Musim panen raya padi mulai terjadi di sejumlah kota. Kabupaten Sragen misalnya, pada pekan ini melakukan panen raya dengan luas 486 hektar (ha).
Salah satu petani di Desa Plumbungan Kecamatan Karangmalang, Iwan mengatakan produktivitas padi di daerahnya terbilang 8,4 ton per hektar (ha). Tingginya produktivitas padi karena varietas padi berumur 90 hari. Sayang, meski sedang panen namun harga gabah kering panen (GKP) di petani turun.
Jika pekan lalu harga GKP bisa mencapai Rp 5.500 per kg, tapi kini telah turun menjadi 5.100 per kg. "Tengkulak mulai nawar harga sehingga harganya turun," tukas Iwan.
Turunya harga GKP di petani diakui Kepala Dinas Pertanian Sragen, Eka yang menyebut penyebabnya karena produksi beras di Kabupaten Sragen sejak Januari sampai Maret terbilang surplus. Sejak Januari telah terjadi panen sebanyak 23.993 ton beras. Tambahan datang pada Februari sebanyak 105.593 ton dan Maret sebanyak 13.090 ton.
Kebutuhan yang cukup menandakan daerah tersebut tidak membutuhkan beras impor. "Setiap bulannya dengan jumlah penduduk sebanyak 981.000 jiwa dibutuhkan 7.834 ton per bulan, sehingga sampai Maret terus mencapai surplus," tukas Eka.
Namun surplusnya beras justru membuat harga GKP turun. Maka dari itu, Perum Badan Urusan Logistik atau Bulog harus segera bergerak cepat menampung gabah petani. Sebab jika tidak segera ditangani, dikhawatirkan harga gabah akan jatuh hingga Rp 3.000 per kg seperti kondisi tahun lalu.
Surplus beras juga terjadi di Lamongan. Panen pada tahun 2017 mencapai hampir 1,1 juta ton gabah kering giling atau GKG dirasa memenuhi kebutuhan beras di Lamongan. Bupati Lamongan, Fadeli mengatakan, wilayahnya masih memiliki stok beras hingga 460.000 ton.
"Memperhitungkan gabah untuk kebutuhan bibit dan konsumsi, Lamongan masih surplus sekitar 700.000 ton gabah. Itu berarti setara dengan surplus 460.000 ton beras," kata Fadeli seperti dikutip Antara. Apalagi April diperkirakan masih akan berlangsung panen.
Kabupaten Gresik juga mengalami panen dan menolak impor beras. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gresik Agus Waluyo merinci per akhir Desember 2017 wilayahnya surplus 150.000 ton beras. Apabila dikonsumsi 1,3 juta penduduk Gresik, masih ada cadangan hingga 10 bulan dari total produksi beras mencapai 6,7 juta ton.
"Stok beras kami melimpah dan tidak butuh impor beras. Kami juga tidak takut kekurangan pangan, sebab Gresik surplus dan sebagian wilayah Jawa Timur surplus," katanya.