Nilai ekspor perhiasan Indonesia pada semester I-2022 mengalami peningkatan 2 kali lipat menjadi US$2,37 miliar. Pada periode sama tahun sebelumnya, nilanya hanya mencapai US$1,23 miliar. Bahkan, saat pandemi Covid-19 pada awal 2020, nilai ekspor perhiasan Indonesia tetap tumbuh.
"Di tengah dampak pandemi Covid-19, nilai ekspor perhiasan Indonesia justru meningkat 76% sepanjang tahun 2021, yakni senilai US$2,59 miliar dibanding tahun 2020 yang baru mencapai US$1,47," ucap Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, dikutip dari keterangannya, Jumat (19/8).
Menperin menyebut, negara utama yang menjadi target tujuan ekspor perhiasan Indonesia antara lain Swiss dengan proporsi terbesar 35%, disusul Amerika Serikat (AS) sebesar 26%, kemudian Uni Emirat Arab dan Hong Kong masing-masing 11%.
Peningkatan ini pun didukung pemerintah. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong agar akses pasar bagi pelaku industri perhiasan dan aksesoris makin menanjak ekspornya.
"Trademap.org menyatakan, market share ekspor perhiasan Indonesia ke dunia pada tahun 2021 adalah sebesar 2,5% dan menempati urutan ke-14 dari seluruh negara eksportir produk perhiasan. Market share ini naik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2%," lanjut Agus.
Menurutnya, keberhasilan ini membuktikan industri perhiasan Indonesia masih berpeluang untuk terus tumbuh dan berkembang dalam meningkatkan pangsa pasarnya.
Hal senada disampaikan Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita. Menurutnya, Indonesia masih memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja ekspor industri perhiasan dengan melihat kemampuan industri skala besar dan sedang, yang sebanyak 98 usaha dengan serapan 21.000 tenaga kerja.
Ada beberapa upaya Kemenperin dalam mendukung pertumbuhan industri perhiasan dalam negeri. Misalnya, memberikan fasilitas keikutsertaan pada pameran berskala nasional dan internasional.
"Untuk menjaga momentum pertumbuhan ini, pemerintah tetap menjaga iklim usaha yang kondusif, salah satunya dengan memperbaiki rantai pasok industri perhiasan seperti mempermudah akses bahan baku," tuturnya pada pembukaan Pameran Jakarta International Jewellery Fair (JIJF) 2022 di Jakarta, Kamis (18/9).
JIJF adalah pameran yang menampilkan beragam pilihan perhiasan emas, perak, mutiara, berlian, serta batu mulia dan semibatu mulia dengan variasi desain berteknologi tinggi. Pada 2022, Kemenperin memfasilitasi pameran bagi 30 pelaku industri perhiasan, khususnya skala industri kecil dan menengah (IKM).
Sebagian dari puluhan IKM yang berpartisipasi tersebut berasal dari Palembang dan Ogan Ilir (Sumatera Selatan); Bogor dan Bandung (Jawa Barat); Jakarta; Yogyakarta (DIY); Demak (Jawa Tengah); Pacitan (Jawa Timur); Gianyar, Badung, dan Klungkung (Bali); Mataram dan Lombok (NTB); serta Martapura (Kalimantan Selatan).
Selanjutnya, menurunkan tarif bea masuk produk perhiasan di negara tujuan ekspor melalui pemanfaatan kerja sama perjanjian perdagangan internasional. Selain itu, Kemenperin mendorong peningkatan akses pasar melalui media teknologi digital seperti melalui lokapasar (marketplace).