Mengorek kekayaan dan kontroversi 7 stafsus milenial
Sore menjelang magrib, Rizal (26 tahun) sempat membayangkan dirinya menjadi seorang Staf Khusus (Stafsus) Milenial Presiden Joko Widodo. Dalam imajinya, Rizal mengaku, ditunjuk langsung oleh presiden untuk membantu pemerintah di sektor ‘jaga aset’.
Entah apa yang dimaksud dia dengan sektor ‘jaga aset’ tersebut. Yang pasti, ia mengatakan, jika ditunjuk sebagai stafsus milenial, maka seluruh kawan-kawan dan keluarganya akan sejahtera.
“Gue ajuin ke presiden buat bikin ‘Kartu Pramalas’. Gue minta perusahaan gue yang ditunjuk buat jadi platformnya. Nanti lo (sembari menunjuk ke teman-temannya) semua gue bagi-bagi,” seloroh Rizal disambut bahak teman-temannya, Selasa (12/5).
Tentu ini hanyalah cita-cita khayali Rizal. Sebab, ia bukanlah seseorang yang memiliki privilese seperti stafsus milenial presiden. Rizal tak pernah sekolah di Harvard University, bahkan menginjakkan kaki di Amerika Serikat (AS) pun belum pernah. Ia juga tidak tercatat memiliki perusahaan rintisan yang mentereng atawa organisasi yang berpihak pada anak bangsa.
Rizal hanyalah seorang penabuh drum yang belakangan hari penghasilannya amblas lantaran tidak ada lagi panggung untuknya mencari nafkah. Berbeda dengan para stafus milenial presiden, mereka memiliki latar belakang mentereng. Beberapa di antaranya pernah bersekolah di universitas ternama di Eropa dan memimpin perusahaan rintisan terkenal.
Lima dari tujuh stafsus milenial presiden, dua di antaranya sudah mengundurkan diri, sudah melaporkan harta kekayaan melalui platform Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara Komisi Pemberantasan Korupsi (LHKPN KPK). Mereka, paling tidak, memiliki aset senilai Rp1 miliar. Bahkan, ada yang menguasai aset hingga triliunan.
Setelah duduk sebagai stafsus presiden, mereka pun berhak mengantongi gaji yang cukup besar: Rp51 juta per bulan. Ini belum termasuk tunjangan-tunjangannya.
Sayangnya, dalam perjalanan, mereka ada yang tersandung persoalan. Beberapa di antara stafsus milenial diduga terlibat dalam konflik kepentingan di dua jabatan strategis atau rangkap jabatan: stafsus dan pucuk pimpinan perusahaan.
Padahal, dalam Peraturan Menteri (Permen) Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Benturan Kepentingan, hal ini secara gamblang telah dilarang. Peraturan itu diperkuat Undang-Undang (UU) Nomor 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, yang intinya melarang para pejabat pemerintah memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan jabatan lain.
Sudah barang tentu, dugaan konflik kepentingan ini masih perlu dibuktikan. Selain dugaan konflik kepentingan, beberapa stafsus juga sempat memancik kontroversi yang banyak membetot perhatian warganet. Apa saja? Alinea.id merangkum sejumlah kontroversi yang mendera stafsus milenial dan tentu total kekayaannya. Berikut hasilnya:
Adamas Belva Syah Devara
Pemuda inspiratif ini lahir di Jakarta, 30 Mei 1990. Ia tercatat pernah berkuliah di Nanyang Technological University, Massachusetts Institute of Tehcnology, Stanford University, dan Harvard University.
Pada 2014, Belva bersama Iman Usman mendirikan PT Ruang Raya Indonesia (Ruangguru), sebuah perusahaan teknologi yang fokus pada layanan berbasis pendidikan. Posisinya di Ruangguru membuat Belva kerap disorot televisi nasional sebagai sosok pemuda yang membanggakan.
Pada 21 November 2019, Presiden Jokowi memperkenalkan Belva sebagai stafsus milenial yang bakal membantunya di Istana Negara. Sejak itu, nama Belva semakin melesat bak pesawat ulang-alik Columbia era 80-an.
Belakangan Belva diduga terlibat dalam konflik kepentingan atas penunjukkan Skill Academy by Ruangguru sebagai mitra platform Kartu Prakerja. Meski sudah membantah dugaan itu, Belva tetap mengundurkan diri dari posisi stafsus.
Belva berdalih, ia tidak ingin masalahnya justru memecah konsentrasi presiden dalam penanganan Covid-19. “Pengunduran diri tersebut telah saya sampaikan dalam bentuk surat kepada Bapak Presiden tertanggal 15 April 2020,” tutur Belva melalui keterangan tertulis, 21 April lalu.
Sebelum mundur, Belva pernah melaporkan harta kekayaannya ke LHKPN KPK. Dalam laporan itu, total kekayaan Belva mencapai Rp1,3 triliun atau tepatnya Rp1.308.449.186.319.
Aset terbesar Belva berasal dari surat berharga dengan valuasi Rp1.305.115.544.921. Nilai kekayaan itu didapat Belva dari kepemilikan sahamnya di PT Ruang Raya Indonesia, yang ia sendiri kini menjabat sebagai CEO sekaligus Founder.
Selain itu, Belva juga tercatat memiliki uang kas Rp2.968.641.398, mobil Honda HRV seharga Rp250 juta, dan harta lainnya Rp115 juta. Ia tidak memiliki harta berupa tanah ataupun properti.
Andi Taufan Garuda Putra
Berbeda dengan Belva, pria yang satu ini tidak begitu sering terdengar namanya. Ia lahir di Jakarta, 24 Januari 1987. Dikutip dari LinkedIn pribadinya, Andi tercatat pernah mengenyam bangku pendidikan di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Harvard Kennedy School.
Perjalanan karier Andi dimulai sebagai pegawai di IBM Global Business Services pada Januari 2008-Juli 2009, sebelum akhirnya merintis PT Amartha Mikro Fintek, sebuah perusahaan teknologi finansial (tekfin) peer to peer lending, pada April 2010.
Hingga November 2019, perusahaan yang dinahkodai pria berdarah Bugis ini telah menyalurkan dana pinjaman kepada 339 ribu mitra di perdesaan pulau Jawa, Sulawesi, dan Sumatera. Nilainya mencapai Rp1,6 triliun.
Kesuksesan Andi akhirnya membuat Presiden Jokowi kepincut dan menunjuknya sebagai stafsus di Istana Negara. Semenjak itu, nama Andi jarang muncul ke permukaan.
Nama Andi baru terdengar ketika sepucuk salinan surat berkop Sekretariat Kabinet tanggal 1 April 2020, yang dilayangkan kepada para camat untuk mendukung program antara pemerintah dan PT Amartha Mikro Fintek beredar luas di media sosial.
Andi diduga terlibat konflik kepentingan karena telah melibatkan perusahaannya sendiri dalam administrasi pemerintahan. Walhasil, ia pun mengikuti jejak Belva mengundurkan diri dari jabatannya.
“Perkenankan saya untuk menyampaikan informasi pengunduran diri saya sebagai Staf Khsusus Presiden Republik Indonesia yang telah saya ajukan melalui surat pada 17 April 2020 dan kemudian disetujui oleh Bapak Presiden,” tulis Andi melalui surat resmi, 24 April lalu.
Sebelum mengundurkan diri, Andi pernah melaporkan harta kekayaannya ke LHKPN KPK pada 18 Februari 2020. Dalam laporan tersebut, total kekayaan Andi mencapai Rp531.523.790.691.
Aset terbesar Andi berasal dari kepemilikan surat berharga senilai Rp527.812.003.994. Ia juga tercatat memiliki tanah dan bangunan yang tersebar di wilayah Bogor, Bandung, dan Jakarta Selatan. Total aset propertinya menyentuh Rp8,1 miliar.
Selain itu, Andi juga mempunyai mobil BMW 7 Series 2005 seharga Rp150 juta serta uang kas dan setara kas Rp299.355.242. Sementara utang Andi terlapor Rp4.837.568.275.
Angkie Yudistia
Wanita dengan banyak kelebihan ini lahir di Medan, 5 Mei 1987. Angkie menyandang tuna rungu sejak usia 10 tahun, namun hal itu tidak menjadikannya kalah dibandingkan orang lain.
Pada 2011, Angkie sukses mendirikan Thisable Enterprise, sebuah perusahaan yang bertujuan untuk memberdayakan kelompok disabilitas. Perusahaan ini telah berkembang hingga menjadi sebuah grup yang kini membawahi Thisable Foundation, Thisable Recruitment, dan Thisable Digital.
Keberhasilan itu membuat Angkie ditunjuk Jokowi sebagai stafsus presiden dengan tugas khusus menjadi Juru Bicara Presiden di bidang sosial. Alasan Jokowi mengangkatnya sebagai juru bicara bidang sosial lantaran Angkie terbilang aktif dalam kegiatan berbau sosial.
Namun, jabatan yang diemban itu justru membawa Angkie kepada sebuah blunder yang sempat disorot warganet. Melalui akun Instagram pribadinya, @angkie.yudistia pernah mengunggah informasi keliru terkait cara mendeteksi virus corona dengan hanya menarik napas dalam 10 detik.
Beberapa warganet pun mengingatkan bahwa hal itu tidak benar. Sadar unggahannya berpotensi menimbulkan masalah, ia lantas menghapusnya dan meminta maaf.
“Postingan sebelumnya aku hapus ya, padahal dari siapanya pun udah saya cantumkan. Kalau masih ada yang marah, maaf ya, dan next akan saya crosscheck lagi sebelum posting. Baikan laah kita,” tulis Angkie dalam Instagram pribadinya, (16/3).
Terlepas dari kontrovesi itu, Angkie juga merupakan salah satu stafsus yang terbilang cukup tajir. Dalam laporan LHKPN KPK yang diisinya, total kekayaan Angkie mencapai Rp1.889.385.039.
Harta terbesar Angkie berasal dari uang kas dan setara kas senilai Rp1.938.885.039. Dia memiliki dua kendaraan pribadi, yakni Toyota Yaris Minibus 2015 dan motor Honda WW125EXS(B)-IN 2010 dengan total nilai Rp168 juta. Di luar itu, Angkie memiliki harta bergerak Rp45,5 juta dan utang Rp49,5 juta.
Ayu Kartika Dewi
Alumni pascasarjana di Duke University Fuqua School of Business, Amerika ini lahir di Banjarmasin, 27 April 1983. Ia merupakan penggagas lembaga SabangMerauke 1000 Anak Bangsa Merantau untuk Kembali. Lembaga ini didirikannya pada 2011. Saat ini ia masih menjabat sebagai board of directors di sana.
Selama menjabat sebagai stafsus milenial presiden, nama Ayu barangkali yang paling jarang muncul ke permukaan. Ia hanya muncul sesekali di media arus utama untuk cerita soal profil pribadinya.
Tidak ada kontroversi yang mendera Ayu selama berada di lingkaran istana. Malah, ia termasuk stafsus yang paling patuh dalam urusan pelaporan kekayaan. Dari tujuh stafsus yang ditunjuk Jokowi, ia yang pertama kali melaporkan kekayaannya ke LHKPN KPK pada 29 Januari 2020.
Dalam laporan tersebut, total kekayaan Ayu mencapai Rp1.069.024.828. Harta terbesarnya berasal dari kepemilikan tanah dan properti di wilayah Sleman dan Jakarta Selatan senilai Rp1 miliar. Selain itu, ia juga memiliki harta kas dan setara kas Rp107.560.340 serta utang Rp38.535.512.
Aminuddin Ma’ruf
Aminuddin Ma’ruf lahir di Karawang, 29 Juli 1986. Ia pernah bertemu Jokowi saat masih menjabat sebagai Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pada 2015. Saat itu, Jokowi hadir dalam acara Hari Lahir (Harlah) PMII di Surabaya.
Komunikasi keduanya berlanjut. Mereka sering bertemu saat acara-acara dan kadang juga bertemu langsung. Jokowi beberapa kali mengajak Ma’ruf kunjungan kerja ke daerah. Bahkan pada 2016, Jokowi juga sempat menjadi saksi nikah Ma’ruf dengan istrinya.
Kedekatan itu akhirnya membuat Jokowi menunjuk Ma’ruf untuk bergabung bersama beberapa stafsus milenial lainnya di istana. Jokowi saat itu bilang, ia akan menjadikan Ma’ruf sebagai teman diskusinya setiap minggu.
Satu yang menarik dari Ma’ruf adalah meski bukan dari kalangan pengusaha, ternyata harta kekayaannya termasuk cukup mentereng. Dari data LHKPN KPK, total aset yang dimiliki Ma’ruf mencapai total Rp4.925.213.705.
Ia memiliki tanah seluas 11.579 meter persegi di Karawang, Jawa Barat senilai Rp250 juta dan seluas 250 meter persegi di Jakarta Pusat dengan valuasi Rp1,7 miliar. Ia juga tercatat memiliki harta lain-lain -yang tidak diterangkan berasal dari mana- Rp1.330.000.000.
Ma’ruf memiliki dua mobil mewah, yakni Mitsubushi Pajero Sport 2019 dan Toyota Minibus 2015 dengan taksiran nilai Rp500 juta. Di samping itu, ia juga punya aset berupa harta bergerak Rp580 juta, kas dan setara kas Rp605.213.705, serta utang Rp40 juta.
Putri Tanjung dan Billy Mambrasar
Dari tujuh stafsus milenial yang ditunjuk Jokowi, hanya Putri Tanjung dan Billy Mambrasar yang belum melaporkan harta kekayaan ke LHKPN KPK. Putri merupakan anak konglomerat media Chairul Tanjung, sementara Billy tercatat sebagai CEO Kitong Bisa.
Kedua-duanya tersandung dugaan konflik kepentingan dalam program pengembangan para pebisnis muda asal Papua melalui gerakan Papua Muda. Dalam hal ini, Billy merupakan salah satu penggagas PT Papua Muda Inspirasi yang ditunjuk Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada 308 start up dan UKM di program tersebut.
Sementara Putri Tanjung merupakan Chief Business Officer (CBO) Kreavi, perusahaan agensi yang akan mendukung branding program tersebut. Keduanya sempat diberitakan mengunjungi kantor Kemenkop UKM untuk membicarakan program ini.
Billy sempat menyatakan, ada 21 pengusaha muda Papua yang bakal mendapat dukungan dana investasi Rp1,4 miliar dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). Isu ini buru-buru ditepis Kemenkop UKM bahwa belum ada dana yang dikeluarkan untuk program tersebut.
Masalahnya kemudian semakin ruwet ketika aktivis keterbukaan data, Ravio Patra, menghilang setelah mengkritik Billy atas dugaan konflik kepentingan program pemerintah di Papua dengan PT Papua Muda Inspirasi.
Belakangan diketahui, Ravio Patra ditangkap polisi karena dugaan menyebarkan berita yang bisa menyebabkan keonaran. Ravio diduga menyebarkan ajakan melakukan kerusuhan pada 30 Mei 2020.
Polisi kemudian membebaskan Ravio dan menetapkan statusnya sebagai saksi lantaran akun Whatsapp dia telah diretas orang tidak dikenal saat ajakan berbuat onar itu tersebar. Hingga kini masalah tersebut belum menemukan titik terang.
Billy dan Putri Tanjung sendiri belum bisa dikonfirmasi terkait masalah tersebut. Hingga berita ini diterbitkan, keduanya belum membalas pesan Alinea.id ketika ditanya mengapa sampai sekarang mereka belum melapor LHKPN.
Tidak diketahui jelas berapa total harta keduanya. Yang pasti, hingga saat ini Billy Mambrasar masih menjabat sebagai CEO Kitong Bisa dan salah satu penggagas PT Papua Muda Inspirasi, sementara Putri Tanjung masih menjabat sebagai CBO Kreavi dan CEO Creativepreneur.