Political Economy and Policy Studies (PEPS) mencatat, komoditas nikel mulai redup pada kuartal kedua tahun ini. Padahal hilirisasi smelter nikel menjadi primadona.
Managing Director PEPS Anthony Budiawan mengatakan, bila dibandingkan dalam kuartal serupa di tahun sebelumnya tetap menghasilkan hasil anjlok di komoditas nikel. Ia memperkirakan, anjloknya komoditas satu ini, terjadi hingga Pemilu 2024.
"Sempat menjadi alat pencitraan, ekonomi nikel tahun ini mulai redup," katanya dalam keterangan, Jumat (25/8).
Anthony menyebut, ekspor ferronikel (HS72026000) anjlok 70,6%, pig iron (HS75011000) anjlok 71 %, dan nickel oxide (HS75012000) anjlok 57,4%. Angka ini bila dibandingan dengan kuartal kedua di 2022.
Ekspor Q2/2023 yang anjlok karena volume ekspor dan harga nikel internasional turun tajam. Volume ekspor untuk ferronikel, pig iron dan nickel oxide masing-masing turun 59,7%, 61,1% dan 38,3%.
"Sedangkan untuk harga ferronikel, pig iron, dan nickel oxyde masing-masing turun 27,1%, 25,5% dan 31%," ujarnya.
Sementara, bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu Q1/2023 , atau Quarter-on-Quarter (QOQ), ekspor Q2/2023 juga anjlok, masing-masing turun 72%, turun 78%, dan turun 48,8% untuk ferronikel (HS72026000), pig iron (HS75011000), dan nickel oxide (HS75012000).
Penurunan tajam ini juga akibat volume ekspor dan harga nikel internasional masih turun secara triwulanan. Volume ekspor Q2/2023 (QOQ) untuk ferronikel (HS72026000), pig iron (HS75011000), dan nickel oxide (HS75012000) masing-masing turun 68,1%, 74,6% dan 54,6%.
Sedangkan untuk harga jual ferronikel (HS72026000) turun 12,3% dan pig iron (HS75011000) turun 13,3%. Untuk nickel oxide (HS75012000) harga jual Q2/2023 mengalami sedikit kenaikan, 12,8%, setelah turun terus selama empat triwulan berturut-turut.