Nilai tukar rupiah (Rp) terhadap dolar Amerika Serikat (US$) kembali terpuruk saat surplus neraca perdangan berlanjut. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah melemah pada pembukaan perdagangan Selasa (15/11) sebesar 0,03% ke Rp15.520/US$ bahkan terkoreksi lebih tajam menjadi 0,32% ke Rp15.565/US$ pada pukul 11.00 WIB. Koreksi disebabkan indeks dolar AS yang bergerak menguat sebesar 0,26% ke posisi 106,93.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Oktober 2022 menembus US$5,67 miliar. Dengan demikian, ekspor pada bulan lalu tumbuh 12,30% (year on year/yoy) menjadi US$24,81 miliar. Jika dibandingkan Agustus 2022, terjadi kenaikan 0,13%.
Sementara itu, impor Indonesia mencapai US$19,14 miliar atau tumbuh 17,44% (yoy). Namun, terjadi kontraksi 3,40% dibandingkan bulan sebelumnya.
"Impor Indonesia pada Oktober 2022 mencapai US$19,14 miliar," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa (Disjas) BPS, Setianto, dalam telekonferensi pers, beberapa saat lalu.
Selain itu, utang luar negeri (ULN) Indonesia juga mengalami penurunan. Pada akhir September 2022, ULN tercatat sebesar US$394,6 miliar atau lebih rendah dibandingkan Agustus senilai US$397,4 miliar atau akhir kuartal II-2022 US$403,6 miliar.
"Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral, red) maupun sektor swasta," tulis Bank Indonesia (BI) dalam keterangannya.
Secara tahunan, posisi ULN triwulan III-2022 mengalami kontraksi 7,0% (yoy). Jumlah itu lebih dalam daripada triwulan sebelumnya sebesar 2,9% (yoy).
Malam ini, sekitar pukul 20.30 WIB, investor global juga akan disajikan rilis indeks harga produsen (IHP) AS per Oktober 2022. IHP kerap menjadi salah satu rilis data ekonomi yang dinantikan penanam modal mancanegara mengingat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menggunakan data itu sebagai masukan sebelum memutuskan kebijakan moneter selanjutnya.
Sementara itu, konsensus analis Trading Economics memprediksi IHP AS pada Oktober 2022 akan melandai dari 8,5% (yoy) menjadi 8,3%. Adapun IHP diproyeksikan akan naik 0,5% secara bulanan (month to month/mtm) dari 0,4% pada periode sebelumnya.
Di tengah menguatnya dolar AS di pasar spot, juga menekan laju mayoritas mata uang di Asia. Dolar Taiwan (NT$) dan yen Jepang (¥) terkoreksi paling tajam, masing-masing sebesar 0,55% dan 0,37% terhadap dolar AS.
Hanya yuan China (¥), ringgit Malaysia (RM), dan dolar Hong Kong (HK$) yang sukses menguat masing-masing sebesar 0,4%, 0,12%, dan 0,01% terhadap greenback.