close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pedagang sayuran menjajakan dagangannya di pasar. Antara Foto
icon caption
Pedagang sayuran menjajakan dagangannya di pasar. Antara Foto
Bisnis
Jumat, 04 Januari 2019 15:59

Menakar ekonomi 2019, menanti tangan dingin wapres dan menteri

Gejolak ekonomi pada 2019 diprediksi bakal semakin sulit. Mengingat, berbarengan dengan tahun politik.
swipe

Gejolak ekonomi pada tahun 2019 diprediksi bakal semakin sulit. Mengingat, berbarengan dengan tahun politik, di mana sangat menentukan bagi kondisi dan kesinambungan perekonomian Indonesia untuk lima tahun ke depan. 

Beberapa lembaga survei menyebut, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin mengungguli elektabilitas Prabowo-Sandiaga Uno. Meski begitu, kemenangan pasangan calon nomor urut 01 itu belum bisa jadi jaminan. Hasil akhir tetap akan mengacu pada 17 April 2019 mendatang.

Menjelang Pemilu, kalangan menyebut kinerja perekonomian Indonesia ke depan sebenarnya bukan terletak pada siapa presidennya. Melainkan sang wakil presiden. Artinya, masyarakat akan melihat pada sosok KH. Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno. Tapi ada juga keberhasilan ekonomi justru dilihat dari kinerja para pembantu presiden yakni menteri.

Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal, menilai mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lebih memilih wakil presiden yang berlatar belakang ekonomi. Pada Pilpres 2004 dengan Jusuf Kalla. Kemudian pada 2009 dengan Boediono. Jusuf Kalla kemudian melanjutkan kembali mengemban tugas Wakil Presiden pada kepimpinan Joko Widodo (2014-2019). 

“Kuncinya sekarang ada di wapres. Saya melihat apa yang bisa dilakukan Wapresnya ketika melihat Jusuf Kalla (JK) di kabinet SBY, menjalankan sekali fungsi dan peran wapresnya di bidang ekonomi. Kita melihat waktu itu perekonomian cukup signifikan naiknya. Saya melihat peran dari JK,” kata Fithra kepada Alinea.id di Jakarata, Rabu (3/1). 

Setelah selesai masa kepemimpinannya dengan JK, di Pilpres berikutnya SBY menggandeng bekas Gubernur Bank Indonesia, Boediono. Pada era Boediono pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat cukup drastis. Dari 4,7% pada 2009 kemudian melejit di kisaran 5,03%. Bahkan sampai 6,38% sepanjang 2010-2014. 

“Peran wapres memang cukup krusial untuk menjaga stabilitas ekonomi dan bisa tetap tumbuh signifikan di tengah tekanan eksternal,” ujar Fithra.

Sementara Jusuf Kalla, kata Fithra, yang kali ini untuk kedua kali menjabat sebagai wakil presiden, di era Jokowi justru tidak begitu maksimal. Meski begitu, keberadaan dan peran sosok wakil presiden sebenarnya bisa berpengaruh cukup signifikan terhadap perekonomian negara.

“Kita melihat (peran wapres) JK pada periode satu (kabinet SBY). Jadi, wapres sebenarnya bisa signifikan (untuk perekonomian Indonesia),” ucapnya. 

Lebih lanjut, Fithra menjelaskan, jika berkaca dari situ dia merasa bahwa pasangan Prabowo-Sandiaga Uno lebih bisa menjalankan roda perekonomian Indonesia dengan baik ketimbang Jokowi-Maruf Amin. 

“Saya melihat, Ma'aruf Amin ahli iya (di bidang syariah), tapi bukan praktisi. Lebih melihat syariah yang condong ke Fikih, bukan sektor rill. Sementara Sandiaga Uno lebih ke sektor rill, (yang) justru lebih menjanjikan. Saya lebih menantikan gimana kiprahnya ke depan,” ujarnya. 

Berbeda dengan Fithra, Ekonom Indef, Bhima Yudhistira, justru melihat kesinambungan perekonomian Indonesia sangat ditopang oleh kinerja dan strategi para menteri yang akan menjabat nantinya. Penilaian Bima melihat kondisi ekonomi belakangan ini yang bisa dikendalikan berkat menteri yang berhasil menyusun kebijakan dengan arif.

"Sekarang (peta perekonomian) lebih didominasi oleh tim ekonomi yang teknis. Karena kebijakannya pun tidak struktural, tapi lebih kepada kebijakan-kebijakan teknis. Menteri-menteri itulah yang berperan sebagai pemain di lapangan dibandingkan Wapres.

Meskipun demikian, Bima tidak menampik sebelumnya pada era SBY, Boediono aktif menggerakkan KSP (Kantor Staf Presiden). Sementara saat ini tampaknya tidak banyak. 

“Kalau sekarang kayaknya tidak. Jadi, sepertinya Menteri itu langsung tembusannya ke Jokowi," ujarnya.

Lebih lanjut, kata Bhima, baik pasangan calon Jokowi-Ma'ruf Amin maupun Probowo-Sandiaga Uno, yang dilihat pelaku usaha saat ini siapa yang nantinya menjabat sebagai tim ekonomi salah satu paslon yang akan diangkat untuk duduk di kursi pemerintahan.

"Pasar tuh melihatnya, bodo amat sama April 2019. Mau Jokowi atau Prabowo dianggap sama saja. Ma'ruf Amin dan Sandiaga juga ada plus minusnya. Ini jika dilihat dari pasar, yang lebih penting itu pada bulan November. Di sinilah spekulasi siapa tim ekonomi yang dilantik. Nah, itu yang penting," kata Bima. 

Seperti diketahui, kinerja perekonomian berdasarkan data Badan Pusat Statistik tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2018 mencapai 5,17%. Namun sayang, pertumbuhan ekonomi itu tidak cukup merata. Sementara laju inflasi pada tahun kalender 2018 sebesar 3,13%.

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan