Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pada tahun 2045 Indonesia akan menjadi negara maju. Hal tersebut tertuang di dalam pidato pelantikannya dalam Visi Indonesia 2045.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Affandi Lukman, mengatakan untuk dapat menjadi negara maju, Indonesia harus dapat menjaga pertumbuhan ekonominya di atas 7% setiap tahunnya. Hal ini agar produk domestik bruto (PDB) dapat tumbuh US$7 triliun pada 2045.
Sebab, kata Rizal, jika pertumbuhan Indonesia stagnan di angka 5%, maka pada 2045 diprediksi PDB juga hanya akan tumbuh US$5 triliun hingga 25 tahun ke depan.
"Jadi untuk mencapai angka US$7 triliun itu Indonesia harus tumbuh rata-rata 7% per tahun,” katanya dalam acara Indonesia Economic Forum, di Jakarta, Rabu (20/11).
Sementara, saat ini, berdasarkan data International Monetary Fund (IMF) per Oktober 2019 outlook PDB Indonesia hanya mencapai US$1,11 triliun. Sedangkan berdasarkan data Bank Dunia PDB Indonesia per 2017 hanya mencapai US$ 1,016 triliun.
Rizal mengatakan, untuk dapat meningkatkan angka PDB tersebut, diperlukan sejumlah terobosan dalam menggenjot ekspor dan investasi yang berfungsi sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi nasional.
Investasi dan ekspor juga berperan menyokong perekonomian, selain sektor konsumsi rumah tangga yang telah berkontribusi lebih dari 50% terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Kita perlu pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi yang diharapkan membawa teknologi bagi industri nasional,” kata dia.
Sementara itu, Rizal menuturkan, pertumbuhan ekonomi 7% tersebut hanya dapat dicapai secara bertahap. Apalagi, kondisi perekonomian global terus mengalami tekanan.
“Upaya yang dilakukan bukan setahun langsung 7%, sebab banyak faktor yang mempengaruhi tidak hanya domestik tapi juga eksternal,” tuturnya.
Kerja sama perdagangan internasional
Lebih lanjut, Rizal mengungkapkan, untuk mewujudkan cita-cita menjadi negara maju, pemerintah memperluas pangsa pasar produk dalam negeri dengan cara membuka kerja sama dagang dengan negara lain. Dia menjelaskan saat ini sudah ada 17 kerja sama perdagangan yang akan berjalan dengan sejumlah negara.
Namun, dia memberi catatan, industri dalam negeri harus siap memanfaatkan momen tersebut dengan produk-produk yang berdaya saing, sehingga tidak hanya menjadi pasar produk dari negara lain.
"Ini merupakan modal yang kalau tidak kompetitif industrinya, peluang kerjasama tadi yang kita miliki itu hanya kesempatan yang tidak bisa dimanfaatkan," ujarnya.