Emiten rokok PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) kembali mencatat penurunan laba bersih sebesar 32,25% hingga kuartal III-2020. Laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp6,91 triliun atau turun dari periode yang sama tahun 2019 yang sebesar Rp10,2 triliun.
Turunnya laba bersih HM Sampoerna sejalan dengan penurunan penjualan bersih perseroan. Hingga kuartal III-2020, penjualan bersih perseroan tercatat mengalami koreksi 12,55% secara tahunan dari Rp77,5 triliun di kuartal III-2019, menjadi Rp67,7 triliun pada kuartal III-2020.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), penjualan emiten pemilik jenama Dji Sam Soe tersebut di segmen sigaret kretek mesin cukup mengalami tekanan. Penjualan di segmen tersebut turun 17,15% dari Rp54,6 triliun pada kuartal III-2019, menjadi Rp45,2 triliun pada kuartal III-2020.
Penjualan perseroan juga tercatat turun di segmen sigaret putih mesin sebesar 19,91% menjadi Rp6,5 triliun pada kuartal III-2020, dari Rp8,1 triliun secara tahunan atau year on year (YoY).
Untuk penjualan di segmen sigaret kretek tangan, emiten berkode saham HMSP itu mencatat pertumbuhan 9,76% menjadi Rp15,3 triliun, dari Rp14 triliun secara yoy. Adapun kinerja ekspor perusahaan tercatat hingga 44,78% menjadi Rp173 miliar pada kuartal III-2020, dari Rp314 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, beban pokok penjualan perseroan hingga September 2020 ini tercatat naik 5,83% menjadi Rp4,38 triliun, dari Rp4,6 triliun secara yoy. Dengan kinerja tersebut, laba per saham dasar perseroan tercatat turun menjadi Rp59 dari Rp88 secara tahunan.
Sementara itu, jumlah liabilitas perseroan tercatat naik menjadi Rp16 triliun pada September 2020 dari Rp15,2 triliun pada periode 31 Desember 2019. Total ekuitas turun menjadi Rp28,6 triliun hingga kuartal III-2020, dari Rp35,6 triliun pada 31 Desember 2019. Total aset perseroan juga tercatat turun menjadi Rp44 triliun dari Rp50,9 triliun pada 31 Desember 2019.
Presiden Direktur Sampoerna Mindaugas Trumpaitis sebelumnya mengakui perusahaan menghadapi tantangan selama masa puncak pandemi, khususnya pada kuartal II-2020. Pada periode April hingga Juni 2020, atau sesaat setelah kasus pertama positif Covid-19 dikonfirmasi di Indonesia, penjualan rokok hanya mencapai 18 miliar batang atau mengalami penurunan sebesar 27,8% secara tahunan (yoy), dan turun 12% quartal to quartal (qtq).