close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Indonesia akan terus menjalin hubungan bilateral dengan Amerika Serikat dan China, di tengah perang dagang antara kedua negara tersebut. Foto Shutterstock
icon caption
Indonesia akan terus menjalin hubungan bilateral dengan Amerika Serikat dan China, di tengah perang dagang antara kedua negara tersebut. Foto Shutterstock
Bisnis
Sabtu, 30 Januari 2021 19:47

Mendag tegaskan akan terus jalin hubungan dagang dengan AS dan China

Indonesia tetap menjalin hubungan baik dengan AS dan China serta menjadi mitra yang solid di masa pandemi ini.
swipe

Indonesia akan terus menjalin hubungan bilateral dengan Amerika Serikat dan China, di tengah perang dagang antara kedua negara tersebut. AS dan China merupakan negara mitra strategis bagi Indonesia, termasuk di tengah pandemi Covid-19.

“Indonesia tetap menjalin hubungan baik dengan AS dan China serta menjadi mitra yang solid di masa pandemi ini, meskipun terjadi perang dagang di antara kedua negara tersebut. AS dan China berperan besar terhadap kinerja perdagangan Indonesia, dan sebaliknya Indonesia merupakan negara yang penting di bidang perdagangan bagi keduanya,” terang Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (30/1).

Dengan AS, Indonesia mendapatkan skema khusus melalui Generalized System of Preference (GSP) yang pemanfaatannya terus meningkat hingga mencapai 15,2% pada periode Januari-November 2020.

Selain itu, pelantikan Joe Biden menjadi Presiden AS terpilih pada 20 Januari lalu merupakan
peristiwa strategis bagi hubungan Indonesia dan AS. Prospek ekonomi dan perdagangan Indonesia-AS diperkirakan akan jauh membaik pada kepemimpinan Joe Biden, terlebih lagi kebijakan Presiden Joe Biden mendukung pada hubungan perdagangan yang lebih kondusif serta meningkatkan keterbukaan perdagangan dan investasi.

Di bawah kepemimpinan Joe Biden di AS saat ini dan di tengah perang dagang yang berlangsung, Indonesia kini menerapkan beberapa kebijakan perdagangan. Di antaranya, mengoptimalkan pemanfaatan Generalized System of Preferences (GSP) untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar AS, mengupayakan pendekatan keseimbangan perdagangan dan investasi dengan memanfaatkan berbagai perjanjian dagang internasional, memperluas pasar nontradisional, dan menciptakan iklim investasi yang lebih baik untuk AS dan China, termasuk fasilitasi perdagangan dan integrasi regional.

Pada Januari-November 2020, ekspor Indonesia ke AS naik 3,57% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Ekspor masih didominasi pakaian jadi sebesar 19,4%, elektronik sebesar 9,84%, dan produk karet sebesar 7,95%. Ekspor Indonesia ke AS menunjukkan tren peningkatan selama pandemi Covid-19.

Sedangkan, impor Indonesia dari AS pada periode Januari-November 2020 turun sebesar 8,91% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor masih didominasi oleh bahan galian 12,74%, disusul mesin 12,23%, dan benih minyak 10,95%.

Sementara itu, dengan China hubungan kerja sama perdagangan dan investasi Indonesia juga terjalin melalui skema ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Bahkan, fasilitasi perdagangan untuk pemanfaatan ACFTA cukup meningkat pesat selama beberapa tahun terakhir ini.

Pada periode Januari-November 2020, ekspor Indonesia ke China naik sebesar 10,96% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor masih didominasi besi dan baja sebesar 23,7%, mineral sebesar 21,48%, dan minyak kelapa sawit 10,63%. Hal ini menunjukkan ekspor Indonesia ke China menunjukkan tren peningkatan yang luar biasa selama pandemi Covid-19.

Impor Indonesia dari China pada periode Januari-November 2020 turun sebesar 13,81% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor masih didominasi elektronik sebesar 23,51% dan disusul mesin sebesar 22,85%, dan produk plastik sebesar 4,01%.

Mendag menegaskan, saat ini Indonesia sedang bertransformasi menjadi negara pengekspor barang industri dan industri berteknologi tinggi dari sebelumnya sebagai negara pengekspor barang mentah dan barang setengah jadi.

Transformasi ini terjadi pada produk besi baja dan kendaraan bermotor. Kedua komoditas tersebut adalah fenomena baru dalam ekspor Indonesia di masa yang akan datang. Nilai yang disumbangkan kedua produk ini sangat tinggi dan menjanjikan.

“Sebelumnya, tidak pernah terbayangkan dalam waktu dekat ini Indonesia akan menjadi pengekspor komoditas-komoditas tersebut. Untuk besi dan baja, kini Indonesia adalah negara penghasil terbesar kedua di dunia setelah China. Indonesia mengekspor lebih dari 70% besi baja ke China. Pada 2020, komoditas besi baja menempati urutan ke-3 pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 7% atau senilai US$10,85 miliar,” terang Mendag.

Total perdagangan AS dan China mencakup lebih dari 30% total perdagangan Indonesia di 2020. “Ke depannya, hubungan Indonesia dengan kedua negara diharapkan tetap berjalan baik dan dapat semakin berkembang,” pungkas Mendag.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan