close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) saat memberikan keterangan pers terkait kebijakan di sektor keuangan yang akan diambil pemerintah untuk mengantisipasi coronavirus di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (5/3/2020). Ali
icon caption
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) saat memberikan keterangan pers terkait kebijakan di sektor keuangan yang akan diambil pemerintah untuk mengantisipasi coronavirus di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (5/3/2020). Ali
Bisnis
Rabu, 05 Agustus 2020 23:57

Menko Airlangga jelaskan penyebab kontraksi ekonomi

Konsumsi rumah tangga sebagai kontributor terbesar pertumbuhan mengalami kontraksi cukup dalam akibat pembatasan aktivitas di luar rumah.
swipe

Berdasarkan angka yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia pada triwulan II-2020 terkontraksi sebesar 5,32%, dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2020 dibandingkan dengan semester I-2019 terkontraksi 1,26%.

“Keterbatasan aktivitas ekonomi akibat pembatasan sosial dan fisik, sangat berdampak terhadap faktor pembentuk pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto seperti dilansir kominfo.go.id, Selasa (5/8).

Konsumsi rumah tangga sebagai kontributor terbesar pertumbuhan mengalami kontraksi cukup dalam akibat pembatasan aktivitas di luar rumah. Pengaturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa provinsi dan kabupaten/kota membuat aktivitas ekonomi terhenti dan masyarakat kemudian membatasi pengeluarannya untuk kesehatan serta makanan dan minuman. Kontraksi konsumsi rumah tangga ini menjadi penekan di tengah kinerja investasi dan perdagangan internasional yang juga terbatas.

“Dari sisi sektoral, dua sektor utama yang memiliki kontribusi terbesar serta berhubungan dengan aktivitas ekonomi masyarakat adalah sektor perdagangan dan manufaktur,” tutur Menko Airlangga.

Kedua sektor tersebut terdampak cukup dalam terutama karena merupakan sektor dengan serapan tenaga kerja tertinggi, sehingga dampaknya terhadap penghasilan dan konsumsi masyarakat semakin besar.

Sementara transportasi dan pergudangan menjadi sektor dengan kontraksi terdalam sebesar 30,84%, selain karena penerapan working from home dan pembatasan mudik lebaran, hal ini terjadi karena penurunan aktivitas kargo pada masa pandemi Covid-19.

“Namun demikian, perlu kita soroti juga bahwa sektor pertanian masih mampu tumbuh positif sebesar 2,19% begitu pula sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh tinggi sebesar 10,88%,” ujar Menko Airlangga.

Berdasarkan beberapa leading indikator terkini, perekonomian Indonesia pada Juni sudah mulai menggeliat seperti dilihat dari PMI Manufaktur Indonesia, penjualan kendaraan bermotor, penjualan ritel, maupun Indeks Kepercayaan Konsumen.

Sinyal positif juga ditunjukan oleh inflasi inti yang mencerminkan permintaan agregat sudah mulai meningkat, peningkatan ekspor beberapa komoditas utama indonesia serta peningkatan kinerja keuangan beberapa emiten.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan