Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Muhammad Lutfi mengungkapkan, dampak pandemi Covid-19 terhadap dunia usaha masih terasa hingga saat ini, termasuk untuk sektor waralaba. Untuk itu, para pelaku usaha waralaba harus mampu beradaptasi dengan kondisi new normal.
"Meskipun demikian kita harus tetap optimis. Pada 2020 bisnis waralaba di Indonesia masih tetap dapat berkontribusi dalam penyerapan 628.000 tenaga kerja, dan mencapai omzet tidak kurang dari Rp54,4 miliar. Pemerintah juga terus mendorong pengembangan bisnis waralaba dalam negeri, karena potensi pasar dalam negeri Indonesia yang besar dan menjanjikan,” kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dalam acara Franchise Forum dan Biz Fest 2021 pada, Selasa (7/12).
Menariknya, Indonesia tidak lagi menjadi pasar bagi waralaba asing, karena waralaba lokal sudah menjadi tuan rumah dan menguasai pasar dalam negeri bahkan mulai merambah ke pasar regional. Selanjutnya, memerlukan kolaborasi pemerintah, dunia usaha, dan asosiasi waralaba untuk menguasai, menembus, serta dapat bersaing di global.
Sementara, Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) Tri Rahardjo menuturkan, berdasarkan data perhimpunan waralaba dan lisensi di Indonesia, yang melakukan survei di 2020 terhadap 30 brand usaha waralaba, lisensi, dan peluang usaha, menemukan sebanyak 17% gerai tutup sementara dan tutup permanen.
Perinciannya, dari total 5.621 gerai waralaba, sebanyak 953 gerai waralaba tutup sementara dan tutup permanen pada saat awal pandemi, tepatnya Maret-Juni 2020.
“Dari fenomena tersebut, tentunya kami dari asosiasi turut mendorong untuk memulihkan kembali dari WALI, AFI, dan juga Asensi. Kami juga mendorong melalui gerakan nasional Ayo Berbisnis. Ada dua hal yang ingin kita capai, yang pertama adalah transaksi di outlet-outlet jaringan bisnis waralaba kembali pulih. Kedua, berharap tumbuhnya wirausaha baru melalui waralaba, lisensi, dan peluang usaha sebagai penerima waralaba atau penerima lisensi.” tutur dia
Kemudian, Tri Rahardjo juga memaparkan mengenai proyeksi di kuartal IV-2021, yang diyakini ada sebuah angin dari para pelaku industri. Di mana 25% dari pelaku industri diyakini sudah pulih 100%. Menurutnya, ini adalah suatu hal yang menggembirakan untuk Industri Franchise Indonesia.
“Bahkan dari data tersebut yang menjadi catatan menarik yaitu, dari 30 responden yang kami tanyakan 25,8% responden menjawab bisnis mereka berangsur-angsur normal 90%-100%. Selanjutnya 32,3% responden menjawab kondisinya berangsur normal antara 80%-89%. Terdapat 16,1% responden menjawab kondisi bisnisnya berangsur normal 70%-79%. Sisanya masih di bawah 70% yaitu sebanyak 25,8%. Tentunya ini bila dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi (2019),” papar Tri Rahardjo
Survei tersebut juga menjelaskan target di 2022. Ternyata sebanyak 87,1% responden akan melakukan pengembangan bisnis. Artinya di tengah pandemi ini para pelaku usaha tetap optimis menatap masa depan, dan mereka juga akan melakukan pengembangan bisnisnya di 2022. Selain itu, 12,9% responden menyatakan, tidak akan mengembangkan usahanya, artinya tidak membuka gerai baru di sepanjang 2022.
“Meskipun 75% responden menyatakan bisnisnya belum pulih 100%, namun mereka optimistis transaksi di jaringan usaha mereka. Saya kira ada dua hal penting yang perlu didorong. Pertama adalah bagaimana jaringan bisnis kita memiliki success rate yang tinggi. Kedua adalah bagaimana jaringan bisnis kita tetap bertumbuh baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” lanjutnya
Hal senada pun turut disampaikan Ketua Asosiasi Franchise Indonesia Anang Sukandar. Dia mengatakan, pemerintah dan sektor swasta telah berupaya agar ekonomi Indonesia bisa pulih kembali, Hal ini membuktikan kalau indikator ekonomi nasional mulai membaik.