Pendapatan PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) tumbuh 6% pada kuartal III 2018 ini dibanding kuartal sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan selaras dengan pertumbuhan pendapatan layanan data yang meningkat sebesar 6% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, pendapatan layanan data tersebut menjadi penyumbang terbesar dari total pendapatan layanan XL Axiata saat ini, yaitu sebesar 80%. Porsi dari pendapatan layanan data menggemuk dari sebelumnya 71% pada kuartal yang sama tahun lalu.
Pendapatan XL Axiata sebesar Rp16,9 triliun selama sembilan bulan terakhir, namun jika dibandingkan tahun lalu tidak terjadi pertumbuhan. Sementara, untuk neraca XL Axiata tetap kuat dengan utang bersih terhadap EBITDA di 1,5 kali.
"Strategi transformasi yang kami implementasikan telah membantu membangun bisnis yang lebih kuat, yang tercermin pada kinerja positif hingga saat ini. Meskipun semester I tahun ini cukup berat, kami tetap mampu meningkatkan pendapatan sebesar 6%," ujar Dian, dalam keterangan resminya yang diterima Alinea.id, Jumat (2/11).
Meski demikian, emiten dengan kode EXCL ini juga mencatat kerugian sebesar Rp145 miliar di kuartal III-2018 dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatat laba sebesar Rp238 miliar.
Adapun, sepanjang Januari-September tahun in EBITDA turun 1% secara year on year (yoy) menjadi Rp6,2 triliun karena adanya pengeluaran yang lebih tinggi untuk biaya proses pendaftaran SIM prabayar. Meskipun demikian, EBITDA kuartal ketiga ini meningkat 9% dari kuartal sebelumnya seiring membaiknya kondisi industri.
XL Axiata juga telah melakukan pembayaran kembali pinjaman bank sebesar Rp1,5 triliun, pinjaman US$50 juta, dan Rp1,04 triliun untuk sukuk melalui kombinasi pendanaan kembali dan dana internal.
Per 30 September 2018, kata Dian semua pinjaman eksternal XL Axiata dalam US$ sepenuhnya telah dilindungi (fully hedged) hingga jatuh tempo.
Sementara itu, kata Dian sepanjang kuartal III ini XL Axiata telah menyesuaikan tarif layanan data secara hati-hati. Mulai dari mengurangi diskon, komisi, dan beberapa elemen yang mempengaruhi tarif lain. Setelah pelaksanaan kewajiban registrasi kartu prabayar dan periode persaingan harga yang ketat di semester I 2018, XL Axiata bisa melakukan kenaikan tarif secara selektif.
Saat ini XL Axiata memiliki total 53,9 juta pelanggan, 42 juta pelanggan di antaranya merupakan pengguna smartphone. Jumlah pengguna smartphone ini meningkat 14% dari periode yang sama di tahun lalu. Adapun pelanggan XL Axiata yang aktif menggunakan layanan data saat ini juga telah mencapai 80% dari total pelanggan.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, layanan data masih menjadi kontributor terbesar pada total pendapatan yang dibukukan EXCL, sekitar 80% dibandingkan dengan porsi 71% secara tahunan.
Dengan kenaikan tersebut, mampu membuat EXCL dapat mengantisipasi penurunan pendapatan dari voice dan SMS.
"Namun, kenaikan tersebut dikarenakan adanya penambahan jumlah pelanggan dimana tarif kemungkinan tidak banyak mengalami perubahan," ujar Reza kepada Alinea.id, Jumat (2/11).
Dominasi Telkomsel
Pendiri dan Direktur Jagartha Advisor FX Iwan mengatakan laba EXCL kedepan akan semakin challenging mengingat biaya operasional yakni data traffic/BTS yang semakin meningkat. Sebab EXCL masih berkutat dengan strategi harga murah untuk bersaing dengan TSEL.
Penguatan dollar AS juga dapat memberatkan EXCL dengan adanya jatuh tempo utang pada Januari 2019 mendatang. Potensi refinancing menggunakan utang dalam denominasi rupiah dipastikan membuat ongkos semakin tinggi.
Meski begitu, sektor telekomunikasi diyakini makin pesat. Hal ini terdorong penggunaan data terus mengalami peningkatan seiring dengan penetrasi penggunaan smartphone yang semakin luas ditopang oleh pertumbuhan teknologi yang begitu cepat.
Di sisi lain Iwan mengakui secara industri dominasi Telkomsel atau TSEL semakin tinggi pada sektor telekomunikasi Indonesia. Hal ini terlihat pada rilis data terakhir TSEL yang mencatatkan gross revenue market share mencapai 66,5% dan terus menggerus market share ISAT dan EXCL.
Hal tersebut ditopang oleh balance sheet dan juga belanja modal yang besar oleh TSEL untuk terus melakukan ekspansi. Tanpa adanya perubahan regulasi yang membantu operator kecil, langkah TSEL untuk mendominasi total market telekomunikasi Indonesia semakin terlihat jelas.