Strategi ojol anyar tantang dominasi Grab dan Gojek
Di tengah tech winter berkepanjangan, persaingan ride hailing alias layanan transportasi berbasis platform digital semakin ketat. Sederet pemain asing dan lokal hadir di Tanah Air, yakni Maxim, inDrive, Lalamove Ride, dan baru-baru ini Zendo dan NUjek. Mereka mencoba menantang dominasi Grab dan Gojek.
Maxim, inDrive, dan Lalamove merupakan perusahaan teknologi yang berbasis di luar negeri. Sedangkan Zendo dan NUjek dikelola oleh organisasi masyarakat Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama atau NU.
Zendo sebetulnya sudah lama hadir, yakni sejak 2014. Namun, kemitraan Zendo dengan Muhammadiyah, yakni Serikat Usaha Muhammadiyah (SUM) terjalin pada 2023. Muhammadiyah melihat Zendo memadukan prinsip horizontal, yakni membangun kesejahteraan bersama masyarakat dan vertikal atau mengedepankan nilai-nilai keislaman. Dengan jaringan Muhammadiyah di berbagai wilayah, Zendo telah hadir di 23 kota di Indonesia dan menargetkan ekspansi ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan daerah Jawa lainnya.
Usaha ojol ini didirikan oleh Lutfy Azizah yang mengusung konsep ride-hailing berbasis syariah dan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Meski harus bersaing dengan pemain ride hailing lainnya, namun dia mengaku tak menganggap kompetitor sebagai pesaing, melainkan mitra di jalan yang sama. “Tidak ada kompetitor, kami semua saudara satu aspal di Indonesia,” ujarnya. Pendekatan ini merupakan filosofi bisnis Zendo yang mengutamakan kebermanfaatan dan kebersamaan.
Zendo menawarkan value proposition, yakni kemitraan tanpa batas dengan membuka akses bagi siapa saja untuk bermitra tanpa perlu registrasi formal. Mulai dari toko kelontong, warung kecil, hingga perusahaan besar seperti Kentucky Fried Chicken (KFC) dapat menggunakan layanan Zendo tanpa dikenakan biaya tambahan di luar ongkos kirim.
Kemudian, layanan melalui WhatsApp. Lutfy bilang, strategi ini dilakukan lantaran aplikasi pesan tersebut akrab di masyarakat sehingga mengurangi hambatan teknis bagi pelanggan yang enggan mengunduh aplikasi tambahan. Meski demikian, Zendo tetap menyediakan aplikasi dan situs web sebagai gateway layanan.
Lalu, multiple order dalam satu perjalanan. Fitur ini memungkinkan pelanggan memesan beberapa barang dari berbagai titik dengan satu pengemudi, yang dinilai lebih efisien dibandingkan memesan beberapa pengemudi sekaligus. Serta, model bagi hasil dengan skema sebesar 20% hingga 25% tergantung wilayah, sementara sisanya diberikan kepada pengemudi. Model ini diklaim lebih adil ketimbang pemain besar lain yang memotong 30% hingga 35%.
Menurut Lutfy, model bisnis Zendo memang belum sepenuhnya menerapkan prinsip ekonomi syariah secara formal. Namun, prinsip-prinsip seperti bagi hasil yang adil, transparansi dalam operasional, dan kemitraan tanpa diskriminasi sudah selaras dengan nilai-nilai syariah.
“Visi kami adalah menciptakan ekosistem bisnis yang bermanfaat dan dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja,” ujarnya.
Dalam jangka panjang, Zendo berencana mengembangkan model bisnis yang lebih solid berbasis ekonomi syariah. Selain itu, usaha ini juga ingin memperkuat jaringan UMKM sebagai mitra utama, agar menciptakan dampak ekonomi yang lebih luas di masyarakat.
Mengutip laman resmi perusahaan, di Jakarta, Selasa (14/1), saat ini terdapat 700 lebih mitra ojek, 2.000 mitra layanan, serta lebih dari 100.000 pengguna aktif.
Adapun layanan yang disiapkan Zendo yakni Zendo Bike dan Zendo Car yang melakukan antarjemput, serta Zendo Food dan Zendo Delivery yang berupa pengantaran makanan, dan pengantaran barang.
Selanjutnya Zendo Cleaning yang melayani pembersihan (cleaning service), pelayanan mencuci (laundry), serta Zendo Shop. Selain itu, ada juga layanan perbaikan laptop dan komputer, pemasangan closed-circuit television (CCTV) dan IT, serta perbaikan rumah dan perabot.
Pasar luas
Adapun NUjek yang dikelola oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU menawarkan layanan nu-RIDE atau ojol, yakni layanan antarjemput penumpang dengan kapasitas satu orang; nu-TAXI alias taksi online, yakni layanan antarjemput penumpang dengan kapasitas satu sampai empat orang; nu-FAST atau pengantaran barang dengan dimensi maksimal 30x30x30 dan berat paling besar 30 kilogram (kg); nu-CARGO alias layanan pengantaran barang dengan dimensi maksimal 100x90x90 dan berat paling besar 150 kg; nu-FOOD atau layanan pesan antar makanan dan minuman; nu-MART, layanan belanja kebutuhan harian; serta nu-SERV yakni layanan jasa profesional dan rental yang dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dan kebutuhan.
Sementara pemain lainnya, yaitu inDrive merupakan hasil rebranding dari sebelumnya bernama inDriver sejak beroperasi pertama kali pada 2013 di Indonesia. Perusahaan aplikasi itu memiliki sekitar 600.000 mitra pengemudi yang menggunakan sepeda motor maupun mobil di Indonesia. inDrive berkantor pusat di Mountain View, California, dan beroperasi di lebih dari 700 kota di 47 negara, termasuk Indonesia, dengan lebih dari 150 juta pengguna di seluruh dunia.
Lainnya, Maxim merupakan perusahaan asal Rusia sudah masuk ke pasar Indonesia sejak Juli 2018, dan memulai bisnisnya dari kota lapis kedua dan ketiga; dan Lalamove merupakan perusahaan teknologi yang berbasis di Hong Kong.
Peneliti Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Rani Septya mengatakan pasar transportasi online di Indonesia sangat luas. Diperkirakan, pertumbuhan pasar di Indonesia hingga 2025 mencapai Rp12,66 triliun.
"Dengan pendekatan bisnis berbasis syariah, ojol seperti Zendo bisa menarik segmen konsumen yang mencari layanan sesuai prinsip keuangan Islami,” kata Rani.
Menurutnya, perusahaan yang menawarkan skema bagi hasil yang lebih tinggi untuk driver juga menjadi daya tarik. Selama ini, isu kesejahteraan driver sering menjadi bahan protes terhadap platform besar.
"Jika Zendo bisa mempertahankan transparansi dan model syariah, maka bisa memperkuat kepercayaan konsumen dan pengemudi,” tambahnya.
Meskipun Zendo memiliki konsep bisnis yang menarik, tantangan besar tetap ada. Dominasi raksasa seperti Gojek dan Grab yang memiliki sumber daya teknologi dan pemasaran lebih besar menjadi rintangan utama. Kedua platform tersebut juga dikenal agresif memberikan promo, yang membuat konsumen sering beralih ke layanan dengan harga termurah.
"Namun, dengan pasar yang terus berkembang dan kesadaran terhadap ekonomi syariah yang semakin tinggi, Zendo memiliki peluang tumbuh. Layanan yang ditawarkan menjadi keunggulan kompetitif yang bisa diperkuat," katanya.