close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi gagal panen (puso) dan membuat petani boncos karena lahan pertanian terendam banjir di Jatim. Dokumentasi Pemprov Jatim
icon caption
Ilustrasi gagal panen (puso) dan membuat petani boncos karena lahan pertanian terendam banjir di Jatim. Dokumentasi Pemprov Jatim
Bisnis
Rabu, 25 Januari 2023 13:28

Kementan ungkap luas lahan komoditas yang berpotensi puso pada Februari

Menyiasati ancaman potensi puso tersebut, Kementan melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanganan.
swipe

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan, tiga komoditas tanaman pangan yaitu, padi, jagung, dan kedelai, berpotensi terdampak banjir di Februari 2023, yang menyebabkan sejumlah lahan pada ketiga komoditas pangan tersebut diperkirakan gagal panen atau puso.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi menguraikan, luas lahan yang berpotensi alami banjir di Februari 2023 pada padi seluas 51.995 hektare (ha) dan 13.903 ha di antaranya terancam puso.

Untuk komoditas jagung, lahan yang diprediksi terkena banjir mencapai 19.870 ha dan 7.056 berpotensi puso. Sedangkan lahan kedelai yang terancam banjir seluas 453 ha dengan potensi puso seluas 256 ha.

“Prediksi ini dengan menghitung rerata puso pada Februari selama tiga tahun terakhir,” kata Suwandi dalam keterangannya kepada Alinea.id, Rabu (25/1).

Beberapa wilayah sentra produksi padi di Indonesia juga berpotensi alami puso karena terdampak banjir. Di mana, wilayah persawahan yang berpotensi puso pada Februari 2023 diperkirakan mencapai 500 ha.

“Diprediksi luas puso di Februari 2023 mencapai 500 ha, dengan provinsi yaitu Aceh, Banten, Lampung, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Barat,” tutur Suwandi.

Menyiasati ancaman potensi puso tersebut, Kementan melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanganan terhadap komoditas tanam pangan. Antara lain, mendorong petani dan petugas melakukan perbaikan atau normalisasi saluran air dan peningkatan kapasitas sarana pengaliran dan penampungan air.

Selain itu, penyebarluasan informasi perkiraan curah hujan dan daerah-daerah yang diprediksi rawan terkena banjir kepada petugas lapangan. Hal itu dimaksudkan agar bisa melakukan pengecekan kondisi lapangan, untuk menentukan upaya-upaya pencegahan atau upaya-upaya untuk mengurangi risiko dampak banjir.

“Kami juga sudah mendorong petani untuk membuat lubang biopori di lahan-lahan yang rawan banjir agar bisa menyerap sekaligus menyimpan kelebihan air, dan mendorong penggunaan varietas padi tahan genangan seperti Inpari 30 dan Ciherang sub 1,” ujarnya.

Suwandi juga mengaku telah mengimbau petani untuk menjadi peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), melakukan gerakan pompanisasi guna percepat penyurutan genangan banjir di lahan pertanian, dan menyiapkan bantuan benih bagi petani yang gagal panen akibat bencana alam.

“Dirjen Tanaman Pangan juga telah melaksanakan kegiatan utama dalam penanganan dampak perubahan iklim (DPI), khususnya banjir, seperti Gerakan Penanganan DPI, Penerapan Penanganan DPI, dan Penerapan Penanganan DPI,” ucap Suwandi. 

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan