close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi. Foto Pixabay.
Bisnis
Kamis, 25 Maret 2021 16:52

Menteri Trenggono lepas ekspor mutiara hingga vaname senilai Rp200 juta

Ekspor dilakukan melalui Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM).
swipe

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melepas ekspor biji mutiara air laut, lobster, ikan kerapu dan kakap, serta indukan udang vaname ke Tiongkok, Malaysia, dan Vietnam. Ekspor dilakukan melalui Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM).

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meninjau langsung produk perikanan yang akan diekspor tersebut di Balai KIPM Mataram, Nusa Tenggara Barat. Dia mendorong pembudi daya dan pelaku usaha perikanan menjaga kualitas produk untuk menjaga kepercayaan pasar dunia. 

"Ini bagus sekali sudah bisa masuk pasar ekspor. Kita harus tingkatkan," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (25/3).

Adapun, jumlah biji mutiara air laut hasil budi daya yang diekspor sebanyak 7 kilogram atau 6.304 butir dengan tujuan Tiongkok. Lalu, lobster origin paradise 120 ekor, serta kakap dan kerapu seberat 240 kilogram ke Malaysia. Kemudian, ke Vietnam sebanyak 440 ekor indukan vaname.

Total nilai ekspor untuk seluruh produk perikanan dan hasil laut tersebut adalah sebesar Rp200 juta yang dikirimkan melalui kargo pesawat udara. 

Salah satu pembudi daya tiram mutiara di Lombok, Lisa, menyebut permintaan mutiara air laut di pasar ekspor cukup tinggi. Bahkan menurutnya Indonesia termasuk negara yang menguasai pasar untuk komoditas tersebut.

"Alhamdulillah hasilnya menjanjikan. Untuk budi daya mutiara air laut, Tiongkok, Hong Kong, India, belum bisa. Hanya Indonesia dan Australia. Kita kuasai pasar," ujar Lisa.

Lebih dari 10 tahun, Lisa dan keluarganya menekuni budi daya tiram mutiara di Lombok. Saat ini ada 10.000 tiram yang dibudidayakan dengan metode long line. Mutiara yang dihasilkan Lisa dan keluarga biasanya untuk perhiasan dan juga bahan baku kosmetik. 

Menurutnya, budi daya tiram mutiara merupakan investasi jangka panjang, sebab baru bisa dipanen dua tahun kemudian. Aktivitas budi daya ini pun mampu menyerap banyak tenaga kerja. Saat ini ada sekitar 50 pekerja yang terlibat di dalamnya. 

"Meski prosesnya lama, tapi hasilnya lumayan bisa meningkatkan ekonomi keluarga," ucapnya. 

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan