close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. bisnis IoT. Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi. bisnis IoT. Pixabay.com
Bisnis
Rabu, 23 September 2020 07:33

Pangsa pasar IoT Indonesia diperkirakan capai Rp444 triliun pada 2022

Potensi tersebut karena Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna internet tertinggi di dunia.
swipe

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pemanfaatan teknologi industri 4.0 memberikan keuntungan bagi perusahaan, antara lain dapat menaikkan efisiensi dan mengurangi biaya sekitar 12%-15%.

Adapun sejumlah teknologi digital yang menjadi kunci pembangunan sistem industri 4.0, di antaranya Artificial Intelligence, Internet of Things (IoT), Cloud, Augmented Reality, Virtual Reality, Advanced Robotic dan 3D printing.

“Berdasarkan penelitian dari McKinsey & Company, pembangunan infrastruktur digital di Indonesia akan membawa peluang positif hingga US$150 miliar terhadap perekonomian global dunia pada tahun 2025,” ujarnya seperrti dilansir kemenperin.go.id, Selasa (23/9).

Potensi tersebut karena Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna internet tertinggi di dunia. Merujuk data dari HootSuite, masyarakat Indonesia yang menggunakan koneksi internet di perangkat mobile seperti smartphone atau tablet mencapai 338,2 juta pengguna atau melebihi dari jumlah penduduk.

“Sebab, rata-rata orang Indonesia punya dua ponsel. Sedangkan, penetrasi internet mencapai 175,4 juta orang atau sekitar 64% total penduduk di Indonesia, dengan pengguna sosial media sebanyak 160 juta,” papar Menperin.

Di samping itu, pangsa pasar IoT di Indonesia diperkirakan berkembang pesat dan mencapai nilai Rp444 triliun pada 2022. Nilai tersebut disumbang dari konten dan aplikasi sebesar Rp192,1 triliun, disusul platform Rp156,8 triliun, perangkat IoT Rp56 triliun, serta network dan gateway Rp39,1 triliun.

“Bisa dibayangkan perkembangan pesat ini merupakan kesempatan bagi kita semua,” tandasnya.

Selesainya proyek infrastruktur telekomunikasi Palapa Ring pada 2019 bisa menopang akses internet berkecepatan tinggi, yang diharapkan menjadi solusi bagi konektivitas di Indonesia. Dengan begitu, diyakini tidak akan ada permasalahan dalam konektivitas IoT, baik dengan konektivitas langsung (dari end device ke server atau cloud) atau dari gateway ke server atau cloud.

Sementara itu, upaya mengajak sektor industri kecil menengah (IKM) agar bisa melek digital, sejak 2017 Kemenperin telah meluncurkan program e-Smart IKM. Langkah ini untuk memperkenalkan dan membiasakan pelaku IKM nasional dalam pemanfaatan e-commerce atau digital platform, supaya mereka bisa lebih fleksibel sekaligus memperluas penetrasi pasar dalam menjual produknya.

“Kemenperin juga mempunyai program Startup4Industry yang berjalan dengan baik. Secara ekonomis, pemanfaatan teknologi dari program bisa dirasakan oleh seluruh industri, baik IKM maupun industri besar,” sebut Agus.

Menteri AGK menambahkan, di awal peluncuran Making Indonesia 4.0 pada 2018, telah ditetapkan lima sektor prioritas, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, serta elektronik. Namun, belakangan ini Kemenperin menambahkan dua sektor lagi, yaitu industri farmasi dan alat kesehatan. Sektor tersebut mengalami permintaan tinggi di masa pandemi Covid-19.

“Indonesia memperoleh lesson learned yang sangat berharga, yang kemudian diadopsi oleh Kemenperin menjadi kebijakan strategis. Kami menyadari bahwa Indonesia harus menjadi negara yang mandiri di sektor kesehatan, berarti mempunyai industri yang kuat di sektor alat kesehatan dan juga farmasi,” pungkasnya.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan