha media milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo, PT Global Mediacom Tbk. (BMTR) memutuskan tak membagi dividen tahun ini.
Direktur Global Mediacom Oerianto Guyandi menjelaskan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memutuskan laba bersih akan digunakan untuk memperkuat permodalan.
"RUPS juga memutuskan sebanyak Rp1 miliar akan dijadikan sebagai dana cadangan," ujarnya dalam paparan publik di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (25/6).
Emiten bersandi saham BMTR itu mencatatkan pertumbuhan laba bersih tahun 2018 sebesar 67,5% menjadi Rp826 miliar dari sebelumnya Rp493 miliar.
Sementara pada kuartal I-2019, emiten yang juga dimiliki oleh Rosano Barack tersebut membukukan laba bersih sebesar Rp263,7 miliar. Perolehan itu naik bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp81 miliar.
Oerianto pun mengatakan perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 12% dari tahun lalu yang sebesar Rp11,694 triliun.
Walaupun mencatatkan pertumbuhan laba bersih, Oerianto menjelaskan perseroan tak serta merta akan melunasi utang jangka panjang yang akan jatuh tempo.
"Utang jangka panjang itu sebagian besar di anak perusahaan, jadi memang dari anak perusahaan bisa melunasi dari kas. Itu memang disesuaikan dari kemampuan keuangan anak perusahaan," tutur Oerianto.
Dalam RUPS Tahunan ini juga memutuskan untuk tidak melakukan pergantian jajaran komisaris dan direksi perseroan. Namun, posisi Direktur Independen dihilangkan dan diganti dengan posisi Wakil Direktur Utama.
Sementara itu, induk usaha milik HT, PT MNC Investama Tbk. (BHIT) juga memutuskan untuk tak membagi dividen tahun buku 2018.
Direktur Utama MNC Investama Darma Putra menjelaskan tak adanya pembagian dividen kedua perusahaan. Sebab, laba perseroan akan dibukukan sebagai laba ditahan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan.
MNC Investama pada laporan keuangan 2018 mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 41,9% menjadi Rp86,35 miliar pada 2018 dari sebelumnya Rp148,62 miliar.
Pada kuartal I-2019, MNC Investama membukukan laba bersih sebesar Rp78,0 miliar. Perolehan tersebut berbalik dari rugi Rp176,3 miliar pada periode yang sama tahun 2018.