close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Alinea.id/Aisya Kurnia.
icon caption
Ilustrasi. Alinea.id/Aisya Kurnia.
Bisnis
Senin, 19 September 2022 06:59

Marketing gaya baru ala live streaming

Pola belanja online dari live streaming semakin merebak di era pascapandemi.
swipe

Kak Jill atau Jill Gorden belakangan viral di jagat media sosial Tiktok. Perempuan bernama asli Jill Shine ini tengah menjadi perbincangan warganet karena mempromosikan bisnis gordennya di TikTok dengan cara unik. Dengan sapaan ‘adik Kak Jill’, ‘sayang’, atau ‘darling’ ia hadir dalam live streaming promosi gordennya di TikTok. 

Jargon khasnya seperti ‘sepuluh gelombang kanan, sepuluh gelombang kiri’ bahkan sudah jamak dinyanyikan dalam fitur video medsos. Kak Jills juga kerap menebar diskon spesial dari supa dupa TikTok sebagai promo khusus kepada para pelanggan. Selain sapaan dan jargon tersebut, Jill juga identik dengan riasan wajah unik, seperti pemerah pipi (blush on) merah tebal dan kedua alis yang menukik ke atas. 

Gayanya yang unik serta sikap ramah dan riang ala ‘emak lebay’ saat melakukan live streaming, ternyata mampu mendongkrak penjualan. Tercatat, ratusan lembar gorden sold out dalam satu hari. Padahal, sama seperti pedagang lainnya, adik artis Robby Shine ini juga sempat 'jatuh' akibat pandemi Covid-19. Ia terpaksa harus menutup 5 dari 9 toko gorden dan ditinggalkan karyawan-karyawannya. 

“Setelah scroll-scroll TikTok semalaman karena enggak bisa bobo, Kak Jill bilang sama anak-anak Kak Jill, ‘kita buat TikTok yuk nak, terus mami jadi mak lebay’,” katanya kepada Alinea.id, saat mengisahkan awal mula terjun berjualan di TikTok, Rabu (14/9). 

Ketika memulai berjualan secara live streaming empat bulan yang lalu, Jill pun hanya mampu menjual beberapa lembar gorden saja. Dengan nilai penjualan di hari pertama sebesar Rp600.000. “Di hari kedua dapat Rp1,8 juta. Terus di hari ketiga lebih baik, lebih baik, lebih baik lagi,” ujar pengusaha yang telah 15 tahun menekuni bisnis jualan gorden ini. 

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kak Jill (@kak_jill_)

 

Berbeda dengan Jill, Ghani Rozaqi telah memanfaatkan fitur live streaming Shopee, Shopee Live sejak akhir 2019 lalu. Pada mulanya, pemilik toko dan merek baju gamis Bajuyuli ini menjajal fitur yang baru diluncurkan pada Juni 2019 hanya untuk coba-coba. 

“Karena ada fitur baru di Shopee, saya pikir coba aja dulu. Siapa tahu bisa buat ningkatin penjualan,” katanya, saat dihubungi Alinea.id, Kamis (15/9). 

Boro-boro mendapat untung, saat itu bahkan hanya ada satu orang yang menonton live streaming-nya. Hal itu bahkan sama saja dengan tidak ada penonton sama sekali, karena satu penonton tersebut berasal dari gadget lain miliknya yang digunakan untuk memonitor live streaming. Belum lagi, saat itu hanya sedikit pengguna Shopee yang akrab dengan fitur anyar ini. Alhasil, omzet dari penjualan live streaming pun nol. 

Ketika ada orang yang menonton dan berminat membeli dagangannya, orang tersebut justru kabur setelah men-checkout dagangan yang ditawarkan. Ghani bilang, ‘hit and run’ seperti ini sebenarnya kerap dialaminya saat melakukan live streaming. 

Dia mengira hal itu terjadi karena harga akumulasi barang dan biaya kirim tergolong mahal. “Waktu itu Shopee juga belum kasih promo potongan harga, gratis ongkir, sama koin Shopee di Shopee Live. Jadi ya jarang yang beli, paling mereka lihat doang,” kisahnya. 

Meski begitu, pebisnis yang telah berjualan di marketplace sejak 2016 ini tak mau menyerah. Baru lah ketika pagebluk masuk ke Indonesia pada 2020 lalu, jumlah penonton live streaming Bajuyuli mengalami kenaikan pesat. Lantaran semakin bersemangat, Ghani pun menambah jam tayang live streaming-nya di Shopee Live. Tidak hanya itu, dia juga melakukan live streaming pula di lokapasar lain, seperti Tokopedia dan Lazada. 

“Lewat fitur Shopee Live, dalam sekali live durasi 1 jam, bisa dapat omzet Rp500.000 - Rp3 juta,” kata dia. 

Tak puas, laki-laki 38 tahun itu kini tengah menjajal berjualan di TikTok Shop (TTS) dan berencana untuk memanfaatkan fitur live streaming untuk mempromosikan toko barunya Deephood, yang menjual berbagai pakaian dan aksesoris kucing. 

“Ini baru mau saya mulai, karena baru dan toko juga masih baru, kemungkinan nanti kami akan live per hari 2 jam,” jelasnya. 

Lebih menarik

Live streaming marketing alias pemasaran melalui siaran langsung adalah pemasaran dengan mengandalkan siaran konten video via internet yang disiarkan secara real time melalui platform tertentu. Berdasarkan riset yang dilakukan Live Stream pada 2020 lalu, 80% audiens lebih suka menonton video langsung dari suatu merek daripada membaca katalog mereka dan 82% audiens lebih suka menonton live streaming dibandingkan dengan unggahan biasa. 

Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.

Di Indonesia, berdasarkan laporan SEA (South East Asia) Ahead Shifts and Sentiments yang dilakukan Ipsos tahun lalu, sebanyak 78% responden pernah mendengar tentang live streaming marketing. Sedangkan 71% responden pernah mengakses live streaming dan 56% pernah membeli produk yang ditawarkan melalui live streaming. Perlu diketahui, survei ini diikuti oleh 3.000 responden yang tersebar di 6 negara SEA. 

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, live streaming shopping melalui fitur siaran langsung sebenarnya bukan hal baru. Pemanfaatan basis besar pelanggan, dalam hal ini adalah subscriber atau pengikut di platform media sosial atau e-commerce, serta teknik pemasaran dan pengenalan produk yang dilakukan penjual kepada calon pembeli (penonton live streaming) pun sebenarnya telah dilakukan di pasar fisik. 

Hanya saja, dengan kemajuan teknologi, semua kegiatan jual beli yang biasa dilakukan di pasar fisik ini lantas dipindahkan menjadi online. “Jadi obrolan seperti ‘silahkan dilihat-lihat dulu barangnya’ yang biasa kita dengar di toko-toko di pasar atau mal sebenarnya hanya dipindahkan ke online saja,” kata dia, kepada Alinea.id, Selasa (13/9). 

Pun demikian dengan respon pembeli. Namun, karena tidak bisa bertatap muka, respon pembeli pun difasilitasi oleh pemilik platform media sosial maupun lokapasar melalui fitur live chat yang akan selalu ada saat siaran belanja ini berlangsung. 
“Inilah yang kemudian menjadi daya tarik dari live streaming marketing ini. Karena meskipun tanpa tatap muka, penjual dan pembeli masih bisa berinteraksi secara langsung lewat chat,” imbuhnya. 

Produk live streaming paling sering ditonton:

Produk Presentase
Pakaian 82,6%
Produk Kecantikan 47,2%
Peralatan Rumah Tangga 39,3%
Makanan 30,7%
Tanaman 9,8%
Lainnya 4,9%

Sumber: Survei JakPat (Jejak Pendapat) melalui aplikasi Jakpat pada 5 Juni 2022 dengan melibatkan 2.712 responden.

Hal ini pun diamini oleh Managing Partner Inventure Yuswohady. Menurutnya, dengan daya tarik ini membuat live streaming menjadi salah satu opsi pemasaran yang populer di masyarakat sejak dua tahun terakhir. Apalagi, pola belanja masyarakat telah berubah dan lebih condong ke belanja online, dengan adanya pagebluk ini. Ketika berbelanja daring pun, masyarakat lebih tertarik dengan konten berupa video ketimbang foto. 

Sebab, selain berinteraksi langsung, penonton juga biasanya menantikan keunikan dari produk yang dijual oleh penjual. "Banyak juga pelanggan yang menantikan diskon atau hanya sekedar melihat gimmick-gimmick marketing dari toko itu," kata Yuswohady kepada Alinea.id, Jumat (16/9). 

Namun demikian, untuk menarik lebih banyak penonton, pengamat marketing ini menyarankan agar penjual dapat melakukan live streaming dengan rutin. Selain itu, ada baiknya juga jika penjual bisa menghadirkan produk yang unik, di mana pelanggan belum tentu bisa dapatkan produk tersebut di toko offline atau online.

Ilustrasi Unsplash.com.

Atau jika ingin menjual produk yang sudah banyak dijual oleh toko lain, penjual bisa memberikan promosi-promosi menarik seperti diskon atau potongan harga, hingga memberikan pelayanan yang bagus dan cepat. Dengan begitu, mereka pun akan selalu menantikan live streaming toko tersebut.

"Karena memang live streaming ini memberikan kesempatan untuk pelanggan agar bisa beli produk cepat," imbuhnya. 

Sementara itu, semakin banyak jam tayang live streaming maka toko akan lebih dikenal oleh pelanggan. Setelahnya, akan lebih mudah bagi toko untuk mendapatkan order penjualan. Bahkan, live streaming juga memberikan peluang adanya pembelian secara impulsif.

"Misalnya, awalnya kita tidak tertarik tapi, saat melihat streaming live, kita bisa secara impulsif membelinya. Ini sering terjadi saat live streaming," jelas Yuswohady. 

Potret live streaming shopping di Indonesia

Pernah Mendengar 78%
Tidak Pernah Mendengar 22%
Pernah Mengakses 71%
Belum Pernah Mengakses 29%
Melakukan Pembelian 56%
Tidak Melakukan Pembelian 44%

Sumber: Ipsos SEA Ahead Shifts and Sentiments, Ipsos SEA Study 2021 di 6 Negara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam) dengan 3.000 responden.

Tak heran, jika live streaming marketing dapat efektif meningkatkan penjualan. Hal ini pun terbukti dari hasil survei Live Stream, yang menyatakan bahwa live streaming marketing dapat meningkatkan penjualan hingga 97% dan kesadaran merek (brand awareness) hingga 139%. 

Tidak hanya itu, setelah menonton video live streaming, 64% penonton juga lebih cenderung membeli produk secara online. Dengan hasil survei ini, Live Stream pun memprediksi pada 2024 nanti akan ada 91 juta konsumen di dunia yang akan memanfaatkan sarana live streaming untuk berbelanja. 

"Di Indonesia juga sama saja, ke depan penonton live streaming atau penjual yang menggunakan live streaming sebagai media jualan mereka bisa jadi akan semakin banyak," kata dia. 

Respon cepat

Terpisah, mantan Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung menjelaskan, yang terpenting dalam melakukan live streaming marketing adalah kecepatan penjual dalam merespon pertanyaan dan permintaan dari penonton. Hal ini pun tergantung pula dari platform apa yang mereka gunakan untuk berdagang secara live streaming. 

Sebab, ada platform yang dapat langsung digunakan untuk berbelanja seperti TikTok Shop, Shopee Live, Tokopedia Play, atau Lazlive dari lokapasar Lazada. Sebaliknya, ada pula platform yang hanya menyediakan fitur live streaming tanpa bisa membeli atau men-checkout barang belanjaan secara langsung, seperti di Instagram dan Facebook. 

"Dengan platform yang lengkap fiturnya, bisa live sekaligus juga checkout langsung, akan lebih mempermudah proses transaksi. Jadi, kalau penonton sudah tahu kualitas barangnya dan dia suka, dia bisa langsung checkout saat itu juga," jelasnya, kepada Alinea.id beberapa waktu lalu. 

Platform belanja online siaran langsung paling banyak digunakan (2022)

Platform Persentase
Shopee 83,4%
TikTok 42,2%
Instagram 34,1%
Tokopedia 30,4%
Facebook 25,9%
Lazada 20,5%
Bukalapak 20,5%
JD.ID 5,2%
Lainnya 0,5%

Sumber: Survei Jakpat

Di sisi lain, Ignatius menilai, kemahiran penjual dalam menarik minat penonton juga penting dalam live streaming marketing ini, apalagi di awal waktu live streaming berlangsung. Sebab, penonton hanya akan bertahan lama menonton live streaming saat dia tertarik dengan siaran jualan tersebut. 

"Menarik minat penontonnya ini bisa dengan gaya jualan yang unik atau dengan memberikan info selengkap-lengkapnya soal produk yang dia jual," imbuh dia. 

Terlepas dari hal tersebut, Ignatius mengatakan, Indonesia juga merupakan pasar potensial bagi platform penyedia layanan live streaming. Hal ini seiring dengan masifnya penggunaan teknologi oleh masyarakat. 

Berdasar data McKinsey, rata-rata orang Indonesia menghabiskan empat jam sehari untuk mengakses Internet di perangkat seluler mereka. Ini dua kali lipat dari rata-rata orang Amerika Serikat. 

Ilustrasi Unsplash.com.

Tidak hanya itu, perdagangan daring juga berkembang pesat. Tercatat 30 juta orang Indonesia saat ini bertransaksi daring, menciptakan pasar setidaknya US$8 miliar. Jumlah ini diperkirakan akan tumbuh hingga US$40 miliar dalam lima tahun mendatang. 

Di mana pertumbuhan itu 60% di antaranya disumbang oleh perdagangan melalui marketplace seperti, Tokopedia, Shopee, dan Lazada. Sedangkan sisanya berasal dari perdagangan melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, Youtube, Twitter, Tik Tok, dan lainnya.

"Prospek perdagangan daring akan semakin besar karena jangkauan pasar yang semakin luas. Begitu juga dengan pasar perdagangan melalui live streaming," tambah Nailul Huda.

Panggung UMKM

Sementara itu, melalui fitur live streaming yang terdapat dalam TikTok Shop, TikTok berkomitmen untuk membantu digitalisasi para pelaku usaha, khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Head of SMB (Small and Medium-sized Businesses) TikTok Indonesia Pandu Nitiseputro bilang, melalui fitur ini penonton dapat lebih mudah untuk melihat dan memilih barang yang diinginkannya. 

Tidak hanya itu,  penonton tersebut juga dapat langsung men-checkout barang yang diinginkannya, tanpa harus berpindah-pindah platform. 
"Dengan ini, UMKM bisa mendulang cuan dari sini," kata Pandu kepada Alinea.id, Kamis (8/9). 

Dalam live streaming marketing ini, TikTok pun mengandalkan penggolongan algoritma platform untuk mendukung keberhasilan penjualan para pelaku bisnis. Dengan algoritma ini, TikTok akan secara otomatis memberikan rekomendasi yang unik berdasarkan minat masing-masing pengguna. 

Dengan ini, pengguna dapat dengan mudah menemukan produk-produk terpilih ketika mereka menonton, membuat dan berbagi konten di TikTok. "Tentu bisa dilakukan sambil berbelanja langsung dengan nyaman melalui keranjang belanja yang disematkan dalam video pendek, siaran langsung maupun profil kreator, tanpa perlu meninggalkan aplikasi,” jelas Pandu. 

Pada kesempatan lain, Head of Marketing Growth Shopee Indonesia Monica Vionna mengatakan, fitur live streaming Shopee, yakni Shopee Live telah terbukti memudahkan transaksi jual beli secara daring. Dari sisi penjual, mereka dapat secara langsung membuat sesi streaming dan mempromosikan toko, sekaligus berbagai produk yang dijual kepada para pembeli.

Sedangkan dari sisi pembeli, mereka dapat langsung berkomunikasi dengan penjual secara langsung melalui fitur live chat, untuk mengetahui lebih banyak mengenai produk dan melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Dengan demikian, penjual pun dapat lebih memahami kebutuhan pembelinya dan menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih baik.

"Menurut pantauan kami, produk yang dipasarkan melalui Shopee Live memiliki tren yang baik hingga saat ini, memanfaatkan Shopee Live bisa menjadi strategi pemasaran yang patut dicoba," ujar Monica, dalam keterangannya kepada Alinea.id belum lama ini.


 

img
Qonita Azzahra
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan