close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
CES2020 Panasonic Booth. Foto panasonic.com
icon caption
CES2020 Panasonic Booth. Foto panasonic.com
Bisnis
Kamis, 23 September 2021 18:03

Lepas ekspor produsen mesin cuci, Menperin: Perusahaan relokasi dari China

Relokasi produksi tersebut merupakan hasil dialog Menperin dengan para pemegang merek saat melakukan kunjungan kerja ke Jepang pada Maret.
swipe

Kementerian Perindustrian melepas ekspor mesin cuci yang diproduksi oleh PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) ke Jepang. PMI merupakan perusahaan mesin cuci hasil relokasi dari China ke Indonesia.

“Hari ini kami melepas ekspor perdana produk mesin cuci dari PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PT PMI) ke Jepang. Ini merupakan hasil relokasi produksi mesin cuci dari China,” ujar Agus dalam keterangan tertulis, Kamis (23/9).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, relokasi dan ekspor produk mesin cuci ke Jepang tersebut sangat membanggakan, karena negara tersebut dikenal memiliki pasar yang sangat sensitif dan selektif terhadap kualitas produk.

Apalagi relokasi produksi tersebut merupakan hasil dialog Menperin dengan para pemegang merek saat melakukan kunjungan kerja ke Jepang pada Maret.

“Selain mesin cuci, kami juga merelokasi produksi AC dari Malaysia ke Indonesia, serta merelokasi produksi lemari es dari Thailand yang produknya akan diekspor ke Jepang dan Hong Kong. Selain itu, relokasi produksi mesin cuci dari Taiwan ke Indonesia, yang nantinya di ekspor ke Taiwan,” tutur Agus.

Kemenperin mencatat, ekspor mesin cuci menembus US$14 juta sepanjang 2020, mengalami kenaikan 107% dibandingkan capaian 2019 yang hanya sebesar US$6,76 juta. Pada semester I-2021, ekspor mesin cuci mencapai US$4,85 juta.

Menperin menjelaskan, pengelolaan dan perbaikan iklim usaha telah diakomodasi oleh Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Dalam UU tersebut, para pelaku industri di tanah air mendapatkan berbagai kemudahan, mulai dari izin usaha hingga pemberian insentif fiskal dan nonfiskal. 

“Hal ini sejalan dengan tekad pemerintah dalam mendorong percepatan penanganan dan pengendalian pandemi Covid-19, yang sama-sama memprioritaskan pemulihan kesehatan dan ekonomi,” ucap Agus.

Pada kuartal II-2021, Indonesia mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi yang signifikan mencapai 7,07%. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar atas kenaikan PDB nasional tersebut adalah industri manufaktur, dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,91% meskipun mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19.

Pada Januari-Juni 2021, realisasi investasi sektor industri menembus Rp167,1 triliun atau berkontribusi sebesar 37,7% dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp442,7 triliun. Bahkan, nilai investasi sektor industri di semester I-2021 tersebut naik 29% dibanding periode yang sama pada 2020 sebesar Rp129,6 triliun.

Sepanjang enam bulan tahun ini, nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) dari sektor industri sebesar Rp46,3 triliun atau berkontribusi 21,6% dari total PMDN yang mencapai Rp214,2 triliun. Sedangkan, nilai penanaman modal asing (PMA) dari sektor industri sebesar Rp120,8 triliun atau berkontribusi 52,9% dari total PMA yang mencapai Rp228,5 triliun.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Taufiek Bawazier mengatakan, kegiatan ekspor yang dilakukan PT PMI, menunjukkan bahwa produk Indonesia mampu bersaing di kancah global. 

Di samping itu, Taufiek juga mengatakan Kemenperin sedang mendorong program substitusi impor 35% pada akhir 2022. Salah satu strateginya adalah pendalaman struktur industri melalui peningkatan produksi komponen elektronika di dalam negeri.

“Kami optimistis Indonesia bisa menjadi champion di sektor industri elektronika,” tutup  Taufiek.

img
Davis Efraim Timotius
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan