close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Pixabay
icon caption
Ilustrasi. Pixabay
Bisnis
Jumat, 05 Agustus 2022 16:10

Neraca perdagangan RI surplus di tengah inflasi global

"Ini meningkat sebesar 148,01% kalau saya bandingkan dengan Q2-2021."
swipe

Tekanan terhadap perekonomian global terus terjadi hingga kini. Karenanya, sejumlah negara masih mengalami inflasi.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono, menyebutkan, Uni Eropa mengalami inflasi sebesar 9,6%, Amerika 9,1%, Inggris 8,2%, Korea Selatan 6,1%, Indonesia 4,4%, dan China 2,5% selama triwulan II-2022.

Naiknya angka inflasi membuat International Monetary Fund (IMF) merevisi hasil proyeksinya, menurunkan proyeksi pertumbuhan perekonomian global dan meningkatkan proyeksi inflasi global.

"IMF melakukan revisi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2022 dan 2023, mengoreksi pertumbuhan ekonominya turun ke bawah. Sebut saja di tahun 2022 yang semula adalah 3,6% direvisi menjadi 3,2%. Nah, berikutnya diprediksi tahun depan 2023 yang semula 3,6% direvisi menjadi 2,9%," katanya dalam pemaparannya tentang pertumbuhan ekonomi triwulan II-2022, Jumat (5/8).

Pada inflasi, IMF merevisi proyeksi inflasi global dari sebesar 7,8% pada kuartal II-2022 menjadi 8,6%. Proyeksi inflasi global tahun 2023 juga mengalami revisi naik ke atas, dari sebesar 4,5% menjadi 5,3% kuartal II-2023.

Hal serupa juga terjadi pada proyeksi inflasi inti global. IMF menaikkan proyeksi inflasi inti pada kuartal II-2022 dari 5,3% naik menjadi 6,1%. Periode sama tahun 2023 mendatang yang semula 3,8% akan naik menjadi 4,8.

Berdasarkan data BPS yang disampaikan Margo, terlihat juga sejumlah negara yang berpotensi alami resesi. Di wilayah Asia Tenggara, Taiwan menjadi yang paling berisiko terancam resesi hingga 20%, disusul Malaysia 13%, Vietnam dan Thailand 10%, Filipina 8%, serta Indonesia 3%.

Meski demikian, Margo melaporkan, kondisi ekonomi beberapa negara mitra dagang utama Indonesia pada kuartal II-2022 tetap mengalami pertumbuhan meskipun mengalami perlambatan. Vietnam menjadi mitra dagang yang mengalami pertumbuhan paling tinggi.

"Secara umum saya simpulkan, untuk mitra dagang itu masih tumbuh meskipun mengalami perlambatan kecuali di Vietnam. Ekspor share kita di Vietnam 3,29%, Q2-nya tumbuh impresif 7,7% yoy dan lebih tinggi dibanding Q1-2022 dan Q2-2021,” tuturnya.

Angin segar masih terasa pada perekonomian nasional lantaran Indonesia memperoleh windfall dari kenaikan harga sejumlah komoditas di pasar global.  

"Tercatat neraca perdagangan kita di Q2 ini surplus US$15,55 miliar. Ini meningkat sebesar 148,01% kalau saya bandingkan dengan Q2-2021 yoy. Kalau saya bandingkan dengan triwulan I-2022 atau secara (q-to-q), meningkat 67,85%. Jadi, tekanan global memberikan dampak positif terhadap kinerja ekspor dan neraca perdagangan," tuturnya.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan