close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Foto Antara.
icon caption
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Foto Antara.
Bisnis
Jumat, 27 Desember 2019 16:22

OJK beberkan kondisi sektor jasa keuangan akhir tahun

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kondisi ekonomi global berpengaruh kuat terhadap sektor jasa keuangan Indonesia.
swipe

Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan dalam kondisi terjaga dengan intermediasi sektor jasa keuangan membukukan kinerja positif dan profil risiko industri jasa keuangan masih terkendali.

Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo mengungkapkan sampai dengan 20 Desember 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 4,53% secara month-to-date/mtd atau 1,45% year-to-date/ytd ke level 6.284,4. Penguatan ini ditopang oleh aliran masuk investor asing.

"Secara ytd, investor asing mencatatkan net buy di pasar modal hingga Rp47,8 triliun," kata Anto dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (27/12).

Sampai dengan 23 Desember 2019, lanjut Anto, penghimpunan dana melalui pasar modal telah mencapai Rp166 triliun. Jumlah emiten baru pada periode tersebut sebanyak 54 perusahaan, dengan pipeline penawaran sebanyak 55 emiten, dengan total indikasi penawaran sebesar Rp15,6 triliun.  

Anto memandang faktor global seperti kesepakatan perang dagang Amerika Serikat (AS)-China, serta kemenangan PM Boris Jhonson dalam pemilu Inggris mewarnai dinamika perekonomian global sebulan terakhir.

Selain itu, sentimen positif datang dari berlanjutnya kebijakan dovish beberapa bank sentral negara maju untuk terus menjaga kualitas global dan pasar keuangan global.

Adapun pasar Surat Berharga Negara (SBN) mengalami penguatan dengan yield turun sebesar 94,2 bps ytd, disertai dengan aliran investor asing ke pasar SBN tercatat Rp171,0 triliun.

Lalu, pertambahan kepemilikan SBN oleh perbankan tercatat sebesar Rp193,2 triliun. Sementara itu, pertambahan kepemilikan SBN oleh dana pensiun sebesar Rp43,9 triliun dan asuransi sebesar Rp13,6 triliun ytd.

"Jumlah ini mencerminkan positifnya peran lembaga jasa keuangan dalam mendukung pembiayaan perekonomian nasional. Di mana, dana yang berhasil dikumpulkan dari sektor jasa keuangan dimanfaatkan oleh pemerintah untuk pendanaan pembangunan," ujar Anto.

Selain penguatan dari pasar modal dan pasar SBN, kinerja lembaga jasa keuangan sepanjang November 2019 mencatatkan kinerja positif. Kredit perbankan tumbuh 7,05% secara yoy, ditopang oleh kredit investasi yang tumbuhh di level 13,71% yoy.

Selain itu, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan meningkat 4,5% yoy. Adapun kredit macet atau non performing loan (NPL) gross sebesar 2,77% dan rasio non performing financing (NPF) sebesar 2,5%.

Kemudian, dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 6,72% yoy, lebih tinggi dari capaian tahun lalu. Selain itu, sepanjang Januari s/d November 2019, industri asuransi menghimpun premi hingga Rp261,7 triliun atau tumbuh sebesar 6,1% yoy.

Adapun permodalan lembaga jasa keuangan terjaga stabil pada level yang tinggi. Capital adequacy ratio (CAR) perbankan sebesar 23,81%. Sejalan dengan itu, risk-based capital industri asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing sebesar 725% dan 329%, jauh di atas ambang batas ketentuan sebesar 120%. 

"Sentimen positif yang berasal dari kesepakatan perang dagang AS-China dan kemenangan PM Boris dalam Pemilu Inggris mewarnai dinamika perekonomian global di akhir 2019," kata Anto.

Selain itu, berlanjutnya kebijakan dovish oleh beberapa bank sentral negara maju terus menjaga likuiditas global dan penguatan pasar keuangan global.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan