close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Petani membajak sawahnya dengan kerbau di salah satu lahan persawahan padi di Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (20/9). Antara Foto
icon caption
Petani membajak sawahnya dengan kerbau di salah satu lahan persawahan padi di Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (20/9). Antara Foto
Bisnis
Senin, 24 September 2018 14:32

Mimpi Indonesia jadi lumbung pangan dunia kuncinya di petani

Menjadikan tanah air sebagai lumbung pangan dunia dimulai dengan membuat Indonesia mampu menciptakan ketahanan pangan
swipe

Pemerintah Joko Widodo menargetkan Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia pada 2045 mendatang. Namun sebelum meraih cita-cita tersebut, Indonesia terlebih dahulu perlu mewujudkan ketahanan pangan, di mana hal itu bergantung pada para petani dalam negeri. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia atau Kadin, Rosan Roeslani.

"Masalah ketahanan pangan dipegang atau bergantung dari para petani. Namun, langkah tersebut mesti disinergikan oleh banyak pihak termasuk pengusaha," kata Rosan dalam diskusi yang digelar di Jakarta pada Senin, (24/9).

Menurut Rosan, upaya menciptakan ketahanan pangan perlu didorong selain dengan memberikan perhatian lebih kepada petani, namun juga perlu adanya sinergi atau kerja sama dari berbagai unsur, termasuk pemerintah selaku pengambil kebijakan.  

"Ketahanan pangan ini harus kita tuntaskan dan dorong. Apalagi janji Pak Presiden, Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. Dan ini bisa terwujud dengan kerja sama semua pihak, pengusaha dan pengambil kebijakan," ungkap Rosan.

Untuk itu, ia berharap para pengusaha dapat bersinergi dan mendorong kesejahteraan petani dan pangan. Caranya dengan meningkatkan produktivitas produksi pertanian. Juga efisiensi yang menjadi kunci dalam meningkatkan produktivitas pangan.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas), mengatakan pihaknya dalam hal ini Bulog menyerap dan menyediakan stok pangan demi menjaga kestabilan harga. Dalam pengamatannya sejauh ini dirinya merasa miris apabila ada seseorang yang bangga makan-makanan produk luar negeri atau impor.

"Saya amati semua pihak yang menjaga ketahanan pangan ini belum bekerja bersinergi, miris lah negara kita agraris besar masak nuntut pangan impor, itu miris," tutur Buwas.

"Saya sebagai orang kampung miris apalagi kalau saya jadi petani, seolah-olah kita tidak berpihak ke petani dan ini belum tentu benar. Bagaimana kita berpikir sinergi membangun ketahanan pangan."

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan