Mayoritas pebisnis Indonesia optimistis akan mendapat lonjakan laba usaha pada 2020 mendatang. Hal ini berpotensi menjadikan Indonesa sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar tahun depan.
"Ekspektasi pendapatan maupun keuntungan usaha yang positif melanjutkan tren kenaikan dari laporan di periode sebelumnya, hal tersebut menunjukkan sinyal positif dari market atas perkiraan iklim usaha yang kondusif untuk 12 bulan ke depan," kata Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu (29/12).
Dalam laporan International Business Report atau IBR yang dibuat Grant Thorton Indonesia, para pelaku usaha optimistis mendapat lonjakan laba usaha sebesar 84%. Angka tersebut lebih tinggi dari hasil survei yang disajikan dalam IBR sebelumnya, yaitu 70%.
Angka tersebut menjadi rekor tertinggi dari survei-survei IBR sebelumnya. Nilainya juga jauh lebih tinggi dari angka rata-rata ASEAN dan Asia Pasifik, yang masing-masing berada di angka 69% dan 54%.
Tren positif juga diikuti dengan meningkatnya ekspektasi pendapatan pelaku bisnis Indonesia sebanyak 2 poin dari 85% pada laporan di periode sebelumnya, menjadi 87 persen di periode kali ini.
Optimisme ini membuat Indonesia menempati posisi tertinggi kedua secara global setelah Vietnam, dan berada di level 78%. Angka tersebut jauh di atas rata-rata negara Asia Pasifik dan ASEAN, yang masing-masing berada di level 56% dan 59%.
Menurut Johanna, optimisme ini dilatarbelakangi oleh iklim bisnis dalam negeri yang cukup kondusif, setelah pelantikan presiden serta pengumuman kabinet pemerintahan baru.
Dalam hal kendala potensial, 44% responden menyoroti ketidakpastian global ekonomi menjadi resiko utama. Hal tersebut lantaran memberi pengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Rendahnya keterampilan dan biaya tenaga kerja Indonesia juga dinilai sebagai kendala potensial. Meskipun, angka tersebut berada di bawah rata-rata ASEAN dan global, serta turun jika dibandingkan survei pada semester awal 2019.
Berbagai respons positif yang ditunjukkan pelaku usaha dari sisi optimisme bisnis, serta harapan atas pendapatan dan keuntungan ini, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini yang diperkirakan naik menjadi 5,2%.
"Indikator makro positif dan antusiasme dari sisi pelaku usaha adalah resep untuk optimisme bisnis yang akan berimbas positif terhadap pasar. Hal tersebut menjadikan Indonesia salah satu negara dengan kemungkinan pertumbuhan ekonomi terbesar di tahun depan," ucap Johanna.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengungkapkan optimisme atas kinerja pertumbuhan ekonomi pada 2020. Hal ini didukung oleh pertumbuhan positif beberapa jenis pajak yang sempat melambat.
"Optimisme menunjukkan perbaikan ke arah positif sehingga kita harap rebound ini akan diteruskan ke Desember, sehingga memberikan akselerasi untuk bisa kita jaga pada 2020," katanya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (19/12).
Ia menyebutkan salah satu komponen yang menunjukkan perbaikan adalah Pajak Penghasilan (PPh) 21, yang sempat mengalami kontraksi pada kuartal III-2019 hingga 0,82%. Angka tersebut terus mengalami pertumbuhan hingga 10,42% pada Oktober, serta 19,60% hingga November.
Menurt Sri Mulyani, komponen terpenting adalah PPh Pasal 25 badan yang sempat tertekan 12,68% pada kuartal ketiga. Komponen ini mulai menunjukkan perbaikan dengan tumbuh 8,45% pada Oktober, dan menjadi 25,22 pada November.
"Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan sudah akselerasi dengan baik,” kata Sri Mulyani. (Ant)