Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investor Service mengerek peringkat surat utang lima badan usaha milik negara (BUMN).
Menteri BUMN Rini Soemarno mengapresiasi keputusan Moody's yang menaikkan peringkat surat utang lima BUMN. Menurut dia, ini indikasi meningkatnya kepercayaan kalangan investor global terhadap proyek-proyek strategis nasional.
"Peningkatan rating korporasi dan surat utang beberapa BUMN ujung tombak infrastruktur energi serta infrastruktur transportasi," kata Rini, di Jakarta, dilansir dari Antara, Senin (16/4).
Dia menjelaskan, kepercayaan kalangan investor global bahwa proyek-proyek strategis nasional seperti proyek listrik 35.000 Megawatt, penyediaan energi yang dikelola Pertamina sebagai holding Migas serta pembangunan infrastruktur pelabuhan dapat dijalankan secara baik, profesional serta akuntabel.
"Keyakinan investor juga terkait dengan kemampuan BUMN dalam mencari sumber pendanaan yang efektif dan inovatif, tidak hanya pendanaan konvensional tetapi juga mencari alternatif pendanaan lain baik di dalam maupun di luar negeri," ujarnya.
Diketahui, Moody's menaikkan rating utang Indonesia menjadi Baa2 dengan prospek stabil pada 13 April 2018. Sebelumnya peringkat utang Indonesia di kisaran Baa3 dengan prospek positif.
Adapun lima BUMN yang menerbitkan surat utang, yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Pertamina (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk., dan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero).
Moody's menyebutkan, kenaikan peringkat utang PLN, Pelindo II dan Jasa Marga mengikuti kenaikan peringkat utang Indonesia menjadi Baa2. Sedangkan peringkat utang PGN mengikuti induk usahanya Pertamina dari Baa3 menjadi Baa2.
Rini menyatakan, dukungan pemerintah juga terbukti menjadi dorongan utama bagi keberlangsungan proyek strategis sesuai dengan target yang ditetapkan bersama pemerintah.
"Kementerian BUMN juga senantiasa memfasilitasi dan mendukung langsung ke lapangan untuk memastikan agar proyek-proyek strategis nasional berjalan sesuai timeline yang ditetapkan," ujarnya.
Lembaga pemeringkat internasional itu juga merevisi prospek menjadi stabil dari positif.
Selain itu, peringkat utang jangka pendek PLN juga naik menjadi Baa2 dari sebelumnya Baa3. Prospek pun menjadi stabil dari sebelumnya positif.
Berikutnya, peringkat utang obligasi senior tanpa jaminan PLN melalui anak perusahaannya Majapahit Holding BV dari Baa3 menjadi Baa2.
Analis Senior Moody's, Abhishek Tyagi, seperti dikutip dari laman Moody's, mengatakan peningkatan peringkat utang PLN mencerminkan posisi strategis perusahaan sebagai satu-satunya penyedia listrik yang terintegrasi secara vertikal di Indonesia, termasuk posisi dominannya di pembangkitan, distribusi dan transmisi. Selain itu berhubungan erat dengan pemerintah.
Holding Migas Menyusul kenaikan rating Indonesia, Pertamina juga menikmati kenaikan peringkat menjadi Baa2 dari Baa3, sejalan dengan ditunjuknya Pertamina sebagai holding migas yang mengerek peringkat utang PGN dari Baa3 menjadi Baa2 dengan prospek stabil dari sebelumnya positif.
"Peningkatan peringkat PGN mencerminkan posisi terdepan perusahaan di sektor transmisi dan distribusi gas Indonesia. Harapan kami bahwa PGN akan terus menerima dukungan dari pemerintah Indonesia melalui Pertamina," tambah Tyagi.
Moody's juga menaikkan peringkat utang Jasa Marga dari Baa3 menjadi Baa2. Kemudian merevisi prospek dari positif menjadi stabil.
"Peningkatan peringkat Jasa Marga mencerminkan ekspektasi kami akan kemungkinan dukungan yang besar dari Pemerintah Indonesia, mengingat kepemilikan mayoritas oleh pemerintah dan peran penting Jasa Marga dalam rencana Indonesia untuk mengembangkan infrastruktur transportasi negara, khususnya sektor jalan tol," kata Ray Tay, Senior Credit Officer Moody's.
Terakhir, peringkat utang Pelindo II yang juga naik menjadi Baa2 dari Baa3. Prospek menjadi stabil dari positif. Di sisi lain, penerbitan obligasi berdenominasi mata uang asing milik Pelindo II tidak terpengaruh oleh peningkatan peringkat utang Indonesia. Prospek tetap stabil.
Kenaikan peringkat Pelindo II mencerminkan peran strategis sebagai pintu gerbang di sektor maritim Indonesia. Selain itu, perseroan juga menguasai pelabuhan Tanjung Priok yang memiliki kepentingan strategis tinggi.
Sedangkan Pelindo II tidak terpengaruhi peningkatan peringkat utang Indonesia karena sebelumnya peringkat perseroan sudah naik yang mencerminkan peran pentingnya di Indonesia.