Setelah tiga bulan berturut-turut alami defisit, akhirnya neraca perdagangan Indonesia per Maret menunjukkan surplus US$1,09 miliar. Dimana nilai ekspor Indonesia Maret 2018 mencapai US$15,58 miliar atau meningkat 10,24% dibanding ekspor Februari 2018. Demikian juga dibanding Maret 2017 meningkat 6,14%.
Sedangkan nilai impor Indonesia Maret 2018 mencapai US$14,49 miliar atau naik 2,13% dibanding Februari 2018, demikian pula jika dibandingkan Maret 2017 meningkat 9,07%.
"Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Maret 2019 terjadi pada bahan bakar mineral, naik 18,58% dengan nilai US$ 358,9 juta," ujar Suhariyanto, Senin (16/4) di kantornya.
Komoditi lainnya yang juga meningkat nilai ekspornya adalah besi dan baja US$ 209,7 juta (64,94%), bijih, kerak, dan bau logam US$ 133,3 juta (31,69%), alas kaki US$ 57,2 juta (15,08%), serta ikan dan udang US$ 57,1 juta (23,60%).
Pada periode Januari-Maret 2018, Tiongkok tetap merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$ 6.343,5 juta (15,77%), diikuti AS dengan nilai US$ 4.4220 juta (11%), dan Jepang dengan nilai US$ 4.081,2 juta (10,15%).
"Komoditas utama yang diekspor ke Tiongkok pada periode tersebut adalah batubara, lignit, dan besi/baja. Sementara penurunan ekspor terjadi di negara Singapura, Ukraina, dan Pakistan," terang Suhariyanto.
Tiga provinsi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap eskpor nasional pada periode Januari-Maret 2018 adalah Jawa Barat US$ 7.537 juta (17,02%), Jawa Timur US$ 4.766,8 juta (10,77%), dan Kalimantan Timur US$ 4.591,2 juta (10,37%).
Sementara nilai impor Indonesia Maret 2018 mencapai US$14,49 miliar atau naik 2,13% dibanding Februari 2018, demikian pula jika dibandingkan Maret 2017 meningkat 9,07%.
Impor nonmigas Maret 2018 mencapai US$12,23 miliar atau naik 2,30% dibandingkan Februari 2018 jika dibanding Maret 2017 meningkat 11,08%.
Impor migas Maret 2018 mencapai US$2,26 miliar atau naik 1,24% dibanding Februari 2018, namun turun 0,64% dibanding Maret 2017.
Peningkatan impor nonmigas terbesar Maret 2018 dibanding Februari 2018 adalah golongan mesin dan pesawat mekanik US$286,9 juta (14,84%), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan mesin dan peralatan listrik sebesar US$153,1 juta (9,19%).
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Maret 2018 ditempati oleh Tiongkok dengan nilai US$10,16 miliar (27,30%), Jepang US$4,33 miliar (11,64%), dan Thailand US$2,57 miliar (6,89%). Impor nonmigas dari ASEAN 20,84%, sementara dari Uni Eropa 9,41%.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari–Maret 2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 22,08%, 18,35%, dan 27,72%