close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Dewan Gubernur Bank Indonesia. Alinea.id/Nanda Aria.
icon caption
Dewan Gubernur Bank Indonesia. Alinea.id/Nanda Aria.
Bisnis
Jumat, 28 Februari 2020 16:05

Pasar keuangan meradang, BI lakukan triple intervention

Bank Indonesia mencatat aliran modal asing keluar atau nett capital outflow sebesar Rp30,8 triliun akibat coronavirus.
swipe

Bank Indonesia akan menjalankan jurus triple intervention untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan nilai tukar rupiah, menyusul aksi tarik portofolio nvestasi yang dilakukan investor akibat coronavirus.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan langkah pertama yang dimaksud yakni BI akan melakukan intervensi di spot penjualan valuta asing (valas) untuk mengendalikan pelemahan rupiah. 

Kedua, BI akan menjalankan skema Non-Deliverable Forward (DNDF) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Skema DNDF adalah instrumen derivatif dari perdagangan mata uang berjangka dengan menjual atau membeli valas di dalam negeri dengan kurs yang telah ditentukan.

"Kita melakukan apa yang disebut triple intervention di tiga aspek, satu kita intervensi di spot yaitu menjual valas untuk kendalikan pelemahan rupiah, juga kita intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah melalui DNDF," katanya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (28/2).

Ketiga, BI akan melakukan intervensi melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) yang dilepas sejumlah investor asing. Hal yang sama, lanjutnya, juga akan dilakukan sejumlah bank nasional. 

"Ketiga, kita juga intervensi melalui pembelian SBN yang dilepas oleh investor asing. Mereka melepas, BI membeli. Dan akan masuk juga bank-bank dalam negeri, mereka juga akan membeli SBN yang dilepas asing," ujarnya.

Dia pun mengatakan, sepanjang 2020 atau hingga 27 Februari 2020, BI telah melakukan aksi beli SBN di pasar sekunder sejumlah Rp 100 triliun. Dan sebanyak Rp78 triliunnya, telah dibeli sejak merebaknya coronavirus di akhir Januari 2020.

"Tahun ini secara keseluruhan year to date (ytd) dari pasar sekunder sampai 27 Februari jumlahnya Rp100 triliun SBN kita beli dari pasar sekunder. Kurang lebih Rp 78 triliun kami beli akhir Januari sejak merebaknya coronavirus," ucapnya.

Perry pun menuturkan, coronavirus telah mengganggu stabilitas keuangan dan bahkan mengerek nilai imbal hasil atau yield SBN 10 tahun mengalami peningkatan setelah coronavirus.

"Memang mengalami peningkatan yang semula sebelum coronavirus 6,56%, hari ini 6,95% untuk yield SBN 10 tahun," ujarnya.

Dia menjelaskan, aksi lepas saham investasi portfolio tersebut telah membuat arus modal keluar (capital outflow) dalam bentuk surat berharga negara (SBN) atau SBN outflow dari awal Februari hingga 27 Februari tercatat sebesar Rp26,2 triliun. Sementara dari saham keluar sebesar Rp4,1 triliun (neto).

"Aliran modal asing secara neto bulan ini SBN outflow Rp26,2 triliun dan dari saham Rp4,1 triliun, jadi outflow totalnya Rp30,8 triliun secara neto," ujarnya.

Perry pun menuturkan, aliran modal asing yang keluar terjadi sejak akhir Januari, akibat coronavirus, dan terus meningkat hingga saat ini. Dari Januari hingga Februari saja (ytd), SBN outflow tercatat Rp11 triliun, dan saham outflow tercatat sebesar Rp1,6 triliun.

Aksi tarik investasi portofolio dari sejumlah investor asing tersebut telah membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar melemah.

IHSG tercatat ditutup anjlok hingga 4,04% ke level 5.311 pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (28/2). Sementara rupiah, tercatat per 28 Februari pukul 14.00 wib terpantau melemah 1,64% di Rp14,255 per.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan