close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta membidik target perolehan laba bersih tahun depan hingga naik 233,3%-257,1% mencapai Rp250 miliar. / Antara Foto
icon caption
Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta membidik target perolehan laba bersih tahun depan hingga naik 233,3%-257,1% mencapai Rp250 miliar. / Antara Foto
Bisnis
Rabu, 27 November 2019 20:46

MRT Jakarta bidik laba berlipat hingga Rp250 miliar

Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta membidik target perolehan laba bersih tahun depan hingga naik 233,3%-257,1% mencapai Rp250 miliar.
swipe

Moda Raya Terpadu (Mass Rapid Transit/MRT) Jakarta membidik target perolehan laba bersih tahun depan hingga naik 233,3%-257,1% mencapai Rp200 miliar-Rp250 miliar. 

Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan target laba hingga dua kali lipat itu dapat diraih pada tahun kedua operasional. Ia yakin angka itu bisa tercapai.

Tahun ini, manajemen MRT menargetkan perolehan laba senilai Rp60 miliar hingga Rp70 miliar. Angka itu diperoleh dari proyeksi pendapatan yang mencapai Rp1 triliun. Sedangkan beban pengeluaraan perusahaan mencapai Rp940 miliar.

"Harus optimis laba tahun depan naik hingga 100% lebih, kita lihat potensi-potensi pendanaan dari iklan dan naming rights (penamaan di stasiun). Kalau ini dikerjakan dengan baik maka potensi pengembangan bisnis dengan baik," kata William di Wisma Nusantara, Jakarta, Rabu (27/11).

Untuk MRT Fase I yang terdiri dari 13 stasiun, sudah ada lima stasiun yang memilik naming rights. Pihaknya pun menargetkan ada lima stasiun lagi yang akan diberikan naming rights.

William menjelaskan, target laba itu akan mengandalkan pendapatan non farebox dibandingkan penjualan tiket. Sebab, penghasilan tiket bergantung pada jumlah penumpang. Sedangkan tarif tiket saat ini masih disubsidi Pemerintah DKI Jakarta.

Artinya, jumlah penumpang yang melebihi proyeksi akan menjadi beban tersendiri karena tidak tertanggung subsidi. "Oleh karena itu, non farebox ini yang harus dipacu. Supaya non farebox banyak, layanannya harus premium," ujar dia.

Menurut William, penghasilan terbesar perusahaan diperoleh dari pendapatan non farebox berupa iklan dan naming rights. Total pendapatan non farebox PT MRT mencapai Rp225 miliar. 

"Ini akan kami pertahankan tahun depan bahkan ditingkatkan. Plus, pendapatan-pendapatan lainnya yang dari non tiket itu misalnya ada interkoneksi, ada dari QR code, kemudian ada dari bisnis komersial TOD, kalau memang sudah kita dapatkan," ujar William.

Sementara, lanjut dia, untuk pendapatan dari tiket hanya Rp180 miliar untuk periode 24 Maret-26 November. Angka ini diperoleh dari jumlah penumpang yang mencapai 19,99 juta selama periode tersebut. 

Selain itu, PT MRT juga menargetkan perolehan laba pada 2021 yang positif. Pihaknya menargetkan laba mencapai Rp300 miliar hingga Rp350 miliar. 

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan