Melonjaknya pasokan ruang ritel akibat berdirinya mal baru diproyeksi membuat sewa ritel di DKI Jakarta lesu pada 2020. Tingkat serapan sewa pusat perbelanjaan di Jakarta diproyeksi turun menjadi 85%-90% pada 2020 dari tahun ini yang stagnan 90%.
Head of Research Jones Lang LaSalle, James Taylor, mengatakan dalam beberapa tahun ke belakang, pasokan ruang di pusat perbelanjaan memang terbatas. Namun, dengan selesainya tiga bangunan baru seperti One Satrio, Indonesia 1, dan Southgate yang berbentuk mixed used akan menambah pasokan ruang ritel hingga 329.000 meter persegi.
"Okupansi pusat perbelanjaan di Jakarta hampir mencapai 90% pada kuartal III-2019 karena pasokan yang terbatas. Tetapi, pengembang properti yang terkemuka masih aktif dalam mengembangkan konsep ritel mixed used yang terhubung dengan perkantoran dan kondominium," kata James di Jakarta, Rabu (16/10).
Dengan minimnya pasokan ritel tersebut, James memperkirakan harga sewa ritel akan terus mengalami kenaikan di tahun-tahun mendatang.
James melanjutkan, pasar ritel di kuartal III-2019 masih cukup aktif dari sektor fashion dan makanan dan minuman, dengan landlord yang mencoba untuk menawarkan peritel baru dan promosi yang menarik kepada konsumen.
Sementara dari sisi tenancy mix, James mengatakan secara keseluruhan juga mulai bergeser dari departement store menjadi mini anchor. James melihat ada beberapa tenan yang aktif melakukan ekspansi untuk menempati ruang-ruang yang ditinggalkan departement store tersebut.
"Di Kemang Village kita melihat departement store seperti Matahari digantikan fast fashion seperti Uniqlo. Tenan seperti Uniqlo dan Ace Hardware juga menggantikan ruang kosong yang ditinggalkan departement store di Pacific Place dan Central Park," tutur James.
Sementara dari sektor makanan-minuman dengan tren pasar yang menyukai bubble tea, James melihat banyak tenant bubble tea yang juga dibuka di pusat-pusat perbelanjaan Jakarta. Hal ini, kata James, menunjukkan landlord yang semakin memperhatikan apa yang diinginkan oleh pasar.