close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.
icon caption
Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.
Bisnis
Kamis, 09 September 2021 06:42

Marketplace rangkul pasar basah yang sepi pembeli

Pasar basah yang terdampak pandemi terbantu dengan masuk ke ekosistem marketplace.
swipe

Awal-awal Covid-19 menyerang Indonesia, Ramdhania (35) masih memberanikan diri berbelanja ke pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan dapur. Namun, ketika tiga bulan pandemi berjalan, ternyata banyak pasar tradisional yang membuka lapak digital di marketplace.

“Pas mulai banyak yang jualan di marketplace, jadi dinikmati saja fasilitas yang ada,” kata Nia, sapaan akrabnya saat berbincang dengan Alinea.id, Sabtu (4/9).

Sejak itu, Nia tak pernah lagi berbelanja rutin ke pasar basah. Cukup dengan klik aplikasi di telepon genggam, ia bisa memenuhi stok dapur untuk satu sampai dua minggu. “Biasanya belanja ayam, daging, ikan-ikanan, sayur yang awet seperti wortel, kentang, dan bumbu-bumbu,” sebutnya.

Bahkan, terkadang ibu dua anak ini juga berbelanja buah-buahan dan camilan. Warga Depok, Jawa Barat ini mengaku sangat menikmati berbelanja kebutuhan pokok secara online. Praktis, aman di tengah pandemi, dan tentunya hemat.

“Kalau beli di pasar, suka keberatan bawa barang belanjaannya,” selorohnya.

Apalagi, belanja online ini juga kian dipermudah dengan kehadiran ojek online same day delivery. Ongkos yang harus dikeluarkan lebih murah ketimbang saat ia sendiri yang harus ke pasar. Karenanya, hingga satu setengah tahun pandemi, Nia makin akrab dengan aktivitas belanja ke pasar secara daring.

Transformasi pasar tradisional dalam ekosistem digital menjadi keniscayaan di masa pandemi. Maraknya pembatasan sosial membuat satu per satu pasar membuka lapaknya secara online. Tak terkecuali Pasar Sabilulungan di Cicalengka, Bandung-Jawa Barat.

Asisten Manajer Koperasi Pedagang Pasar Raya Cicalengka, Ridzki Alfaridzi mengatakan pada masa awal pandemi, pasar masih berjalan normal. Namun, menjelang akhir September atau Agustus 2020 lalu, aktivitas di pasar terdampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Di saat yang sama, pemerintah daerah juga tengah gencar dengan program digitalisasi pasar. Upaya Koperasi Pasar Sabilulungan menyiapkan persyaratan go digital pun berlangsung mulus. Pasar basah itu akhirnya masuk dalam ekosistem Tokopedia, marketplace lokal besutan William Tanuwijaya.

“Pada November 2020 masuk ke Tokopedia,” katanya kepada Alinea.id melalui sambungan telepon, Jumat (3/9).

Salah satu lapak daging sapi di Pasar Sabilulungan di Cicalengka, Bandung. Foto dokumentasi.
Dia menjelaskan koperasi Pasar Cicalengka membawahi sekitar 800 pedagang. Namun, yang aktif hanya sekitar 200-300 anggota. Dari jumlah itu, lanjutnya, sekitar 100 pedagang yang sudah masuk dalam penjualan daring di Tokopedia.

Masuknya Pasar Sabilulungan dalam ekosistem digital langsung berdampak positif bagi para pedagang yang telah bergabung. 

Selanjutnya, Ridzki menambahkan pihaknya akan memasukkan kategori fashion menyusul yang sudah ada sebelumnya seperti sayuran, daging, ikan, dan bahan pokok. Hal itu dilakukan mengingat sektor fesyen juga menjadi bagian dari pasar Sabilulungan secara offline.

“Saat ini kami gencar melakukan promosi toko, kami juga tawarkan paket-paket (bahan pokok), biar pembeli bisa sekalian belanja,” ujarnya.

Semangat lokal

Pasar Sehat Sabilulungan Cicalengka tersebut menjadi salah satu contoh positif dari upaya digitalisasi pasar basah. Ini tak luput dari peran berbagai pihak, salah satunya Tokopedia yang turut membantu perkembangan pegiat usaha di Indonesia, khususnya usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal.

Beberapa waktu lalu, aplikasi bercorak hijau ini merilis inisiatif Hyperlocal demi membantu pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi. Inisiasi ini sekaligus untuk mewujudkan pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia.

Ilustrasi pasar. Foto Pixabay.

Salah satu bentuk nyata inisiatif tersebut adalah program Pasar Digital yang telah diluncurkan sejak April 2020 lalu. Kepala Divisi Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Daerah Tokopedia, Emmiryzan, mengungkapkan digitalisasi pasar tradisional merupakan salah satu wujud inisiatif Hyperlocal Tokopedia.

“Tujuannya untuk meningkatkan daya saing para penjual di pasar tradisional berbagai daerah melalui pemanfaatan teknologi. Ini diharapkan bisa berkontribusi untuk perekonomian daerah,” sebutnya dalam keterangan tertulis kepada Alinea.id.

Tokopedia merealisasikan program itu melalui kolaborasi dengan Kementerian Perdagangan dan pemerintah daerah. Lembaga pemerintah ini bertugas memberikan pendampingan dan edukasi yang intensif kepada pengurus pasar maupun koperasi pasar dalam berbagai bentuk. Kedua lembaga juga  menyediakan wadah untuk saling berbagi dan bertukar informasi.

Selain pasar Sabilulungan, ada enam pasar basah lain yang tergabung di Tokopedia. Sebut saja Pasar Cikurubuk di Tasikmalaya, Pasar Cihapit di Kota Bandung, Pasar Beringharjo  di Yogyakarta, Pasar Anyar di Tangerang, Pasar Kampung Baru, dan Pasar Pa'baeng-baeng Timur di Makassar.

Sejak masuk dalam penjualan daring, pasar-pasar tradisional ini bisa menyokong pedagang-pedagang pasar yang terdampak selama pandemi. Tak hanya itu, Pasar Cikurubuk online misalnya, sejak bergabung dengan Tokopedia pada April 2020, telah menjual hingga lebih dari 40.000 produk.

Sejak bergabung dengan Tokopedia, jumlah pesanan di Pasar Cikurubuk online naik lebih dari 4 kali lipat dibandingkan sebelumnya. Di sisi lain, Pasar Sehat Sabilulungan Cicalengka mencatatkan peningkatan jumlah pesanan hingga lebih dari 2 kali lipat selama kuartal I-2021,” paparnya.

Adapun pasar Beringharjo di Yogyakarta yang baru diluncurkan Juni 2021 lalu telah memfasilitasi puluhan pedagang pasar berjualan melalui pemanfaatan platform Tokopedia di tengah pandemi. Begitu juga dengan pasar Kampung Baru dan Pasar Pa'baeng-baeng Timur di Makassar yang diluncurkan Juli 2021 juga telah mengakomodir puluhan pedagang.

Dampak positif ini memacu Tokopedia untuk memperbanyak kerja sama dengan pemerintah daerah di berbagai penjuru Indonesia demi digitalisasi berbagai pasar tradisional. 

“Yang akan diwujudkan dalam waktu dekat adalah digitalisasi pasar tradisional di Provinsi Jawa Timur dan Bali,” tambahnya.

Ilustrasi. Foto Pixabay.

Emmir menyebut tak hanya untuk UMKM, Tokopedia juga mendorong akselerasi digital bagi lebih banyak pegiat usaha agar dapat beradaptasi lewat pemanfaatan teknologi di tengah pandemi.

“Kami terus membantu pegiat usaha dengan memberikan pendampingan, akses dan edukasi yang dibutuhkan termasuk peningkatan kualitas produksi hingga pemasaran. Kami juga menyediakan kelas online atau webinar edukasi, baik untuk pebisnis baru maupun yang sudah menjadi penjual di Tokopedia,” jelas dia.

Kian cepat

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda berpendapat, untuk menuju digitalisasi, hal yang perlu segera dibangun adalah penunjang dari pasar. Salah satunya, penggunaan smartphone bagi para pedagang di pasar.
Tak hanya itu, perlu juga memberikan ruang bagi kurir digital di dalam pasar. Juga, edukasi digital kepada pedagang pasar.

“Masih banyak pedagang di pasar basah yang tidak memiliki smartphone. Terlebih, para pedagang pasar di desa-desa terpencil,” ujar Huda kepada Alinea.id, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah mengatakan pandemi menjadikan proses digitalisasi semakin cepat. Tak terkecuali, pasar tradisional atau basah ini.

“Gaya hidup ini menguntungkan kedua belah pihak. Pedagang bisa survive di tengah pandemi dan konsumen semakin dimudahkan,” kata Piter kepada Alinea.id, beberapa waktu lalu.

 

img
Kartika Runiasari
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan