Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan sejumlah tantangan pada sektor industri. Untuk itu, kementerian yang dipimpinnya akan terus berupaya menyelesaikan berbagai tantangan yang sedang dihadapi pelaku industri di tanah air. Langkah ini untuk mempercepat pengembangan sektor manufaktur nasional, agar lebih berdaya saing di kancah global.
“Sedikitnya kami sudah memetakan, ada sembilan tantangan. Kami aktif melakukan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mendapatkan jalan keluarnya,” kata Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya, Sabtu (6/3).
Agus mengatakan, sembilan tantangan tersebut yaitu terkait bahan baku dan bahan penolong, infrastruktur, utilitas, ketersediaan tenaga ahli, tekanan produk impor, limbah plastik sebagai limbah B3, kendala sektor industri kecil menengah (IKM), logistik sektor industri, serta mengenai penguatan basis data sektor industri.
“Kami bertekad untuk menjaga industri dapat bahan baku dan bahan penolong, salah satunya adalah pasokan gas,” ujarnya.
Seperti diketahui, pada Juni 2020, pemerintah merealisasikan penurunan harga gas bumi untuk tujuh sektor industri. Ketujuh sektor itu, yakni industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet.
“Terdapat 176 perusahaan dari tujuh sektor yang saat ini mendapat fasilitas penurunan harga gas dengan total volume 957.300 hingga 1,18 juta BBUTD,” tutur Agus.
Lebih lanjut, dampak positif terhadap fasilitas penurunan harga gas ini, antara lain beberapa perusahaan mulai merencanakan untuk memperbarui teknologi, agar dapat memanfaatkan gas bumi dengan lebih efisien.
Sementara itu, mengenai tantangan infrastruktur dan utilitas, Kemenperin telah mendorong pembangunan kawasan industri. Selama lima tahun terakhir, lanjutnya, terjadi pertumbuhan dari 89 kawasan industri pada tahun 2016 menjadi 128 kawasan industri di tahun 2020.
Selanjutnya, terkait penciptaan tenaga ahli sektor industri yang kompeten, Kemenperin telah menginisiasi program pendidikan dan pelatihan vokasi yang mengusung konsep dual system.
“Kami memiliki 9 SMK, 10 Politeknik dan 2 Akademi Komunitas dengan 18.743 siswa dan mahasiswa yang ketika lulus telah siap kerja untuk memenuhi kebutuhan industri,” tuturnya.
Sementara itu, mengenai tantangan pada tekanan produk impor, Kemenperin telah memiliki program subtitusi impor 35% pada tahun 2022. Program ini memerlukan sinergi dengan kementerian dan lembaga terkait, seperti Kementerian Perdagangan.
“Kolaborasinya antara lain tentang larangan terbatas untuk beberapa komoditas, pengaturan entry point pelabuhan untuk komoditas tertentu, menaikkan tarif Most Favored Nation (MNF), dan menaikkan implementasi trade remedies,” katanya.
Adapun dalam upaya mendorong penguatan sektor IKM, Kemenperin akan memperkuat platform digital untuk pelaku IKM melalui program Smart Sentra, Smart Material Center, Smart Packaging Center dan Smart IKM.
Lebih lanjut, dalam kaitan dengan permasalahan logistik dan data, Kemenperin akan memperkuat SIINas yang saat ini telah memuat 18.522 akun perusahaan industri, 134 akun kawasan industri dan 11.918 akun perusahaan jasa.