close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Akibat bea masuk barang dari China, konsumen harus membayar lebih mahal membeli sepatu./Antara Foto
icon caption
Akibat bea masuk barang dari China, konsumen harus membayar lebih mahal membeli sepatu./Antara Foto
Bisnis
Minggu, 04 Agustus 2019 10:00

Masa suram industri alas kaki AS

70% sepatu yang terjual di Amerika Serikat berasal dari China.
swipe

Industri alas kaki Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu korban terbesar dalam perang dagang dengan China. Dengan bea masuk sebesar 10%, dipastikan harga sepatu yang didapat masyarakat AS tidak lagi murah. 

Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump pekan lalu, mengumumkan sekitar US$300 miliar barang Tiongkok menjadi target pungutan AS. AS pun menetapkan bea masuk sebesar 10% yang akan berlaku pada 1 September. 

Lewat bea masuk tersebut, maka barang-barang konsumen seperti: pakaian, tekstil rumah seperti tempat tidur dan sepatu yang didatangkan dari China harganya dipastikan lebih mahal. Pengusaha pun menyebutnya sebagai kematian di industri konsumen atas pukulan besar ini. 

"Konsumen tidak bisa bersembunyi. 10% itu pukulan yang mematikan" kata Presiden dan CEO Footwear Distributors and Retailers of America (FDRA) Matt Priest seperti dikutip dari CNBC

Priest menyebut pabrik sepatu mendapat pukulan besar usai tarif diberlakukan. Sebagai informasi, 70% sepatu yang terjual di AS berasal dari China. 

Data dari Footwear Distributors & Retailers of America anggotanya yang berjumlah lebih dari 500 anggota termasuk Walmart, Nike, Crocs, dan Steven Madden mengimpor barangnya dari China. Artinya, 67% produsen alas kaki yang diimpor dari Cina terpukul dengan adanya bea masuk tersebut. 

Gulung tikar

FDRA menghitung jenis sepatu kanvas 'skate' yang sedang populer, harganya akan melambung menjadi US$58,69 dari US$49,99 dengan adanya tambahan tarif 10%. Harga sepatu boot untuk berburu menjadi US$222,27 dari US$190. Lalu, harga sepatu lari menjadi US$187,50 dari US$150.

Sebenarnya perusahaan seperti: Nike, Under Armor dan Puma terus mengurangi ketergantungan mereka pada Cina. Kemudian mengalihkan sumber daya ke tempat-tempat seperti Vietnam. 

Nike, misalnya, membuat 47% dari sepatunya di Vietnam pada tahun fiskal 2018. Sisanya sebanyak 26% di Cina dan 21% di Indonesia. 

Begitu juga dengan Adidas yang menempatkan Vietnam sebagai negara sumber terbesar produksi sepatunya. Volume pembuatan sepatu di Vietnam mencapai 42%, lalu 18% berasal dari China yang telah turun 1% dibandingkan tahun 2017. 

Under Armour mengatakan 87% dari produk alas kakinya pada tahun 2018 diproduksi oleh lima produsen kontrak utama. Sebagian besar beroperasi di Cina, Vietnam dan Indonesia.

Nah, dengan adanya tarif tersebut dipastikan perusahaan bakal kesulitan melayani pelanggan dengan segmen menengah ke bawah. Bukan tidak mungkin, perusahaan akan kesulitan untuk memenuhi pasokan. 

Efeknya pada jangka pendek perusahaan alas kaki bakal terancam kebangkrutan. Bukan tidak mungkin jejak Payless ShoeSource akan diikuti oleh sejumlah toko grosir sepatu lainnya. 

Seperti diketahui, Payless adalah saluran grosir populer untuk banyak merek sepatu yang mengajukan kebangkrutan pada bulan Februari dan menutup semua 2.500 toko. Merek-merek seperti: Nine West, Rockport dan The Walking Co. mengajukan kebangkrutan pada tahun 2018. 

CEO American Apparel and Footwear Association Rick Helfenbein mengeluhkan pesan dari Trump untuk keluar dari China. Persoalannya kata Helfenbein, tidak bisa memindahkan pabrik dan dagangan secepat itu.  

"Apabila memilih untuk tinggal di sana makan disebut melawan padahal memindahkan barang dagangan tidak secepat itu," ucap Helfenbein. 

img
Mona Tobing
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan