Sejumlah pelaku usaha pariwisata meminta kepada pemerintah memperbolehkan maskapai asing untuk bisa berkompetisi pada penerbangan domestik di Indonesia dalam skala lebih luas. Apakah memungkinkan maskapai asing masuk pada penerbangan domestik?
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, apabila dibuka lebih luas, harga tiket pesawat bisa bersaing lebih kompetitif.
"Sekarang hanya Lion Air Group dan Garuda Group. Idealnya ada tiga atau empat grup yang bermain, sehinga pasar bisa menentukan," ujar Yusran saat ditemui di salah satu hotel di Jakarta.
Terbukanya kompetisi bisnis penerbangan domestik ini, paling diuntungkan adalah konsumen,
Kendati demikian, pemerintah jangan terlalu melakukan intervensi bisnis maskapai untuk memaksa mereka menurunkan harga tiket pesawat.
"Pemerintah hanya harus menjaga kondusif, supaya terjadi persaingan sehat. Selama ini tiket kan sudah murah-murah terus, kemudian naik ratusan persen, itu yang diteriakin masyarakat," tutur Yusran.
Sekjen DPP Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Titus Indrajaya juga sepakat untuk membuka asing supaya bisa masuk lebih luas dalam penerbangan domestik di Indonesia.
Dengan demikian, masing-masing maskapai penerbangan akan menerapkan strategi harga untuk menarik konsumennya.
"Bisa membangkitkan kembali penerbangan Indonesia, ya dampaknya ke pariwisata, ada multiplier effect di situ," ujar Titus.
Di sisi lain, Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman menyatakan, usulan PHRI dan ASITA itu, justru bisa menimbulkan masalah baru.
Memperbolehkan maskapai asing masuk ke Indonesia bukan satu-satunya solusi dalam membuat harga tiket pesawat kompetitif.
"Solusi yang tepat, cari harga dan strategi yang pas untuk pasar Indonesia dan bagaimana bisa mengedukasi konsumen supaya tahu, kalau mau murah jauh-jauh hari. Kalau last minute, ya bayarnya beda. Seluruh dunia sudah kayak gitu," ujar Gerry.