close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi minyak dunia. Foto Freepik.
icon caption
Ilustrasi minyak dunia. Foto Freepik.
Bisnis
Minggu, 22 Desember 2024 19:18

Mengapa konflik Suriah menyebabkan minyak fluktuasi

Harga minyak dunia naik usai pemberontak menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
swipe

Konflik yang terus bergejolak di Suriah memicu disrupsi pada pasokan minyak mentah di kawasan Timur Tengah. Harga minyak dunia mengalami fluktuasi dan menjadi tantangan bagi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. 

Harga minyak dunia naik usai pemberontak menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Tumbangnya Assad melenyapkan dinasti keluarga selama 50 tahun melalui serangan kilat oleh pemberontak menimbulkan kekhawatiran akan gelombang ketidakstabilan baru di Timur Tengah yang dilanda perang.

Setelah rezim Bashar al-Assad dijatuhkan, kini Suriah dalam genggaman faksi-faksi pemberontak pimpinan Hayat Tharir al-Syam (HTS), yang dulu berafiliasi dengan Al Qaeda. Rusia, Iran, dan Hizbullah, penyokong Al-Assad terancam kehilangan pijakan di Suriah.

Terganggunya pasokan menjadi tantangan bagi ketersediaan BMM dalam negeri. Belum lagi jika harga minyak global naik, maka harga BBM juga terancam melambung. 

VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan ketegangan di wilayah Timur Tengah turut berdampak terhadap Indonesian Crude Price (ICP), namun tidak signifikan. 

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga rata-rata ICP pada Oktober 2024 mengalami kenaikan tipis sebesar US$0,99 per barel, menjadi US$73,53 per barel.

Menurut Oktavianus, kenaikan dipengaruhi oleh kombinasi sentimen global, termasuk disrupsi pasokan minyak dari Timur Tengah akibat konflik di Suriah.

“Dampak dari konflik Suriah terhadap ICP Indonesia cenderung kecil, namun disrupsi di kawasan Timur Tengah, termasuk sanksi Amerika Serikat terhadap Iran dan pengurangan produksi OPEC+, menjadi faktor utama fluktuasi harga minyak global,” ujar Oktavianus kepada Alinea.id, Rabu (11/12).

Sebagai informasi, OPEC+ telah memangkas produksi minyak mentah sebesar 557.000 barel per hari (bph) dalam beberapa bulan terakhir, yang turut mendukung kenaikan harga minyak. Selain itu, sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran diperkirakan akan membatasi ekspor minyak mentah ke negara-negara besar seperti China, sehingga memengaruhi pasokan global.

Di sisi lain, produksi minyak Suriah relatif kecil dibandingkan negara tetangganya. Data Administrasi Informasi Energi AS (EIA) 2022, produksi minyak Suriah hanya berada di posisi ke-55 dunia. Produksi harian negara tersebut jauh tertinggal dibandingkan negara seperti Arab Saudi yang 10 juta bph, Iran dan Irak sekitar 3 juta bph hingga 4 juta bph, serta Kuwait, United Arab Emirates (UAE), dan Oman rata-rata 1 juta bph.

Produksi Suriah menyumbang kurang dari 1% total produksi minyak di Timur Tengah, menjadikannya relatif tidak signifikan dalam skala global. Namun, konflik di Suriah tetap menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait keamanan jalur pasokan utama di kawasan tersebut.

Salah satu dampak utama konflik Suriah adalah meningkatnya risiko keamanan jalur distribusi dan stabilitas Timur Tengah, terutama di Selat Hormuz, jalur vital yang digunakan untuk mengekspor minyak dari negara-negara besar Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Irak, dan Iran. Selat Hormuz mengangkut sekitar 20 juta bph minyak mentah, atau sekitar 30% dari perdagangan minyak global.

Menurut Oktavianus, konflik di kawasan tersebut dapat memengaruhi pergerakan harga minyak mentah Brent, meskipun penguatannya diperkirakan terbatas. 

"Dengan produksi minyak domestik yang stabil dan pasokan minyak global yang tetap terjaga, Indonesia memiliki peluang untuk memitigasi risiko disrupsi pasokan. Ke depannya, stabilitas di Timur Tengah tetap menjadi faktor penting dalam menjaga dinamika harga minyak global dan keberlanjutan pasokan energi Indonesia," ujarnya.

Pasar modal

Sementara, dia bilang, dampak konflik geopolitik tersebut terhadap emiten energi dalam negeri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih terbatas.

“Kontribusi minyak mentah Suriah terhadap pasokan global sangat kecil, sehingga dampaknya terhadap emiten energi di Indonesia relatif konservatif. Pergerakan harga minyak global tetap menjadi faktor penting, tetapi dengan fluktuasi yang terkendali,” ujar Oktavianus.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan