Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan nonkonvensional yang dilakukan oleh BI dalam meringankan tekanan terhadap APBN, dalam mendorong pemulihan ekonomi dengan membeli surat berharga negara (SBN) di pasar perdana akan terus dilakukan di 2021.
Dia menyampaikan, meskipun diperkirakan neraca keuangan BI akan mengalami defisit dengan langkah tersebut, dukungan terhadap keuangan pemerintah harus terus dilakukan.
"Ini wujud komitmen yang tinggi dari BI untuk PEN, meski berdampak defisit besar pada neraca BI mulai 2021 dan tahun-tahun berikutnya," katanya dalam Pertemuan Tahunan BI secara virtual, Kamis (2/12).
Namun demikian, dalam pembelian SBN di 2021 dia mengatakan BI hanya akan menjadi pembeli siaga atau noncompetitive bidder, berbeda dengan 2020 yang mana BI dapat membeli SBN secara langsung di pasar perdana.
"BI masih akan melanjutkan pembelian SBN dari pasar perdana untuk pembiayaan APBN pada 2021 sebagai pembeli siaga, noncompetitive bidder," ujarnya.
Adapun, guna mendukung pembiayaan pada APBN 2020, BI telah membeli SBN di pasar perdana sebesar Rp72,5 triliun. Selain itu, dukungan BI lainnya adalah menanggung seluruh pendanaan dan beban anggaran untuk dukungan pada public goods sebesar Rp297 triliun.
"Sehingga secara total BI telah membeli SBN untuk APBN 2020 sebesar Rp369,5 triliun," ucapnya.
Di samping itu, BI juga menanggung sebagian beban untuk anggaran nonpublic goods Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar Rp114,8 triliun dalam APBN 2020.
Perry melanjutkan, BI akan terus mendukung penuh program PEN melalui berbagai kebijakan yang dapat meringankan beban APBN dengan menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan nasional.
"BI akan senantiasa terus mengarahkan seluruh instrumen kebijakan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, berkoordinasi erat dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tuturnya.