Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif impor baru yang memberatkan ke banyak negara. Indonesia kini harus menanggung tarif resiprokal 32% ditambah basis tarif 10% untuk melakukan ekspor ke AS.
Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) mengatakan pemerintah telah melakukan sederet strategi untuk mengantisipasi gejolak global. Dari dalam negeri, pemerintah berupaya meningkatkan nilai tambah ekspor dengan memprioritaskan kebijakan hilirisasi industri.
Deputi Bidang Diseminasi dan Media Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Noudhy Valdryno mengatakan sumber daya alam (SDA) Indonesia melimpah, namun selama ini sering diekspor dalam bentuk bahan mentah.
Salah satu contoh kesuksesan kebijakan hilirisasi adalah sektor nikel, di mana nilai ekspor nikel dan turunannya hanya mencapai US$3,7 miliar pada tahun 2014 melonjak menjadi US$34,3 miliar pada tahun 2022.
Selain itu, pada 24 Februari 2025, Prabowo juga meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), yang dirancang untuk mempercepat hilirisasi SDA strategis di Indonesia.
BPI Danantara akan mendanai dan mengelola proyek hilirisasi di sektor-sektor utama seperti mineral, batu bara, minyak bumi, gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan.
“Dengan langkah ini, Indonesia tidak hanya meningkatkan daya saing ekspor, tetapi juga tidak lagi bergantung pada investasi asing serta mampu menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan,” katanya dalam keterangan, dikutip Jumat (4/4).
Ia melanjutkan, gebrakan pemerintah lainnya adalah memperkuat daya beli masyarakat melalui program-program yang langsung menyentuh kesejahteraan rakyat. Salah satu program unggulan Prabowo adalah Makan Bergizi Gratis (MBG), yang menargetkan 82 juta penerima manfaat pada akhir tahun 2025.
Prabowo juga akan mendirikan 80.000 Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) yang bertujuan untuk memperkuat ekonomi desa, membuka jutaan lapangan pekerjaan baru, dan mendorong perputaran uang di daerah.
Upaya ini bukan hanya akan meningkatkan konsumsi dalam negeri tetapi juga mengurangi ketergantungan pada impor dan memperkuat perekonomian domestik. Dengan mendongkrak konsumsi rumah tangga, yang mencakup 54% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia, program ini akan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“Dengan memperkuat hubungan dagang internasional, mengoptimalkan potensi sumber daya alam, dan meningkatkan konsumsi dalam negeri, Prabowo membuktikan Indonesia dapat tetap tumbuh meskipun di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian,” ucap Noudhy.
Dengan gebrakan-gebrakan strategis ini, Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo diharapkan berada di jalur yang tepat untuk mempertahankan posisi sebagai kekuatan ekonomi yang stabil dan optimistis di kawasan Asia Tenggara dan global.