Musim libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pariwisata. Tekanan ekonomi dan perubahan kebijakan fiskal diprediksi turut memengaruhi minat masyarakat untuk berwisata.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi peredaran uang kartal selama momen nataru hanya tumbuh sebesar 6% menjadi Rp138,19 triliun. Angka ini meningkat dari Rp130,37 triliun pada 2023, namun laju pertumbuhannya melambat dibandingkan kenaikan 11% pada tahun sebelumnya.
“Pertumbuhan ini lebih rendah karena beberapa faktor. Penurunan harga tiket maskapai, meskipun ada, kurang signifikan mendorong minat wisata. Sebagian besar pengguna sudah memesan tiket satu hingga tiga bulan sebelum pengumuman penurunan tarif,” ujar Bhima kepada Alinea.id, belum lama ini.
Perilaku konsumen
Bhima juga mencatat adanya pelemahan daya beli masyarakat kelas menengah yang berpengaruh pada konsumsi rumah tangga di kuartal IV-2024. Hal ini disebabkan oleh antisipasi kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada Januari 2025 serta rencana kenaikan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan pemberlakuan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).
“Banyak masyarakat mulai mengalihkan pengeluaran untuk kebutuhan pokok dan menunda belanja barang sekunder dan tersier, termasuk liburan yang masuk kategori jasa tersier,” tambah Bhima.
Selain tekanan ekonomi, kondisi cuaca yang tak menentu juga menjadi perhatian. Apalagi, beberapa destinasi wisata, seperti kawasan Puncak di Kabupaten Bogor, menjadi titik rawan kemacetan dan risiko keselamatan.
Meski demikian, pengamanan di kawasan wisata telah disiapkan oleh aparat kepolisian.
“Di kawasan Puncak, Polsek Megamendung dan Cisarua akan mengoperasikan tiga pos pengamanan (Pospam) untuk memastikan keamanan wisatawan,” tutur Ipda Ardian dari BKO Lantas Polres Bogor kepada Alinea.id, Rabu (18/12).