Rapat Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia dalam kondisi terjaga.
OJK mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan per Agustus 2017 tumbuh sebesar 11,69% secara year on year (yoy). Kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan berada pada level moderat, dengan kinerja kredit perbankan pada September 2017 tercatat tumbuh 7,86% secara yoy. Adapun risiko kredit terpantau turun pada September 2017 dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross tercatat membaik menjadi 2,93% dibandingkan periode Agustus 2017 sebesar 3,05%.
Sedangkan premi asuransi jiwa tercatat tumbuh menjadi 37,8% secara yoy. Premi asuransi umum dan reasuransi meningkat menjadi 4,35% yoy. Piutang pembiayaan tumbuh sebesar 8,16% secara yoy pada periode yang sama. Rasio pinjaman bermasalah atau non performing finance (NPF) menjadi 3,18%, dari Agustus 2017 sebesar 3,31%.
OJK menyebutkan stabilitas sistem keuangan tersebut terpengaruh oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi global, akibat perbaikan ekonomi di negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat (AS). Penguatan ekonomi ini juga didukung oleh ekspektasi pelaku pasar keuangan terhadap kebijakan Bank Sentral AS, The Fed yang memulai normalisasi balance sheet pada Oktober 2017 serta rencana menaikkan suku bunga acuan, Fed Fund Rate pada Desember 2017 .
"Kondisi perekonomian domestik ikut terjaga oleh penurunan suku bunga Bank Indonesia selama dua kali pada Agustus dan September 2017," ujar Anto Prabowo, Plt. Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) mencatatkan penguatan pada September 2017. Meski terjadi aksi jual atau net sell investor sebesar Rp11,2 triliun, IHSG masih meningkat 0,6% pada September 2017, lebih tinggi dari periode Agustus 2017 sebesar 0,4%, yang didukung oleh investor dalam negeri.
Di pasar surat berharga negara (SBN), investor asing masih mencatatkan aksi beli atau net buy sebesar Rp34,2 triliun yang mendorong imbal hasil SBN tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing turun 15,1 basis poin (bps), 14,6 bps dan 24,8 bps.
Pada periode Januari-September 2017, tercatat 118 emiten yang melakukan penghimpunan dana melalui pasar modal dengan nilai sebesar Rp182,2 triliun atau meningkat sebesar 32,1% dibandingkan periode sama 2016. Dari 118 emiten yang melakukan penghimpunan dana tersebut, terdapat 29 emiten baru, sehingga target 21 emiten baru di 2017 telah tercapai.
"Ke depan, OJK melihat proses pemulihan ekonomi global semakin solid dan akan berdampak positif pada kinerja perekonomian domestik dan sektor jasa keuangan Indonesia," ujar Anto optimistis.
Seiring dengan tren penurunan suku bunga, OJK memproyeksikan terdapat ruang bagi sektor jasa keuangan untuk berkontribusi dalam memacu pertumbuhan ekonomi domestik dengan mendorong penyaluran dana. Disamping itu, OJK juga terus mencermati perkembangan risiko pasar seiring dengan pelaksanaan normalisasi kebijakan moneter di AS dan Eropa.