close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi paylater. Foto Freepik.
icon caption
Ilustrasi paylater. Foto Freepik.
Bisnis
Senin, 30 September 2024 18:19

Paylater, fitur utang yang kian populer

Laki-laki dan konsumen sudah menikah lebih doyan menggunakan paylater.
swipe

Dina hampir setiap hari menggunakan layanan buy now pay later (BNPL) atau yang lebih dikenal dengan paylater, baik untuk belanja kebutuhan harian, membayar tagihan listrik dan telepon, maupun transaksi transportasi online. Perempuan 35 tahun itu beralasan, layanan menunda pembayaran atau berutang itu lebih praktis ketimbang harus mengisi ulang atau top up dompet elektronik (e-wallet).

"Jadi kalau gajian itu hanya numpang lewat, karena untuk membayar tagihan paylater tiap akhir bulan," ujar Dina kepada Alinea.id, Senin (30/9). 

Kian populer

Paylater menjadi layanan kredit digital yang semakin populer di kalangan masyarakat. Survei Jakpat menunjukkan pada semester I-2024, penggunaan paylater naik menjadi 33% dibandingkan paruh kedua 2023 yang sebesar 25%.

"Kami melihat lonjakan signifikan dalam aktivitas masyarakat yang beralih ke pembayaran digital. Hal ini disebabkan oleh semakin mudahnya penggunaan fintech (teknologi finansial), di mana masyarakat kini lebih mengutamakan kemudahan dan kenyamanan (user-friendly). Perubahan ini menunjukkan masyarakat semakin terbuka terhadap teknologi keuangan digital," ujar Lead Researcher Jakpat, Farida Hasna.

Laporan Perilaku Pengguna Paylater Indonesia 2024 menunjukkan 70,4% pengguna paylater berusia 18 tahun hingga 35 tahun. Laporan yang sama juga mengungkapkan proporsi pengguna paylater didominasi oleh laki-laki, yakni mencapai 56,5% pada 2024. Sementara itu, laki-laki juga memimpin dalam jumlah dan nilai transaksi selama 2023, masing-masing sebesar 58,9% dan 58,1%. 

Berdasarkan status perkawinan, kelompok konsumen yang sudah menikah ternyata lebih doyan berbelanja dengan paylater dibandingkan konsumen lajang. Tercatat, pengguna layanan ini didominasi oleh konsumen yang sudah menikah, yaitu sebanyak 52,9%.

Selain jumlah pengguna, dominasi ini juga terlihat dalam jumlah dan nilai transaksi paylater dalam tiga tahun terakhir. Laporan tersebut mengungkapkan pada 2023, konsumen yang sudah menikah menyumbang 55,2% dari total jumlah transaksi dan 53,8% dari total nilai transaksi paylater

Selain didominasi oleh konsumen laki-laki dan kelompok sudah menikah, rata-rata nilai transaksi laki-laki Rp350.000 hingga Rp400.000, sementara perempuan berkisar Rp300.000 hingga Rp350.000. Meskipun rata-rata nilai transaksi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, namun rata-rata nilai transaksi laki-laki dan perempuan konsisten meningkat dalam tiga tahun terakhir.

"Hal ini menunjukkan bahwa minat dan kepercayaan terhadap pembayaran paylater untuk produk bernilai lebih tinggi semakin meningkat," tulis laporan tersebut.

Meski konsumen menikah mendominasi jumlah pengguna, konsumen lajang lakukan transaksi dengan nominal lebih besar, yaitu sekitar Rp350.000 hingga Rp400.000. Adapun konsumen yang sudah menikah rata-rata nilai transaksinya Rp300.000 hingga Rp350.000. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen yang lajang lebih banyak mengandalkan paylater untuk membeli kebutuhan yang nominalnya lebih tinggi. 

Makin banyak anak, konsumen makin banyak membeli produk dengan paylater. Pengguna yang belum memiliki anak membeli 38 produk dengan 11 transaksi per tahun. Sedangkan pengguna yang memiliki satu hingga dua anak membeli 48 produk dalam 13 transaksi, dan pengguna yang memiliki tiga hingga lima anak membeli 53 produk dengan 13 transaksi. Peningkatan ini mencerminkan paylater diandalkan pengguna untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lebih tinggi. 

Banyak pemain

Makin tenarnya paylater membuat lembaga keuangan beramai-ramai masuk ke bisnis tersebut. Apalagi jika melihat data, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Juni 2024, outstanding kredit paylater yang disalurkan oleh perbankan telah mencapai Rp 17,72 triliun. Pencapaian ini mencerminkan pertumbuhan sebesar 47,72% secara tahunan (yoy).

Perbankan jumbo menyediakan fitur layanan paylater, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI). Kemudian, PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN), hingga PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA).

Selain itu, perusahaan pembiayaan juga mencoba mencaplok kue pasar paylater. Salah satunya, Kredivo yang memperluas layanannya ke berbagai merchant di berbagai sektor. Director of Marketing and Strategy Kredivo Lily Suriani mengatakan paylater awalnya hadir untuk mengatasi kesenjangan akses kredit di masyarakat dengan membuka akses kredit bagi kelompok yang belum tersentuh oleh bank alias underbanked. Kini, seiring dengan popularitas yang terus berkembang, paylater menjadi metode pembayaran yang dinikmati oleh berbagai kalangan dan telah menjadi bagian dari gaya hidup, termasuk bagi konsumen dari kelas menengah ke atas.

"Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan PT Supra Boga Lestari Tbk., perusahaan ritel modern yang merupakan induk perusahaan Ranch Market dan Farmers Market," ujarnya.

img
Satriani Ari Wulan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan