Rencana pembangunan Terminal Khusus iquified Natural Gas (Tersus LNG) Sidakarya, Bali, menjadi polemik. Pemerintah pun akan memindahkan lokasi proyek ke laut sejauh 4 km dari bibir pantai dengan alasan tak mengganggu pariwisata dan juga lingkungan, termasuk tanaman mangrove.
Pakar maritim Institut Pertanian Bogor (IPB), I Ketut Sudiarta, berpendapat, pembangunan LNG sejatinya bermanfaat bagi mangrove ketika berada di titik awal, kawasan Muntig Siokan jika sudah dilakukan penataan alur-alur sungai di sekitaran tersus.
"Tidak, tidak ada menyentuh mangrove. Justru kalau nanti alur-alur sungai itu ditata, dinormalkan, itu menyehatkan mangrove," katanya saat dihubungi, Kamis (15/6).
Diketahui, kawasan Pantai Sidakarya, Intaran, Serangan, dan Sesetan dinilai menjadi lokasi paling ideal untuk membangun tersus LNG. Kawasan tersebut bakal ditata sesuai kesepakatan proyek LNG.
Ketut Sudiarta menambahkan, tanaman mangrove justru kerap mati karena penumpukan sedimen di pesisir Sidakarya. Pangkalnya, sedimen menutup akar napas mangrove.
"Mangrove yang ada di sana, kan, mangrove yang punya akar napas. Kalau dia akarnya tertutup sedimen, dia pasti mati. Jadi, [penataan alur laut] untuk perbaikan ekosistemlah," ucapnya.
Lebih jauh, Ketut Sudiarta berpendapat, pembangunan Tersus LNG Sidakarya akan bermanfaat dalam penataan kawasan di empat wilayah sekitarnya, yakni kawasan Pantai Sidakarya, Intaran, Serangan, dan Sesetan. Sebab, memberikan material yang menunjang penataan wilayah pesisir selatan Bali tersebut.
"Kalau tidak jalan LNG-nya itu, tidak ada material untuk penataan pantai pesisir di sana karena material untuk penataan pantai itu, kan, nanti diperoleh dari pengerukan alur itu," ujarnya.
Ia berpendapat, kajian pembangunan Tersus LNG Sidakarya dilakukan secara mendalam dan komprehensif. Dari mulai segi lingkungan, keamanan, hingga dampak sosial dan ekonomi terhadap warga sekitar.
Diketahui, pembangunan Tersus LNG Sidakarya mengalami penundaan karena akan dipindahkan ke tengah laut. Proyeknya pun diproyeksikan rampung pada akhir 2024.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan, pemindahan lokasi Tersus LNG Sidarkarya dilakukan agar tak mengganggu pariwisata dan merusak mangrove.
"Pariwisata jangan dicampuradukan dengan terminal LNG. Akan kami pindah ke laut. Jadi, resor tidak terganggu, pembangunan listrik bersih bisa dilakukan, dan mangrove juga tidak terganggu," katanya di Bali, 28 April lalu.