Bagaimana dengan rencana investasi Anda tahun depan? Menjelang tutup tahun, tak ada salahnya bila melakukan evaluasi hasil investasi.
Bila target investasi belum tercapai, mungkin saatnya untuk melirik instrumen investasi lain. Salah satu yang bisa menjadi pilihan merupakan Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) ritel.
Saat ini, baru satu produk EBA-SP ritel yang beredar di pasar, yakni EBA-SP SMF BTN 01 Kelas A yang dirilis oleh PT Sarana Multigriya Finansial (SMF). Investor bisa merogoh kocek minimal Rp100.000 dan maksimal Rp10 juta untuk membeli produk ini.
Kuponnya sekitar 8,6% per annum dengan peringkat AAA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Kupon itu lebih tinggi dibandingkan rata-rata suku bunga deposito. Tingkat bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bank umum untuk suku bunga denominasi rupiah saja saat ini hanya di level 6,75%.
SMF berperan sebagai standby seller dan standby buyer, kuotasi harga jual dan beli dari SMF setiap pagi berlaku 1 hari. Transaksi bisa dilakukan melalui perusahaan pedagang efek yang bekerjasama dengan SMF.
Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengatakan produk ini bisa menjadi diversifikasi instrumen investasi bagi investor ritel. Nilai transaksinya juga terjangkau, risiko kecil karena memiliki aset dasar berupa tagihan kredit pemilikan rumah (KPR), serta dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Produk ini untuk mengembangkan jumlah investor EBA-SP dengan target investor perorangan. Tahun depan, perusahaan juga akan meluncurkan EBA-SP ritel yang kedua. SMF akan berperan sebagai market maker guna menciptakan pasar sekunder EBA-SP menjadi lebih likuid.
Sebelumnya EBA-SP banyak dimiliki oleh investor institusi seperti Dana Pensiun (Dapen), Asuransi, dan lainnya. "EBA SP ritel ini merupakan upaya kami memperluas dan mengembangkan investor base EBA-SP, yaitu para investor potensial seperti generasi milenial dan masyarakat lainnya yang ingin berinvestasi,“ kata Ananta, Yogyakarta.
Hingga kini, SMF telah memfasilitasi penerbitan EBA sebesar Rp10,16triliun dan penyaluran pinjaman sebesar Rp35,18triliun. Adapun dana yang dialirkan ke penyalur KPR sampai dengan 31 Oktober 2018 kumulatif mencapai Rp45,34triliun.
“Untuk transaksi sekuritisasi, Sejak tahun 2009, sampai dengan 2018 SMF telah memfasilitasi 12 kali transaksi sekuritisasi. Sedangkan, untuk kerjasama pembiayaan, SMF telah bekerjasama dengan Bank Umum, Bank Syariah, Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan Perusahaan Pembiayaan,” ujar Ananta.
Tak agresif
SMF tak mematok target bisnis tahun depan. Ananta mengatakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang terus merangkak naik diperkirakan akan berimbas terhadap industri properti. "Kalau bunga naik, apakah konsumen akan tahan?" tutur dia.
Hingga Oktober 2018, perusahaan mencatat laba bersih sekitar Rp376 miliar atau 91,7% terhadap target yang dipatok sebesar Rp410 miliar. Pendapatan mencapai Rp1,08 triliun atau sekitar 86,4% dari target yang sekitar Rp1,25 triliun
SMF melakukan sederet program, di antaranya pembiayaan perumahan di daerah yang terdampak bencana, program penurunan beban fiskal, program pembiayaan homestay di empat destinasi wisata, dan program pembangunan rumah di daerah kumuh di 32 kota.