close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Alinea.id/Oky Diaz.
icon caption
Ilustrasi Alinea.id/Oky Diaz.
Bisnis
Rabu, 09 Juni 2021 13:19

Bisnis kargo: Napas baru Garuda Indonesia di tengah ancaman kebangkrutan

Bisnis kargo menjadi penyelamat bagi maskapai di tengah turunnya angka penumpang gara-gara pandemi.
swipe

Di tengah pandemi, maskapai penerbangan nasional yang minim penumpang, berjibaku mencari celah agar pesawat tetap terisi. Angkutan logistik kargo pun jadi alternatif solusi.

Bisnis kargo bagi maskapai penerbangan kini menjadi angin segar. Data dari 15 bandara PT Angkasa Pura I menunjukkan lalu lintas kargo udara yang dilayani sebanyak 436.049 ton sepanjang tahun 2020 lalu. 

Jumlah ini, hanya turun sedikit dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 481.180 ton. Padahal kala itu, penumpang pesawat merosot paling dalam yakni mencapai 90%. 

Per kuartal-I 2021 ini, Angkasa Pura I juga telah melayani lalu lintas 105.411 ton kargo udara. Diprediksi pada akhir tahun 2021, jumlah kargo udara yang dilayani oleh 15 bandaranya bisa melesat menjadi 445.049 ton.

Terbaru, Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengatakan peningkatan kargo udara saat ini paling tidak mencapai 28% dari sebelum pandemi. 

"Itu bisa tumbuh dibandingkan 2019 sebelum pandemi," ujar Adita dalam webinar, Senin (7/6/2021).

Adita melanjutkan, pertumbuhan angkutan kargo itu turut disumbang pula oleh logistik kesehatan yang seolah memberi napas bagi maskapai RI. Untuk menjangkau daerah-daerah terpencil, pesawat-pesawat perintis juga didayagunakan. 

"Termasuk pengiriman ke daerah 3T menggunakan penerbangan perintis," jelasnya.

Salah satu maskapai penerbangan yang terlibat dalam pendistribusian angkutan kargo terhadap produk farmasi termasuk vaksin Covid-19 ialah Garuda Indonesia. 

Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengaku berkomitmen penuh dalam menunjang penguatan kapabilitas layanan pengiriman kargo tersebut. Ini dibuktikan dengan berhasilnya Garuda meraih “Pharmaceutical Certificate” untuk Pharmaceutical Good Distribution Practice (GDP). 

"Ini merupakan sertifikasi jaminan kualitas layanan angkutan kargo farmasi pertama bagi maskapai penerbangan di Indonesia," ujar Irfan kepada Alinea.id, Selasa (8/6). 

Sebagai upaya dukungan program vaksinasi dari awal Desember 2020, Garuda Indonesia telah mengangkut pengiriman vaksin Covid-19 Sinovac dari Beijing ke Indonesia. Beberapa tahap pengiriman vaksin hingga saat ini juga melalui kargo Garuda Indonesia.

"Dan yang untuk selanjutnya kami lakukan pengiriman pendistribusian dari pusat ke berbagai daerah dengan rute-rute domestik Garuda Indonesia," lanjut Irfan.

Pesawat Garuda Indonesia tipe Boeing 737 Max 8 terparkir di Garuda Maintenance Facility AeroAsia, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Foto Reuters/Willy Kurniawan.Bos Garuda itu menilai potensi lini bisnis di luar angkutan penumpang seperti bisnis charter dan kargo ini akan semakin menjanjikan ke depannya. 

Khusus untuk lini bisnis kargo sendiri, menurutnya, Garuda Indonesia berhasil mencatatkan peningkatan trafik kargo yang cukup signifikan. Angkanya bahkan melebihi trafik kargo sebelum masa pandemi. 

Pihaknya pun cukup optimistis dengan behaviour shifting pengguna jasa di masa adaptasi kenormalan baru ini. Performa lini bisnis kargo secara bertahap diharapkan mampu menjadi penyeimbang kontributor pendapatan yang selama ini didominasi oleh angkutan penumpang. 

"Melalui proyeksi tersebut, kami menargetkan potensi pendapatan dari bisnis kargo pada tahun ini dapat meningkat hingga mencapai 40% dari total pendapatan usaha, dari yang sebelumnya berada di kisaran 10-15%," tuturnya.  

Berbagai upaya juga dilakukan maskapai pelat merah ini demi mendulang untung dari bisnis kargo. Diantaranya melalui pengoperasian 2 armada passenger freighter. Armada itu merupakan hasil konversi dari armada A330-200 dengan kapasitas angkutan kargo mencapai lebih dari 40 ton di setiap penerbangannya. 

Di sisi lain, Irfan bilang, Garuda Indonesia juga secara pro-aktif terus melakukan berbagai perluasan jaringan penerbangan khusus kargo. Termasuk kaitannya dengan mendukung sektor UMKM dan komoditas ekspor nasional. 

Data internal Garuda Indonesia, sepanjang April 2021 lalu mencatat nilai ekspor nasional meningkat hingga 51,08% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. 

Capaian tersebut, sejalan dengan peningkatan trafik kargo Garuda Indonesia pada April 2021 lalu. Tercatat, ada peningkatan sebesar 50% dibandingkan dengan periode sebelum pandemi Covid-19. 

"Potensi seperti ini yang akan terus kami optimalkan khususnya dengan menunjang aktivitas direct call untuk kebutuhan aktivitas ekspor nasional," katanya.

Bisnis kargo Garuda Indonesia, Irfan menambahkan, pada dasarnya bisa mengangkut berbagai variasi barang. Misalnya, general cargo, live animals, perishable, dangerous goods, dan valuable goods

Namun saat ini, kata dia, muatan kargo didominasi oleh barang-barang e-commerce. Sebut saja general cargo dari barang garmen hingga elektronik dan marine products atau hasil laut seperti ikan, kepiting, hingga udang.

Data Garuda Indonesia mencatat pengiriman general cargo saat ini terjadi peningkatan pendapatan usaha sebesar 72%. Kemudian, dari sisi tonase meningkat sebesar 32%. Sementara, pengiriman marine products terjadi peningkatan pendapatan usaha sebesar 131% dan dari sisi tonase meningkat sebesar 63%.

Adu siasat 

Dirut Garuda Irfan Setiaputra mengatakan, maskapai berkode emiten GIAA itu tak hanya mengoptimalkan pangsa pasar bisnis kargo yang sudah ada. Pihaknya juga turut memfokuskan lini bisnis kargo melalui jangkauan perluasan jaringan pengiriman barang. 

"Baik melalui aksesibilitas direct flight maupun point to point yang tentunya menyesuaikan dengan tren market yang ada," ujar Irfan.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra. Foto Reuters/Ajeng Dinar Ulfiana.  Dia mencontohkan, Garuda Indonesia juga tengah menggarap pengiriman komoditas ekspor dari wilayah penghasil komoditas di timur Indonesia. Garuda juga melayani sejumlah penerbangan langsung ke negara pengimpor, seperti Manado-Narita, Makassar-Singapura, Denpasar-Hongkong, hingga Surabaya-Hongkong.

Optimalisasi lini bisnis charter kargo pun juga dilakukan. Ini berguna dalam menunjang aksesibilitas komoditas UMKM dan ekspor nasional. Seperti, penyediaan jaringan penerbangan kargo untuk sektor UMKM di Jawa Barat.

"Beberapa waktu lalu, kami hadirkan sebagai bentuk dukungan peningkatan daya saing produk general cargo di Jawa Barat melalui Bandara Kertajati," imbuhnya. 

Irfan membeberkan, Garuda Indonesia juga terus menjalin kerjasama strategis dengan pemerintah daerah. Tujuannya, memastikan ketersediaan jaringan penerbangan kargo dalam mendukung peningkatan daya saing komoditas ekspor yang ada di masing-masing daerah. 

Tak hanya Garuda Indonesia, Lion Parcel yang merupakan jaringan infrastruktur Lion Group sebagai maskapai penerbangan terbesar juga semakin memantapkan bisnis kargo udara. 

Untuk semakin menggaet hati konsumennya, baru-baru ini Lion Parcel bahkan memberikan iming-iming promo yang menarik. Yaitu, meluncurkan program 'Cashback 50 persen Berkali-kali' untuk memudahkan pengiriman paket masyarakat ke seluruh Indonesia.

CEO Lion Parcel Farian Kirana mengatakan program promosi Cashback 50% Berkali-kali ini berlaku untuk pelanggan lama maupun baru dengan masa periode yang berlangsung mulai 1 Juni sampai 31 Juli 2021. 

Bisnis kargo yang dimulai sejak 2013 lalu ini kembali meluncurkan promo untuk mempermudah masyarakat dalam mengirim paket dengan biaya terjangkau. Pelanggan nantinya akan mendapatkan cashback berupa saldo poin di aplikasi Lion Parcel dengan jumlah maksimal sebesar Rp10.000 setiap kali transaksi.

"Kami berharap dengan inovasi ini bisa memberikan manfaat lebih bagi masyarakat Indonesia," ujar Farian dalam keterangan resminya, Minggu (6/6).

Foto Antara.

Potensi pasar e-commerce

Peneliti pada Center Innovation and Digital Economy INDEF, Nur Komaria mengatakan potensi bisnis kargo saat ini terbilang sangat potensial. Terlebih dengan pertumbuhan e-commerce saat pandemi yang sangat pesat. 

"Masyarakat Indonesia berbelanja melalui e-commerce naik 2 kali lipat dibandingkan sebelum masa pandemi dan kondisi ini diperkirakan masih akan berlanjut," ujar Komaria kepada Alinea.id, Selasa (8/6).  

Berbelanja di e-commerce ini, menurut Komaria, telah menjadi gaya hidup serta menawarkan berbagai kelebihan. Misalnya, efisiensi hingga kenyamanan di masa serba pembatasan. 

"Perubahan pola konsumsi masyarakat utamanya karena ada anjuran social distancing saat pandemi yang menyebabkan masyarakat terpaksa atau tidak semakin akrab dengan e-commerce," imbuhnya. 

Adanya kemudahan pembayaran melalui e-wallet, kata dia, juga mendukung ekosistem e-commerce. Dus, hal ini juga menjadi momentum baik karena menimbulkan multiplier effect

Komaria melanjutkan, bisnis Kargo yang turut dikerek oleh perkembangan e-commerce ini kemudian bisa menolong sisi bisnis maskapai. Terlebih, di masa penerapan seat distancing dan kekhawatiran masyarakat akan Covid-19. Termasuk juga rumitnya regulasi sebelum keberangkatan yang berdampak terhadap penurunan pendapatan maskapai. 

"Sehingga kargo udara bisa diharapkan mampu mensubstitusi pendapatan dari maskapai, meskipun tidak sebesar saat normal sebelum pandemi," ujarnya. 

Tim Komunikasi Publik  Asosiasi E-commerce Indonesia (iDEA), Indry tak memungkiri bahwa tren e-commerce saat ini memang terus mengalami kenaikan. Ini terjadi karena pola aktivitas daring seperti belanja online juga terus meningkat. 

Produk e-commerce yang mengandalkan kargo udara, menurut Indry, sebenarnya bukan berfokus pada spesifik produknya apa. Namun lebih kepada dari mana pengiriman dan tujuan lokasinya, serta seberapa cepat waktu yang diinginkan.

Hal ini pulalah, yang menurut Indry menyebabkan pengiriman e-commerce melalui kargo udara juga mengalami tantangan. Utamanya soal biaya dibandingkan pengiriman. 

"Dengan biaya yang harus dikeluarkan, kebanyakan masih memilih jalur darat dan laut," kata Indry kepada Alinea.id, Selasa (8/6). 

Asosiasi E-commerce Indonesia (iDEA) mencatat konsumen dan seller e-commerce saat ini memang masih didominasi dari wilayah barat Indonesia. Meski saat ini, konsumen yang ada di tengah dan timur juga sudah mulai berkembang.

Lalu, bagaimana upaya untuk mengembangkan bisnis kargo udara?

Mengacu pada riset Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA), Peneliti INDEF Nur Komaria menekankan pada 5 strategi yang terpenting. Di antaranya, perlunya maskapai penerbangan untuk berfokus pada produk dan pelayanan untuk membangun pangsa pasar. 

Digitalisasi untuk meningkatkan kecepatan juga diperlukan. Selain itu, maskapai penerbangan harus meningkatkan sistem sendiri hingga bisa beralih ke kargo. Terakhir, bersaing melalui bisnis yang responsif dan pelayanan nilai tambah (VAS). 

"Yang terpenting adalah melakukan kolaborasi dan membangun kerjasama antara pelaku e-commerce, perusahaan kargo udara dengan mempromosikan penggunaan program perdagangan yang terpercaya," ujar Komaria. 

Senada, Pengamat bisnis penerbangan AIAC Arista Atmadjati mengatakan bahwa kolaborasi menjadi sangat penting. Dia mencontohkan, kerjasama antar daerah dalam hal pengiriman logistik dengan menggunakan kargo udara bisa dilakukan. 
 
"Saling tukar menukar produk yang bisa saling diperjualkan dan mengangkut barangnya dengan pesawat kargo. Jadi semua stakeholders harus ikut membantu pesawat kargo udara," ujar Arista kepada Alinea.id, Selasa (8/6). 

Sebab, Arista menyebut, bisnis kargo udara meskipun dengan banyak potensi, masih pula memiliki tantangan yang besar di tengah kondisi pandemi ini. Misalnya saja, soal pemerataan pengangkutan logistik yang belum berimbang. 

"Bisa jadi kargo full cuma mengangkut satu arah. Misal Jakarta ke Papua, kargo penuh nah pulangnya kosong padahal enggak bisa mengangkut penumpang karena sudah diubah jadi full kargo. Jadi itungannya PP ya rugi akhirnya," pungkasnya.   
Ilustrasi Alinea.id/Oky Diaz.  
 

img
Nurul Nur Azizah
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan