Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat luas panen padi sepanjang 2020 mencapai 10,66 juta hektare, atau mengalami penurunan sebanyak 20.610 hektare atau 0,19% dibandingkan 2019 yang sebesar 10,68 juta hektare.
"Jadi kalaupun ada penurunan sangat tipis hanya 0,19%, ini terjadi karena pada awal musim tanam 2020 curah hujan cukup tinggi, sehingga berdampak pada tanaman padi," kata kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam video conference, Senin (1/3).
Dia pun mengungkapkan, puncak panen padi pada 2020 mengalami pergeseran dibanding 2019. Pada 2020, puncak panen terjadi pada April, yaitu mencapai 1,86 juta hektare, sementara puncak panen pada 2019 terjadi pada Maret, yaitu sebesar 1,72 juta hektare.
Sementara itu, produksi padi pada 2020 mencapai 54,65 juta ton gabah kering giling (GKG), atau mengalami kenaikan sebanyak 45.170 ton atau 0,08% dibandingkan 2019 yang sebesar 54,60 juta ton GKG.
Menurut Kecuk, jika dilihat menurut subround, terjadi peningkatan produksi padi pada subround Mei-Agustus dan September-Desember 2020, yaitu masing-masing sebesar 1,14 juta ton GKG atau 6,04% dan 2,68 juta ton GKG atau 22,54% dibandingkan 2019.
"Penurunan hanya terjadi pada subround Januari-April 2020, yakni sebesar 3,78 juta ton GKG atau 15,91% dibandingkan subround Januari-April 2019," ujarnya.
Adapun, jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2020 adalah sebesar 31,33 juta ton, mengalami kenaikan sebanyak 21.460 ton atau 0,07% dibandingkan 2019 yang sebesar 31,31 juta ton.
Lebih jauh, dia mengatakan potensi produksi padi pada subround Januari-April 2021 diperkirakan sebesar 25,37 juta ton GKG, mengalami kenaikan sebanyak 5,37 juta ton atau 26,88% dibandingkan subround yang sama pada 2020 yang sebesar 19,99 juta ton GKG.