Bank Indonesia akan terus mengambil langkah operasi moneter saat nilai tukar rupiah turun menembus level psikologis Rp14.500 per dollar Amerika Serikat.
Deputi Senior Gubernur BI Mirza Adityaswara menjelaskan, intervensi moneter BI dilakukan dengan instrumen di pasar keuangan. Hal tersebut diyakini berfungsi untuk stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
"Jadi, kita harus bisa menarik portofolio di Indonesia, sambil kita tingkatkan beberapa kebijakan. Pemerintah kan sudah bikin kebijakan untuk ini, ada online single submission juga. Ini kan untuk tingkatkan investasi terutama yang orientasi ekspor, pemerintah juga dorong pariwisata untuk dorong valuta asing," jelas Mirza usai melakukan rapat dengan Badan Anggaran DPR, Rabu (25/7).
Terlebih, kata Mirza, para investor bisa membeli dalam bentuk surat berharga negara (SBN), saham di pasar modal, atau membeli sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa sampai akhir Juni 2018 sebesar US$119,8 miliar, berkurang US$3,1 miliar jika dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat US$122,9 miliar. Penurunan cadangan devisa tersebut juga didominasi untuk melakukan stabilisasi rupiah.
Mirza pun berharap dengan banyaknya instrumen untuk di pasar keuangan, likuiditas valas di Indonesia bisa bertambah.
Nilai tukar rupiah di pasar spot seperti dikutip dari Bloomberg, pada perdagangan Rabu (25/7) tercatat menguat 0,48% sebesar 70 poin ke level Rp14.475 per dollar AS. Sepanjang hari, rupiah diperdagangkan pada level Rp14.475-Rp14.525 per dollar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia dipatok berada pada level Rp14.515 per dollar AS. Posisi tersebut terapresiasi dari hari sebelumnya Rp14.541 per dollar AS.