Pemerintah rupanya masih gagap dalam mengatur tataniaga beras dan bahan makanan pokok lainnya. Meski diklaim produksi aman dan stok cukup, namun rupanya harga masih terbilang tinggi di pasar.
Pekan ini, harga bahan pokok merangkak naik mulai dari produk hortikultura, daging juga telur hingga beras. Sampai kapan harga mencekik ibu-ibu dan pengusaha makanan kelas kecil menengah, tidak bisa diprediksi.
Memang Kementerian Perdagangan (Kemdag) langsung merespon keluhan masyarakat terkait harga bahan pokok makanan yang tiba-tiba melonjak. Apa tindakannya? Mudah ditebak yakni operasi pasar.
Pada Selasa (9/1), Menteri Perdagangan Enggartiasto bersama Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti melepas operasi pasar (OP) beras kualitas medium dengan menggunakan cadangan beras pemerintah. Harapannya, lewat OP stabilisasi harga beras bisa terjadi dan meredam kenaikan harga.
Sebagai informasi, harga beras medium seperti yang tercantum di Kemdag sebesar Rp 12.500 per kilogram (kg) di Jakarta. Sementara harga nasionalnya sebesar Rp 11.177 per kg. Harga tersebut merangkak dari harga awal pada tahun 2015 sebesar Rp 9.500 per kg.
"Pemerintah terus berupaya menjaga ketersedian pasokan beras di pasar agar harga tetap stabil, serta meminimalisasi kenaikan harga di tingkat konsumen melalui OP beras," tukas Enggartiasto seperti dikutip Antara.
Apa yang disampaikan Enggar secara jelas menandakan bahwa pasokan beras saat ini hampir menipis. Langkah mengguyur cadangan beras pemerintah menjadi solusi pilihan utama saat harga bahan pokok naik. Meski telah dicela sejumlah pengamat.
Bulog yang dibangun sejak tahun 1967 memang mempertahankan pelaksanaan OP yang dianggap efektif dalam mengontrol harga pasar ketika harga beras tinggi.
Pengamat Pertanian Bustanul Arifin berkali-kali menyatakan bahwa operasi pasar yang dilakukan Bulog tidak dapat membantu penurunan harga beras yang terjadi karena pasokan beras yang terbatas.
Lalu apa yang harus dibenahi?
Pemenuhan kebutuhan beras memerlukan proses tataniaga dari daerah surplus ke daerah defisit beras. Proses tataniaga beras tidak hanya dapat dilihat dari sisi ekonomi, melainkan sisi sosial. Artinya dari sisi sosial, tataniaga harus berdasarkan hasil dari interaksi pihak-pihak terkait di dalamnya.
Sistem tataniaga beras yang efisien sangat diperlukan karena pentingnya ketersediaan beras bagi masyarakat. Sebab jika sistem tataniaga yang tidak efisien akan memberikan dampak buruk. Salah satunya adalah kesulitan konsumen mendapatkan beras.
Gangguan suplai berikut juga gejolak harga pangan seharusnya tidak boleh terjadi. Sebab efeknya sangatlah besar bisa menciptakan ketidakstabilan ekonomi, gejolak sosial dan politik juga terganggu jika ketersediaan pangan menipis.
Opsi impor
Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta untuk mengkaji opsi impor beras kelas medium untuk menstabilkan harga di pasar-pasar yang kini terus merangkak naik.
"Opsi impor tidak dilarang, tapi kita minta jajaki tadi, incase ada sesuatu perlu, incase, kalau memang makin naik itu harus impor segera," katanya kepada wartawan di Kantor Presiden, Selasa. Wakil Presiden sebelumnya menggelar rapat terkait beras dengan para menteri dan pejabat terkait.
Wakil Presiden menyampaikan hal itu menanggapi terkait terus merangkaknya harga beras kelas medium yang kini telah mencapai lebih dari Rp11.000 per kg, melampaui harga eceran tertinggi (HET) Rp9.450 per kg.
Wapres dalam kesempatan tersebut meminta kepada Bulog untuk melakukan operasi pasar besar-besaran guna meredam kenaikan harga.
Merujuk pada laporan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, menurut Wakil Presiden, pada Januari ini juga akan terjadi panen beras untuk padi yang tanam pada Oktober lalu sehingga akan menambah stok beras. Untuk itu, ia berharap dengan operasi pasar dan adanya panen di Januari mampu menstabilkan harga.
"Untuk beras saja bahwa tadi sudah disetujui perintahkan operasi pasar besar-besaran keluarkan semua stok Bulog dan itu kita jamin Insayallah pada akhir Januari panen sudah mulai, sehingga ketemu antara operasi pasar dengan panen," tuturnya.
Meski demikian, opsi impor semakin terbuka bila harga beras medium mencapai Rp12.000 per kg. Namun pemerintah tidak mau ambil risiko. Andaikata dalam satu dua hari harga beras masih naik, maka opsi impor harus tetap terbuka. Kalau mencapai harga Rp12.000 per kg itu harga medium ya, karena harga patokannya kan Rp9.300-an.