Gejolak di pasar keuangan akibat tensi geopolitik yang masih tinggi dan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) berpengaruh terhadap kinerja industri keuangan.
Analis Trimegah Sekuritas Kharel Devin mengatakan terpilihnya Trump dengan kebijakan tarifnya secara temporer membuat dolar AS 'balik kampung'. Capital outflow yang deras mengakibatkan saham-saham sektor perbankan dan asuransi umum tertekan.
"Capital outflows banyak dialami saham-saham big-caps karena bobotnya besar dan likuiditasnya tinggi," katanya, Sabtu (7/12).
Peluang investasi
Di tengah tingginya risiko terutama dari faktor eksternal, menjadi peluang bagi investor untuk mengoleksi saham. Sebab, larinya dana asing mengakibatkan harga saham menjadi murah.
Menurut Kharel, perusahaan asuransi dengan core bisnis mengelola risiko menjadi perhatian banyak pelaku pasar. "Secara size market cap dan likuiditas memang saham-saham asuransi umum masih di bawah saham perbankan, tetapi sektor asuransi umum juga menarik untuk dilirik" katanya.
Salah satu yang bisa dilirik, menurutnya, saham emiten PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. (TUGU). Analisisnya, ketika pasar saham Indonesia banyak ditinggalkan investor asing, saham TUGU justru cenderung diakumulasi oleh pemodal luar negeri.
"Saham-saham big banks dilepas asing dengan nilai triliunan di sepanjang 2024. Namun saham TUGU diakumulasi asing sebesar Rp60 miliar di tahun ini. Meski size inflows kecil tetapi jika dibandingkan dengan likuiditasnya ini termasuk signifikan" kata Kharel.
Masuknya asing diperkirakan disebabkan oleh kinerja keuangan emiten yang positif. Nilai rasio pencapaian atau Risk Based Capital (RBC) TUGU tercatat 512% di Oktober. Sementara, dari peers' yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya empat emiten yang memiliki RBC di atas 500%.
RBC bisa diartikan sebagai kemampuan membayar kewajiban jangka panjang perusahaan asuransi, termasuk klaim.
"Solvabilitas dan likuiditas TUGU juga baik," lanjutnya.
Rasio perimbangan hasil investasi terhadap premi neto TUGU di Oktober 2024 (parent only) tercatat di 27%. Kemudian dari sisi rasio beban yang mencerminkan tingkat efisiensi operasional TUGU berada di 42%.
Sepanjang tahun ini, kinerja asuransi umum memang masih moncer. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat pertumbuhan premi dari industri asuransi umum mencapai 14,5% year on year (yoy) atau memperoleh premi sebesar Rp79,69 triliun pada triwulan III-2024.
Secara keseluruhan lini bisnis yang ada di industri asuransi umum, tercatat ada lima lini usaha mengalami kontraksi premi, yaitu rekayasa (engineering) 5,9% yoy atau Rp3,4 triliun, tanggung gugat (liability) 0,5% atau Rp3 triliun, kecelakaan diri 0,4% yoy atau Rp2,21 triliun, suretyship 5,7% yoy atau Rp1,27 triliun, dan asuransi energy off share 2,2% yoy atau Rp999 miliar.
“Beberapa lini bisnis itu memang terjadi kontraksi, tapi kontraksi ini disebabkan tekanan-tekanan inflasi dan juga kondisi apa yang selalu saya sampaikan bahwa industri asuransi umum ini juga tidak dalam keadaan baik-baik juga, khususnya juga ekonomi Indonesia tidak di dalam kondisi yang baik-baik saja,” ujar Ketua AAUI Budi Herawan, dikutip Antara.
Adapun 10 lini usaha lainnya mengalami pertumbuhan positif dalam pemaparan hasil kinerja. Mulai dari pengangkutan barang (marine cargo) 3,4% yoy atau Rp4,02 triliun, rangka kapal (marine hull) 26,7% yoy atau Rp2,39 triliun, penerbangan 29,5% yoy atau Rp1,03 triliun, satelit 18,6% yoy atau Rp92 miliar, energy on shore 10,7% yoy atau Rp190 miliar, kesehatan 32% yoy atau Rp6,99 triliun, lalu asuransi lain-lain (miscellaneous) 21,5% yoy atau Rp3,59 triliun.