Industri semen masih belum pulih juga. Kenaikan harga batubara menekan laba bersih PT Semen Indonesia Tbk.di sepanjang kuartal I 2018. Perusahaan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan ticker SMGR itu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 412 miliar atau turun 44,9% dari Rp 747 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
SMGR masih memakai batu bara sebagai bahan bakar untuk proses produksi. Alhasil, beban produksi melambung hingga 11%.
"Batu bara menyumbang sekitar 22% terhadap total beban. Dengan kenaikan harga batu bara sebesar 20% dibandingkan tahun lalu di kuartal pertama, sangat menghantam kami," kata Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Agung Wiharto, di Jakarta.
Selain itu, jadwal pembayaran utang perusahaan juga mengakibatkan tergerusnya laba. Agung menyebut, perusahaan melakukan pembayaran utang sejumlah proyek seperti Indarung dan Rembang.
"Kemudian, beberapa proyek-proyek baru juga belum bisa beroperasi penuh dan membuat laba bersih turun signifikan," imbuhnya.
Sementara itu, perseroan mengaku telah menunda rencana ekspansi ke beberapa negara. Menurut Agung, penundaan ini dikarenakan produksi semen perusahaan masih berlebih.
“Kami over capacity, kalau dipaksakan maka hanya akan menambah kapasitas terpasang yang tidak terutilisasi,” jelasnya.
Meski laba turun, namun pendapatan perseroan tercatat naik 3,4% menjadi Rp 6,6 triliun di kuartal I tahun ini.