close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi PLTS Atap. Foto solarsuryaindotama.co.id
icon caption
Ilustrasi PLTS Atap. Foto solarsuryaindotama.co.id
Bisnis
Senin, 07 Februari 2022 15:11

Masyarakat berperan penting dalam transisi energi melalui PLTS

Peran masyarkat menjadi penting 5-10 tahun mendatang.
swipe

Pemerintah terus mendorong transisi energi dari berbasis fosil ke Energi Baru Terbarukan (EBT). Salah satu sumber energi terbarukan yang didorong pemerintah adalah surya.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, melalui pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap masyarakat juga bisa ambil peran dalam mempercepat transisi energi.

"Dekarbonisasi atau transisi energi tidak hanya PT PLN (Persero). Saya melihat peran masyarakat menjadi sangat penting pemanfaatan PLTS Atap dan baterai dalam 5-10 tahun mendatang," katanya dalam seminar, Senin (7/2).

Dia menjelaskan, International Renewable Energy Agency (IRENA) memperkirakan harga photovoltaic (PV) akan turun 55% sampai 2030 dan 45-55% turbin angin. Lalu, harga baterai (battery storage) dalam lima tahun turun 40%.

Selain harga teknologi yang semakin turun, pemanfaatannya juga semakin terbuka bagi masyarakat luas. Menurutnya, ini disrupsi yang harus dilihat juga oleh PLN.

"Dekarbonisasi atau transisi energi tidak hanya PLN, saya melihat peran masyarakat ini sangat penting dengan pemanfaatan PLTS Atap dan baterai dalam 5-10 tahun mendatang," ucapnya.

Fabby menyebut, arah investasi global saat ini adalah kepada energi terbarukan. Tahun lalu, menurutnya, investasi energi global mencapai US$ 1,9 triliun. Untuk ketenagalistrikan US$ 855 miliar di mana 70% atau US$ 530 miliar diinvestasikan pada pembangkit energi terbarukan.

"Korporasi global menjadi berperan sangat penting dan jadikan listrik energi terbarukan jadi syarat investasi dalam satu dekade terakhir," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, di Indonesia sendiri transisi energi tidak akan lepas dari transisi yang dilakukan oleh PT PLN (Persero). Menurutnya, ini akan menjadi momentum penting keberhasilan dekarbonisasi dan akan mempengaruhi ekonomi masa depan RI.

"Climate change kesepakatan global ini jadi kebijakan dijadikan instrumen ekonomi dan perdagangan global investor yang masuk RI hari ini," katanya.

Kondisi ini berbeda dengan 10-15 tahun lalu di mana saat investor datang yang ditanyakan terlebih dahulu adalah ketersediaan pasokan listrik. Sementara, saat ini investor mempertanyakan seberapa besar energi terbarukan yang digunakan.

"Apakah Indonesia listriknya hijau, apakah intensitas karbon dari energi Indonesia rendah atau tinggi," ucapnya.

Kemudian, para pemberi pinjaman akan melihat apakah ketentuan Environmental, Social & Governance (ESG) terpenuhi atau tidak.

"Salah satu driver transisi energi global adalah biaya EBT yang semakin rendah," katanya.

img
Anisatul Umah
Reporter
img
Ayu mumpuni
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan