close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi emas. Foto dokumentasi PT Aneka Tambang Tbk.
icon caption
Ilustrasi emas. Foto dokumentasi PT Aneka Tambang Tbk.
Bisnis
Minggu, 16 Februari 2025 20:08

Mengintip realisasi hilirisasi mineral

Berbagai inisiatif diluncurkan guna memastikan pengelolaan sumber daya mineral dilakukan dari hulu ke hilir di dalam negeri, sehingga mampu menciptakan rantai pasok yang lebih baik.
swipe

Penerapan kebijakan hilirisasi mineral dan batu bara tetap menjadi prioritas di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Hilirisasi diyakini sebagai upaya untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus bentuk kedaulatan negara. Berbagai inisiatif diluncurkan guna memastikan pengelolaan sumber daya mineral dilakukan dari hulu ke hilir di dalam negeri, sehingga mampu menciptakan rantai pasok yang lebih baik.

Untuk pertama kalinya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID merealisasikan pengiriman emas dari PT Freeport Indonesia (PTFI) ke PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM). Ini merupakan sejarah baru dalam industri pertambangan nasional.

Pengiriman emas ini merupakan tindak lanjut dari komitmen sinergi emas antaranggota grup MIND ID, yakni ANTM dan Freeport Indonesia pada November 2024.

Melalui sinergi ini, pengolahan lumpur anoda dari pengolahan tembaga dapat diolah lebih lanjut di dalam negeri menjadi emas murni dan selanjutnya menjadi produk akhir guna memenuhi kebutuhan investasi masyarakat Indonesia.

Pada pengiriman perdana ini, sebanyak 125 kilogram (kg) emas batangan dengan kadar kemurnian 99,99% dikirimkan kepada ANTM pada Rabu (13/2).

Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan realisasi pengiriman ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian bisnis pembelian sebanyak 30 ton emas antara ANTM dan Freeport Indonesia.

Hendi menyebut sinergi ini bukan sekadar pencapaian bisnis, tetapi juga strategi kedaulatan ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku. "Sinergi ini akan kami dorong terus dan semoga kami tingkatkan lagi, sehingga rantai pasok industri emas ini dapat benar-benar memberi dampak nyata sekaligus kedaulatan bagi perekonomian Indonesia," tuturnya.

Dengan terealisasinya pengiriman emas ini, menurut Direktur Utama ANTM Nico Kanter, maka ANTM akan konsisten mengurangi impor bahan baku.

"Ini awal yang baik untuk kerja sama jangka panjang. Pencapaian ini merupakan hasil dari strategi bisnis yang solid, optimalisasi produksi, serta meningkatnya permintaan pasar. Kami akan terus memperkuat posisi ANTM sebagai pemimpin industri logam mulia di Indonesia," katanya, baru-baru ini.

Nico melanjutkan pengiriman emas ini juga akan memberi dampak positif pada kinerja perusahaan, karena momentum harga emas dunia sedang berada pada rekor tertinggi (all-time high).

"Pengiriman dari Freeport memperkuat pasokan emas ANTM dan meningkatkan efisiensi, serta rekor penjualan kami menunjukkan kepercayaan pasar yang tinggi. Harga emas yang sedang bullish turut mendorong kinerja ini," lanjutnya.

Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan perseroan berupaya konsisten mendukung visi pemerintah untuk memaksimalkan nilai tambah sumber daya alam dan mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Dia juga memastikan insiden yang terjadi di salah satu fasilitas kompleks Smelter PTFI tidak membuat perusahaan berhenti menjalankan komitmen hilirisasi pertambangan. Pembangunan Precious Metal Refinery (PMR) telah selesai dan Freeport Indonesia tetap dapat memproduksi emas murni.

"Sebagai perusahaan yang memiliki pengolahan dan pemurnian terintegrasi dalam negeri mulai hulu hingga hilir, PTFI telah mewujudkan hilirisasi tembaga dan saat ini hilirisasi emas. Dalam waktu dekat akan menyusul hilirisasi perak," kata Tony.

Freeport Indonesia berhasil memproses sekitar 12,56 ton lumpur anoda dari PT Smelting. Dari proses tersebut dihasilkan emas batangan 189 kg, dimana 125 kg fine gold purity 99,99%, sementara 64 kilogram masih akan di-casting ulang agar memenuhi standar fine gold purity.

PMR Freeport Indonesia pun menjadi salah satu produsen emas murni batangan di Indonesia dengan kapasitas pemurnian sekitar 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun serta Platinum Group metals yaitu 30 kg platinum, 375 kg Palladium.

Masa depan industri mineral

Adapun proyek hilirisasi yang terintegrasi lainnya, yakni Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, yang dikelola oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), perusahaan patungan dari Anggota Grup MIND ID, yaitu PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dan ANTM.

Proyek ini memiliki kapasitas output 1 juta ton alumina per tahun untuk kebutuhan produksi aluminium INALUM, yang sebelumnya bahan baku ini diperoleh dari pasar global.

Proyek lainnya adalah PT Freeport Indonesia yang telah membangun smelter tembaga dan akan mengembangkan Precious Metal Refinery (PMR) di Gresik, Jawa Timur. Proyek ini memiliki peran penting dalam integrasi rantai pasok pengolahan tembaga, mulai dari tembaga ore, konsentrat tembaga, hingga akhirnya menjadi katoda tembaga.

Melalui smelter ini, Grup MIND ID juga akan mampu mengolah lumpur anoda menjadi emas, perak batangan, dan Platinum Group Metals (PGM) lainnya untuk memenuhi kebutuhan komoditas investasi masyarakat Indonesia.

Kemudian, pengembangan proyek nikel di Halmahera Timur, yang mencakup pembangunan smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) untuk memproduksi nikel serta fasilitas High-Pressure Acid Leach (HPAL) untuk bahan baku baterai kendaraan listrik. Kedua fasilitas ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam industri kendaraan listrik global, tetapi juga menciptakan produk berteknologi dan bernilai tambah lebih tinggi di dalam negeri.

"Tentu kami akan terus memperkuat integrasi dalam setiap rantai pasok komoditas mineral dan batu bara yang dikelola, sehingga dapat menjadi kontributor bagi peningkatan kinerja ekonomi guna mencapai pertumbuhan 8% ke depannya," ujar Heri.

Secara historis, hilirisasi sudah dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 2010 dan mulai diterapkan pada tahun 2014. Tiga tahun berselang, kebijakan tersebut dicabut, salah satunya karena penurunan produksi nikel.

img
Satriani Ari Wulan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan