close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.
icon caption
Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.
Bisnis
Selasa, 26 Januari 2021 16:36

Paylater bergairah, pasar multifinance kian meriah

Layanan Paylater makin diminati, peluang perusahaan digital menggandeng multifinance makin besar.
swipe

Sudah lebih dari setahun ini, Lismei Yodeliva (27) akrab dengan fitur Paylater. Metode pembayaran kredit berlimit ini, ia manfaatkan hampir tiap bulan. Mulai dari keperluan membayar transportasi sehari-hari, membeli pulsa hingga memesan tiket pesawat.  

Karyawan perusahaan swasta di Jakarta tersebut memakai setidaknya dua aplikator cicilan yakni Gojek Paylater dan Traveloka Paylater. Perkenalannya dengan metode pembayaran ini tak lepas dari rekomendasi seorang teman. Ia juga melihat iklan di media sosial. 

"Emang karena kebutuhan, ongkos 'kan gede kalau langsung dengan gaji yang pas-pasan, ya agak berat," ujar Lismei kepada Alinea.id , Senin (25/1). 

Ia mengaku alasan penggunaan Gojek Paylater, terkait dengan faktor kebutuhan. Selain itu, biaya administrasinya juga relatif terjangkau. Di sisi lain, batas maksimal (limit) yang tidak terlampau besar juga menjaganya agar tidak boros.

Namun, meski semula menjajal limit di angka Rp250.000, kini Lismei mendapat kenaikan limit hingga Rp500.000.

"Kayaknya kalau sering dipakai itu bisa lebih besar semestinya, temanku ada yang limitnya sampai Rp1 juta. Tapi, aku emang enggak berani mengambil gede biar bisa menahan diri sedikit," imbuh Lismei.

Adapun pada aplikasi Traveloka, perempuan asal Sumatera Utara tersebut mengaku biasanya menggunakan Paylater untuk keperluan pesan tiket pulang kampung. Jika biaya tiket Rp1 juta-an dicicil selama 6 bulan, dia hanya perlu mengeluarkan uang ratusan ribu rupiah saja. 

"Biaya administrasinya kalau enggak salah sekitar Rp25.000," kata dia. 

Tak hanya Lismei, Bathara (31), mengaku juga pernah bergantung pada layanan Paylater. Karyawan yang mengurus keuangan sebuah lembaga di Jakarta itu biasa mengakses dua aplikator, Gojek Paylater dan Kredivo. 

Dia acap kali memesan makanan melalui fitur Go-Food di Gojek dengan pembayaran Paylater. Rutinitas sejak awal pandemi ini ia lakukan dengan pertimbangan kemudahan dan biaya administrasi yang terjangkau.

"Gojek ini iseng sebenarnya, daripada mengisi GoPay harus transfer atau cash repot, ya udah tinggal klik Paylaternya. Setiap bulan juga cuma sekitar Rp15.000 biaya adminnya," ujar Bathara kepada Alinea.id, Minggu (24/1). 

Sedangkan untuk Kredivo, Bathara pernah menggunakannya untuk keperluan membeli alat elektronik laptop dan peralatan hobi seperti aksesoris gitar. Lelaki asal Jawa Tengah ini menghitung, ia harus membayar biaya tambahan berupa bunga cicilan mulai dari Rp20.000 hingga Rp300.000. 

"Kalau aku prinsipnya ekonomi, bunganya masih worth it. Karena kalau kelamaan, takut barangnya habis juga. Jadi yaudah, dicicil," kata dia. 

Makin bergairah 

Selama masa pandemi, bisnis Paylater mengalami perkembangan yang signifikan. Skemanya yang makin dikenal masyarakat turut mengerek naik jumlah pengguna dan nilai transaksinya.

Head of Corporate Communications GoPay, Winny Triswandhani mengungkapkan per Oktober 2020, Paylater di Gojek telah menunjukkan peningkatan transaksi sebesar 2,7 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. 

"PayLater memiliki potensi yang sangat besar, mengingat Gojek adalah super app yang memiliki beragam layanan mulai dari transportasi hingga membayar tagihan bulanan dan basis pengguna yang sangat luas," ujar Winny kepada Alinea.id, Kamis (21/1).

Helm mitra pengemudi Gojek terparkir di lokasi Go-Food Festival Jakarta. Foto Reuters/Beawiharta.

Dia menambahkan, Go-Pay PayLater memiliki keunggulan dalam hal bebas bunga, karena memakai sistem biaya langganan dengan jumlah tetap. Pembayaran tagihan Paylater, menurutnya, sangat mudah dengan menggunakan Go-Pay. Pengguna tidak perlu membayar biaya langganan jika tidak menggunakan Paylater di bulan itu. Pengguna pun memiliki kendali penuh atas penggunaan Paylater

"Pengguna juga dapat merekap riwayat transaksi Gojek selama sebulan dengan Paylater," tambahnya. 

Selain itu, Winny menyebut, pengguna juga bebas bertransaksi kapan saja dan membayarnya cukup sekali di akhir bulan. Hal ini, memungkinkan pengguna untuk mengisi saldo Go-Pay cukup satu kali untuk melunasi semua transaksi.

Cara menggunakan Go-Pay PayLater relatif sama dengan menggunakan Go-Pay. Pengguna bebas bertransaksi bahkan saat saldo belum terisi. Promo GoPay seperti cashback juga dapat dinikmati jika menggunakan PayLater

“Untuk dapat mengakses PayLater, pengguna sebelumnya wajib melakukan upgrade akun ke Go-Pay Plus dengan cara selfie dan upload KTP. Dengan menjadi bagian dari Go-Pay Plus, pengguna Gojek dapat menikmati fitur dan layanan eksklusif seperti kesempatan untuk mendapatkan fasilitas PayLater,” terangnya. 

Selain itu, ada pula proteksi ekstra untuk saldo GoPay berupa Jaminan Saldo GoPay Kembali dikarenakan adanya aktivitas tidak wajar di luar kendali pengguna. Tak hanya itu, GoPay Paylater juga menawarkan limit saldo GoPay yang lebih besar, transfer ke rekening bank, dan beragam promo eksklusif lainnya.

"Inovasi Gojek ini merupakan hasil kolaborasi bersama Findaya, fintech (financial technologylending terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," ujarnya.

Geliat bisnis Paylater juga tampak pada platform kredit digital, Kredivo, di bawah induk perusahaan yaitu FinAccel. Tak tanggung-tanggung, Kredivo ini bahkan menargetkan bakal menggaet sebanyak 10 juta pelanggan pada 2025 mendatang. 

Untuk mewujudkan hal tersebut, Kredivo baru-baru ini telah mengganti struktur manajemen perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien. Kedua unit bisnis andalan dari FinAccel, nantinya akan memiliki fokus area dan pangsa pasar yang berbeda. 

"Kredivo akan beroperasi dengan izin sebagai multifinance, sedangkan KrediFazz dengan izin P2P," tulis keterangan resmi perusahaan yang diterima Alinea.id pada Kamis (21/1).  

Selanjutnya, sebagai bagian dari restrukturisasi ini, brand P2P (peer to peer) lending baru dari FinAccel yaitu KrediFazz menargetkan peningkatan penyaluran kredit produktif dari sebesar 35% menjadi 50% dalam 2 tahun ke depan. KrediFazz akan fokus melayani segmen masyarakat yang belum tersentuh akses keuangan dan kalangan ekonomi menengah ke bawah.

"Kini, baik Kredivo dan KrediFazz dapat fokus memperbesar skala bisnis, sementara grup FinAccel dapat terus bergerak dan mengeksplorasi berbagai inovasi di area lainnya,” ujar manajemen Kredivo. 

Dalam skema Kredivo, merchant yang bekerjasama akan mendapatkan keuntungan dari pembiayaan instan ketika pembayaran (point-of-sale). Adapun tingkat penyelesaian didukung oleh sistem checkout milik Kredivo. Langkah ini hanya membutuhkan nol (zero) klik untuk menyelesaikan transaksi. 

Kredivo tak sendiri untuk mewujudkan fitur ini. Perusahaan ini didukung oleh beberapa perusahaan modal ventura terkemuka dan investor korporasi antara lain Mirae Asset, Naver, Square Peg, dan Jungle. 

Peluang multifinance 

Seiring dengan bisnis Paylater yang kian berkembang, peluang perusahaan pembiayaan multifinance memperluas pasar juga kian besar. Meskipun, ini juga akan bergantung pada strategi masing-masing multifinance.     

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno tak menafikan bahwa ada perusahaan pembiayaan yang berpotensi membidik fintech hingga marketplace dengan layanan Paylater. Platform yang sudah bekerjasama dengan multifinance diantaranya Traveloka dan Shopee yang menggandeng PT Caturnusa Sejahtera Finance dan PT Commerce Finance.

"Kalau ditanya menggiurkan atau tidak bagi multifinance, itu tergantung dengan ada atau tidak produk kredit yang sesuai dengan yang mereka (marketplace) punya," ujar Suwandi saat dihubungi Alinea.id, Kamis (21/1). 

Menyoal itu, Suwandi mengatakan, perusahaan multifinance memiliki pertimbangannya sendiri dalam menjalin kerja sama pembiayaan. Termasuk di pasar Paylater. Mulai dari kesesuaian produk kedua pihak, segmen pasar hingga potensi perkembangan ke depan.

Dia mencontohkan, pembiayaan di Traveloka dan Shopee yang mempunyai karakteristik pembiayaan yang berbeda satu sama lain. Jika Traveloka lebih ke perjalanan dan akomodasi singgah, maka Shopee fokus menggaet konsumen ke produk konsumtif. Ini ditandai dengan frekuensi pembelian yang relatif sering dan nominalnya lebih kecil.
  
"Di industri multifinance ini punya strateginya masing-masing (membidik aplikator Paylater yang sesuai)," katanya.  

Ilustrasi belanja online. Pexels.com.

Di sisi lain, Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bambang W Budiawan justru melihat tak hanya multifinance yang berpeluang memperluas pasar. Perusahaan IT juga turut mendapatkan peluang.

Utamanya dari sisi status perizinan OJK yang dimiliki multifinance. Dus, berbagai perusahaan berbasis IT, termasuk yang menyediakan layanan Paylater tertarik untuk bersinergi. 

"Pengambilalihan multifinance oleh perusahaan berbasis teknologi dapat membuka peluang pasar yang lebih luas bagi multifinance," ujar Bambang kepada Alinea.id, Kamis (21/1). 

Sebagai regulator, dia menyebut, skema pembiayaan dengan pola Paylater memiliki kelebihan dari segi mitigasi risiko perusahaan jasa keuangan. Terutama untuk menghindari side streaming oleh debitur nakal. 

"Debitur tidak diberikan cash secara langsung yang berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan lain," imbuhnya. 

Hingga saat ini, Bambang tidak memungkiri multifinance yang melakukan pembiayaan Paylater masih relatif kecil di Indonesia. Angkanya masih di bawah 1% dari total piutang pembiayaan. 

Namun menurutnya, tidak menutup kemungkinan di masa mendatang persentasenya akan semakin besar dan masif. Hal ini sejalan dengan semakin banyaknya perusahaan berbasis teknologi yang masuk ke industri pembiayaan.

Perkembangan tersebut, juga bisa terjadi berkat beberapa Peraturan Pemerintah yang mendorong penggunaan teknologi digital. Tujuannya tak lain untuk mendukung proses bisnis dan pemasaran melalui aplikasi. 

Terlebih, dia menilai, potensi pasar domestik cukup menjanjikan dengan jumlah populasi Indonesia diperkirakan di atas 270 juta penduduk. Belum lagi pengguna mobile phone yang mencapai 89% dan yang 'melek' internet sudah di atas 70%. 

"Dalam waktu 2-3 tahun ke depan pembiayaan otomotif masih tetap dominan, namun pertumbuhan pembiayaan dengan produk Paylater diperkirakan akan meningkat signifikan," pungkasnya. 

img
Nurul Nur Azizah
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan